⚠19⚠

471 45 0
                                        

"Tepat hari ini, aku akan melaksanakannya. Terserah kamu akan semakin membenciku atau malah berubah pikiran. Aku hanya ingin tahu. Sudah cukup, hanya itu saja."

~ Ev

"Kamu bodoh. Mengapa tidak enyah saja dari jagat raya ini. Ini sangat menyakitkan untukku. Bahkan seberapa keras pun kamu berusaha. Aku akan tetap menjadi orang yang pernah dikecewakan."

~ Dem

-----

Sejak tadi malam Ev sudah bertekad. Tekadnya sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat lagi. Ev sudah pasrah dengan konsekuensi dari keputusan yang dirinya ambil. Entah akan membuatnya semakin sakit atau malah membuat Dem berubah pikiran. Yang penting Ev telah mencoba.

"Sarapan dulu Nona Ev. Semuanya sudah di siapkan di atas meja makan." Ucap salah satu pelayan seraya merendahkan tubuhnya saat melihat Ev keluar dari kamar dengan seragam lengkap dan tas ransel hitam miliknya.

"Saya bisa sendiri." Ev melewati pelayan itu dengan wajah dinginnya. Pelayan itu agak sedikit aneh dengan perubahan Ev yang semuanya terkesan tiba-tiba. Hari-hari dahulu dia begitu dingin, beberapa hari terakhir dia murah senyum, dan hari kembali dingin seperti dahulu.

"Baiklah nona, kalau begitu saya permisi."

Ev menyusuri tangga rumah. Melihat sekeliling. Tak ada satu pun keluarganya yang ada di meja makan.

Eron hari ini jadwal kuliahnya siang, jadi dia begadang semalam untuk main game dan bangun saat hari agak siangan nanti. Pak Adhiti dan Ibu Adhiti masih di ruang kerja, mengurusi pekerjaan mereka.

Ev menghampiri meja makan. Mengambil sebuah gelas yang diisi penuh oleh susu hangat lalu menenggak isinya sampai habis. Tak lupa juga tangan Ev meraih dua potong roti yang telah di siapkan oleh asisten rumah tangganya di atas piring dan memakan dengan lahap. Di atas meja itu juga telah di siapkan sebuah kotak makan berisi beberapa roti lagi. Jujur Ev sangat lapar, akibat tidak makan dari siang sampai pagi ini. Dengan senang hati Ev memasukkan kotak makanan itu ke dalam tasnya, sebagai bekal di perjalanan nanti sebelum sarapan lagi di kantin.

Ev memang tak sesedih kemarin. Hatinya kini lebih fokus untuk minta penjelasan kepada Dem. Meski matanya masih sedikit bengkak, dia tetap akan pergi ke sekolah hari ini. Ev tidak akan menunda-nunda lagi. Hari atau pun esok akan sama saja, penolakan dan rasa sakitnya sama saja. Jadi buat apa menunda.

"Bagaimana Nona Ev, mau berangkat sekolah sekarang?" Tawar supir keluarga Adhiti. Dia merendahkan tubuhnya saat menghadap Ev.

"Iya, saya berangkat sekarang." Ev sejenak memperbaiki posisi tali ransel di pundaknya dan lalu melangkah mengikuti supir itu.

Seorang pengawal ikut serta dalam mobil yang Ev tumpangi. Pengawal itu adalah salah satu pengawal terbaik dan tersetia yang pernah dimiliki keluarga Ev. Ayahnya juga merupakan pengawal keluarga Ev dahulu, tentunya sebelum beliau meninggal karena tragedi penembakan brutal dua tahun lalu. Pengawal itu tumbuh dan besar bersama ayahnya di rumah keluarga Ev, dia seorang anak piatu sejak kecil dan menjadi yatim piatu saat ayahnya meninggal. Dari kecil dia dilatih untuk turut serta menjadi pengawal seperti ayahnya.

"Maaf Nona Ev, bolehkan saya bertanya?" Ucap pengawal itu yang risau melihat mata anak majikannya yang sembab.

"Memangnya ada apa?"

"Apa ada orang yang berani membuat masalah pada Nona Ev sehingga membuat Nona Ev bersedih? Kalau memang ada, tolong beri tahu saya. Akan saya urus orang itu."

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang