One Shot - Lala & Zai

414 19 6
                                    

Huhu, one shot kedua. Aku gak tau ini one shot terakhir atau akan ada lanjutannya. Pantengin terus yaa...
Happy reading!!

.

Gàreniva cafe. Lala nampak sibuk mengotak-atik benda pipih di tangannya. Dia sendirian kesini, tidak dengan teman-temannya. Dia pun hanya menunggu seseorang diluar kafe, tidak berniat sama sekali untuk masuk ke dalam.

"Yuk," ajak seseorang.

Sebelum suara itu, lebih dulu terdengar suara lonceng yang sengaja digantung di atas pintu kafe, agar menjadi penanda ada orang yang keluar atau masuk. Dan ya, yang baru saja keluar dari kafe itu adalah Zai atau Song Zainudin.

"Lama banget sih, pegel gue nungguinnya," protes Lala.

Zai terkekeh melihat ekspresi Lala yang benar-benar lucu saat marah.

"Dih ketawa lagi," ucap Lala sembari menepok bahu Zai.

"Kenapa juga gak nunggu di dalem. Lagian nih ya, jadwal gue kerja sama lo, masih setengah jam lagi. Sedangkan jarak rumah lo dari sini, itu cuma dua puluh menit. Itu artinya gue masih punya waktu leha-leha sepuluh menit," terang Zai.

Lala membuang arah pandangan kesalnya ke sembarang arah. Zai sama sekali tidak menghargai Lala yang mau menunggu disini selama itu.

"Ututu Thayangg!" Zai berusah menggoda Lala dengan menjadikannya seperti anak-anak.

"Ih cepetan deh kerumah," ajak Lala.

"Iya, iya."

Untung saja hari ini Zai membawa motor. Kalau tidak, maka mereka harus naik angkot berkali-kali untuk sampai ke rumah Lala.

"Nih pake!" Zai menyodorkan sebuah helm berwarna merah muda dengan motif hello kitty. Sungguh lucu untuk seorang anak SD. Tapi tidak untuk Lala.

"Lo … baru beli helm ya Cina! Norak banget sih!" Lala bergidik geli melihat helm yang lebih cocok dipakai untuk bocah sekolah dasar itu.

Zai memberi tatapan tajam. "Pertama, jangan panggil gue China. Kedua, helm itu gue beli khusus buat lo dari hasil jerih payah gue."

"Bwahahaha! Lo—beliin ini buat gue?"

Zai menggaruk tekuknya yang tidak gatal. Pipinya mamanas dan jantungnya berdetak lebih cepat. Zai terus merutuki dirinya yang keceplosan perihal helm itu.

"Udah cepetan, mau telat nih!" ajak Zai mengalihkan suasana yang memojokkan dirinya.

Lala menurut saja, memakai helm itu dengan sisa tawa yang sulit dia tahan.

Sepanjang jalan, tidak ada kecanggungan sama sekali diantara mereka berdua. Lala yang sebenarnya tidak terlalu cerewet, kini terus mengoceh.

"Zai, coba ngomong bahasa korea dong!" ucap Lala. Suaranya sedikit nyaring, berusaha mengalahkan suara angin dan bising jalanan.

"Bahasa korea dong," sahut Zai santai.

Seketika pukulan mendarat di bahu Zai. "Ih serius Zai. Jangan bercanda."

"Annyeong haseyo, saranghae, kamsahamnida!"

Ekspresi wajah Lala langsung berubah kesal. Bibirnya maju beberapa senti. Kedua tangannya melipat didepan dada. Pandangannya pun beralih ke samping kanan. Jawaban Zai lagi-lagi tidak sesuai harapannya. Melihat ekspresi Lala dari kaca spion membuat Zai tertawa puas.

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang