⚠7⚠

689 67 3
                                    

"Mengapa kamu masih menanti? Meski tahu harapan berjumpa lebih kecil dari hanya sekedar harga sebiji permen."

-----

Hari ini, adalah tepat enam belas tahun Ev hidup di dunia. Selama itu dia menghirup oksigen gratis yang Tuhan ciptakan di bumi. Selama itu pula gaya gravitasi menahannya untuk terus berpijak di permukaan tanah.

Tak ada yang spesial bagi Ev di hari ulang tahunnya. Tepat di tanggal dan bulan yang sama, sekitar delapan tahun silam adalah hari dimana Ev mulai kecewa dengan pekerjaan orang tuanya. Kali pertama ia tahu dari mana kekayaan keluarga mereka berasal.

Tak ada kue, lilin, hiasan atau kado. Semua itu permintaan Ev. Dia tidak suka pesta ulang tahunya. Cukup sampai delapan tahun yang lalu saja ada pesta besar yang di gelar. Setelahnya, tidak lagi.

Ev menghela napasnya. Berusaha membersihkan paru-parunya dengan menghirup udara segar di taman ini. Taman yang pernah menjadi saksi bisu kejadian delapan tahun lalu. Ketika untuk pertama kalinya Ev memberanikan diri untuk kabur dari rumah besarnya itu. Sendirian.

Tak ada tempat yang lebih favorit untuk merayakan ulang tahun bagi Ev, selain taman ini. Yang dia lakukan sebenarnya sangat sederhana, hanya duduk di sebuah kursi yang selalu sama setiap tahunnya, menghirup udara segar dan bersyukur dia masih di beri hidup sampai hari ini.

Pagi-pagi sekali, Ev sudah mendapat ucapan selamat dari sahabat-sahabatnya yaitu Cla, Iva dan Lala. Selain keluarga, hanya mereka bertiga yang tahu kapan hari ulang tahun Ev. Ev tidak terlalu suka mengumbar hari ulang tahunnya, hanya untuk mengharap kado.

Suasana taman ini selalu menyejukkan, sama seperti saat Ev berkunjung di tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada sedikit pun sampah yang terlihat. Bahkan daun-daun kering yang berserakan pun jarang terlihat. Pengurus taman ini memang menjaganya dengan sangat baik.

"Kakak dimana sih? Hiks.hiks.hiks," seorang gadis kecil mengucek-ngucek matanya yang terus mengeluarkan air mata. Gadis berbaju pony tail, rambut hitam tergerai dan lolipop lebar di tangan kanannya itu, berjalan sendirian seraya menoleh ke kanan kiri mencari kakaknya.

Ev iba pada gadis kecil itu. Sendirian di tempat seluas ini sangatlah menakutkan untuk gadis se--kecil itu. Ev menghampiri gadis kecil itu dan berlutut di hadapannya.

"Adek cantik kenapa?"

Gadis itu sedikit mundur saat Ev mendekat dan berbicara padanya. Dia teringat pesan bundanya yang mengatakan bahwa dia tidak boleh percaya atau dekat-dekat dengan orang yang tidak di kenal.

Ev paham benar dengan reaksi gadis itu. Ev tersenyum manis ke arah gadis itu.

"Kakak gak jahat kok! Nama kamu siapa?" Ev mengelus puncak kepala gadis itu.

Dengan ragu dan sedikit rasa takut yang tersisa, anak itu akhirnya berani berbicara. "Nama aku Loly, aku cari kakak aku kak."

"Oh Loly. Cantik namanya, sama kayak orangnya. Kenalin nama kakak, Ev."

Ev mengelap air mata dan ingus Loly dengan sapu tangan ungu yang sengaja dia bawa dari rumah.

"Anak cantik gak boleh nangis. Nanti kakak bantu cari kakak kamu ya," Ev mencubit lembut pipi cubi Loly. Ev gemas melihat anak itu. Loly pun perlahan mulai tersenyum kepada Ev.

"LO MAU CULIK ADEK GUE YA!"

Tiba-tiba dari kejauhan seorang cowok yang tak lain tak bukan adalah Dem meneriaki Ev. Dengan sepihak Dem menuduh Ev.

"Kakak," Loly berseru.

Seketika Ev bingung. Apa hubungan Loly dengan Dem. Ev berusaha mencerna kata yang di lontarkan Dem dan Loly. Sulit sekali rasanya otak Ev mempercayai apa yang ia tangkap.

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang