⚠11⚠

618 53 0
                                    

"Entah sudah terlalu terbiasa atau apa. Rasanya aneh di saat kamu menjauhiku, mengacuhkanku, mendiamkan aku. Seolah ada yang hilang dari sisiku."

-----

Hari ini terasa berbeda. Seolah ada atmosfer aneh yang meyelimuti bumi hari ini. Semua berasa tidak nyaman. Ev yang tahu kalau Dem adalah teman papanya mulai enggan mencari masalah dengan anak itu. Di tambah, mereka sekarang di jodohkan. Itu sangat risih menggelikan untuk anak SMA seumuran mereka.

"Ev, ibu bisa minta tolong sama kamu?" Tanya Ibu Titi, seusai mengisi jam pelajaran pertama hari ini.

"Boleh, minta tolong apa bu?"

"Tolong antarkan buku tulis, punya murid XI MIA 4. Ibu udah kebelet gak sempet lagi buat nganterin." Jawab Bu Titi.

Memang sedari tadi beliau nampak geliasah. Seolah ada yang beliau tahan.

"Baik bu." Seandainya saja Ev tahu kalau Ibu Titi akan memintanya mengantarkan buku ke MIA 4. Ev akan menolak sedari tadi. Tapi sudah kepalang tanggung, Ev sudah mengatakan 'boleh'. Dan kalau saja tujuannya bisa di ganti. Ev janji akan mengantarkanya kemana pun. Asal jangan MIA 4. Dia enggan bertemu Dem. Enggan mencari masalah.

"Makasih ya Ev." Bu Titi langsung berlari dengan cepat. Beliau mengangkat sedikit roknya agar bisa berlari lebih gesit.

"Okey, the war will start." Komen Lala. Kemudian pura-pura sibuk saat Ev menatap ke arahnya.

Ev mengambil satu tumpukan tulis siswa di meja guru. Pergi keluar melewati kelas-kelas lain menuju kelas yang letaknya di ujung koridor lantai dua.

Ev menghela napas sejenak, sebelum memasuki ruangan kelas itu. Ev benar-benar menyiapkan mentalnya untuk bertemu Dem dan geng Pangeran Curut yang masih nongkrong di dalam kelas.

Ev melangkah masuk tanpa permisi, membuat beberapa murid cewek dan geng Pangeran Curut menatapnya aneh.

"Musuh bebuyutan, dateng ke kandang lawan." Azka berujar.

Dem memandang Ev yang menghampiri meja guru di depan kelas.

"Buku. Titipan Bu Titi!"

Merasa tugasnya sudah selesai di kerjakan. Ev pun berencana kembali ke kelasnya, secepat mungkin.

"Jadi, lo sekarang kerja sampingan jadi porternya Bu Titi. Atau lebih tepatnya pesuruh Bu Titi." Ucap Dem dengan senyum liciknya.

Ev masih bergeming dan memilih melanjutkan langkahnya. Meski telinganya panas mendengar itu. Tapi Ev enggan menanggapi. Sekali lagi Ev malas meladeni. Berlalu pergi adalah pilihan terbaik yang Ev ambil.

"Kenapa dia? Biasanya juga lo diladenin." Karrel berujar.

Dem sedikit tahu alasan Ev menjauhinya, pasti rasanya sangat tidak nyaman berkelahi dengan orang yang di jodohkan dengannya.

Hampir tiga jam Ev hanya murung di kelas. Saat belajar pun dia tidak terlalu fokus. Membuat anggota geng Kadal Comel yang lain khawatir.

"Ev, lo kenapa? Ada masalah?" Cla duduk di samping Ev seraya mengusap punggung Ev.

Ev tak kunjung menjawab. Dia masih merebahkan kepala di atas meja dengan beralaskan punggung tanganya. Pikiran dan hati Ev kompak kalut. Terlalu banyak kenyataan yang tidak bisa dia terima kemarin. Semua berkumpul di kepalanya. Membuat kepalanya terasa berat dan ingin pecah.

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang