⚠12⚠

608 56 2
                                    

"Sepertinya, Tuhan sengaja. Ingin membuat komedi untuk hiburan di kala bosan. Sampai-sampai memberi kita ruang untuk saling mengenal lebih jauh."

-----

Sampai hari ini Ev tak kunjung meladeni Dem. Lagi-lagi waktu terasa berjalan lambat bagi Ev. Jam terakhir pelajaran hari kosong. Semakin mebuat Ev bosan. Padahal tinggal beberapa menit lagi jam pulang sekolah. Untuk melepas kebosanan, Ev memilih jalan-jalan sejenak mengelilingi sekolah sambil menggedong tas. Dia tidak tahu saat dimana bel sekolah berbunyi. Yang jelas, dia sudah persiapan terlebih dahulu dan tak perlu kembali ke kelas mengambil tas saat jam pulang tiba.

Di tempat lain, Dem juga merasa jenuh. Dem sudah benar-benae terbiasa mendengar ocehan Ev. Tapi kemarin dan hari ini, semua itu menghilang tiba-tiba. Leyap tak ada jejak. Dem keluar lebih dulu dari kelasnya karena berhasil menjawab soal kuis yang diberikan guru dengang benar.

Tadi Dem sempat menanyakan pada teman-teman sekelas Ev dimana anak itu berada. Dan mereka bilang Ev sedang tur keliling sekolah sendirian. Sejujurnya Dem bukannya khawatir atau apa. Tapi dia hanya ingin perasaan kosong yang menggangu dirinya hilang. Dem sudah mencoba berbagai cara, namun tak kunjung berhasil juga. Mungkin cara terakhir adalah cara paling nekat yang akan Dem lakukan. Yaitu meminta penjelasan dari Ev langsung.

Dem sudah menunggu di salah satu koridor sekolah yang menurutnya akan di lewati Ev sebentar lagi. Di bersembunyi di balik tembok. Sengaja, supaya Ev tidak menjauh saat melihat dirinya.

Dan benar saja, tak lama kemudian Ev melenggang melewati lorong itu. Sedikit lagi, Dem akan menarik Ev ke arahnya.

"AAAA." Ev meronta saat Dem menarik tangannya kuat.

Dem menyenderka tubuh Ev di dinding koridor sekolah yang jauh dari ruangan kelas. Mata mereka saling menatap beberapa detik dan tercipta keheningan.

"Apa?" Dengan gaya dingin khasnya. Wajah datarnya itu membuat Dem agak ragu untuk berkata.

"Kenapa lo berubah?" Tanya Dem.

"Berubah jadi apa? Superman, Batman, Thor atau Aquaman." Ev tetap mempertahankan wajah dinginnya.

Dem merasa dipermainkan. Dia ingin jawaban serius dari Ev.

"Kenapa lo nyuekin gue, diemin gue. Mau lo apa sih?" Nada suara Dem meninggi.

"Lo yang maunya apa? Bukannya harusnya lo seneng ya, gue gak ganggu lo lagi. Gak buat masalah lagi sama lo. Seharusnya lo bersyukur." Jawab Ev. Nada suaranya selaras dengan wajahnya. DATAR.

Dem menggerang sambil memukul keras tembok di samping wajah Ev. Ev sama sekali tak bereaksi. Terkejut sedikit pun tak ada.

"Tapi gue aneh liat lo kayak gitu. Gue--"

"GUE APA? Gue capek Dem. Gue capek gue lelah bikin masalah sama lo terus. CAPEK DEM!!" Ev berucap lirih. Suaranya buyar. Bulir air mata mulai berkumpul di pelupuk. Dia ingin meluaokan segala kekesalan pada kedua orang tuanya yang tak pernah mendengarkan saran dan pendapat darinya.

Melihat Ev seperti itu, Dem benar-benar tak tega. Semarah-marahnya Dem pada Ev, dia tetap saja tidak bisa melihat seorang cewek hendak menangis di hadapannya.

Dem menarik tubuh Ev, menyeretnya ke dalam dekapan. Yang Dem bisa lakukan hanyalah mengusap kepala Ev. Berusaha menenangkan gadis yang mulai sesegukan itu. Ev pun hanya bisa pasrah menjatuhkan wajanya ke dada Dem.

Kringg...

Bel pulang tak terasa berbunyi. Dem menarik tangan Ev.

"Ikut gue?" Ucap Dem tanpa menoleh sedikit pun ke arah Ev.

Demon & Devil [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang