four

76 6 0
                                    


13:12 WIB

"Raaa... disini.!!" ku cari sumber suara yang memanggilku sesaat aku masuk di sebuah cafe dekat tempatku bekerja. Setelah menemukannya aku berjalan menuju kursi cafe yang berada di pojok ruangan.

"Lama sekali kamu Ra, jadi boring nih" protes Mia temanku semasa SMA dulu.

"Sorry, kalian ngajak ketemuannya dadakan sih" sangkalku sambil duduk di depan Mia.

"Khan sudah di line Lisa. Jangan bilang kamu nggak buka sama sekali" selidik Mia.

"hehe sorry sorry. Terus Lisa mana?".

"APA HAHH...!!?? segitu susahnya ya baca line dari aku??" protes Lisa dari belakang dan menyodorkan ice chocalate padaku sambil duduk di sebelah Mia.

"Thanks" jawabku terkekeh.

"Kalau lagi marah dengan seseorang, jangan libatkan orang lain" sindir Lisa.

Memang semenjak kejadian itu aku jarang membuka pesan yang masuk dari siapapun itu. Hanya telfon saja yang ku angkat, itupun tergantung siapa yang menelfon.

"Memangnya gak capek Ra marahan terus? Sudah dua bulan loh. Kasian juga dia nya" tanya Mia.

"Tau nih.Dia idol Korea loh Ra. Kapan lagi dekat sama artis. Kalau aku jadi kamu sih tiap hari aku telfon dia" lanjut Lisa.

"Untung bukan kamu Lis, bisa-bisa dia stress gegara ocehan kamu" Mia tertawa dengan puas.

"Setidaknya aku tidak akan marah lama-lama" Lisa menyindirku. Aku hanya bisa tersenyum sinis menatap Lisa.

"Sudahlah Ra.. Jangan marah lagi.. Dengarkan dulu penjelasannya. Apa susahnya sih" bujuk Mia.

"Angkat telfonnya gih..Terus baikan lagi. Kalau gini terus, jadi gak bisa nitip tanda tangannya Sehun khan" gerutu Lisa.

"Heyyy ada udang dibalik batu kamu ya" Mia menyubit lengan Lisa.

"Sakit Mia.!! Bukannya kamu juga mau nitip juga khan?" Lisa tak terima.

"Enggak tuh" sangkal Mia.

"Hey kalian berdua.!!! tujuan kita bertemu itu apa? kenapa kalian membahas itu lagi? Kalau tidak ada yang dibicarakan lagi, aku mau berangkat kerja saja" aku bersuara setelah melihat kedua sahabatku bertengkar seperti anak kecil.

Meski pertengkaran mereka menjadi hiburan tersendiri bagiku, tapi kalau dilakukan di tempat umum jadinya sangat memalukan.

Apalagi suara Lisa, gadis yang kuliah di fakultas bahasa itu selalu bertingkah heboh. Tidak peduli itu dimanapun dan kapanpun.

Berbeda dengan Mia. Dia lebih tenang dan dewasa. Namun terkadang juga sedikit heboh sama sepertiku. Mungkin aku dan Mia sudah tertular virus kehebohannya Lisa.

"Oke Oke. kita bahas yang lain" Mia melanjutkan. " Minggu depan ada acara di kampus. Kamu mau ikut kita nggak?" Mia bertanya padaku.

"Acara apa?" tanyaku.

"Pentas seni. Ada bazarnya juga. Acaranya sampai malam. Minggu depan kamu masuk pagi khan?" terang Mia

"hmm" aku mengangguk.
"Tapi di cafe lagi ramai pengunjung. Aku gak yakin bisa minta ijin" lanjutku.

"Aku yang ijinkan ke kak Rani" jelas Mia. Cafe dimana Nara bekerja adalah milih kakak Mia.

"Kita datang sore saja setelah kamu pulang kerja. Oke??" Lisa.

"Oke. Ya sudah aku kerja dulu ya. Thanks ice chocolate nya" aku berdiri dan mengambil tasku bersiap untuk pergi dari cafe itu.

"Oke. Hati-hati ya Ra" Mia melambaikan tangannya.

My precious IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang