nineteen

73 4 5
                                    

Suara dentuman jam terdengar sangat jelas. Suasana malam yang ramai tapi juga sangat hening bagi seorang gadis yang sedang meringkuk di samping tempat tidur. Kepalanya tertelungkup diantara kedua tangan yang memeluk lututnya. Luka gores di lengan kanannya tampak sudah mengering dan telapak kaki kanannya juga terbalut perban. Gadis itu membiarkan tubuhnya kedinginan dan terlarut dengan kesendiriannya.

Beberapa saat kemudian pintu kamar terbuka. Seorang namja berjalan mendekati gadis itu dan berjongkok di belakangnya. Memakaikan selimut dan mulai memeluknya. Tak ada respon dari gadis itu, hanya terdengar suara isakan yang sangat pilu.

"Noona,, aku akan menjagamu. Aku janji" namja itu bersuara.
"Sekarang kita makan eoh.,?" ajak namja itu.

"Lijun-ah...".

"Ehmm?".

"Apa aku anak yang buruk?".

"Anni. Tapi akan menjadi buruk jika kau tidak makan dan tidak merawat dirimu sendiri".

Suasana kembali hening. Namja bernama Li Juno itu masih setia memeluk saudara perempuannya itu.

Flashback on
.
.
.

2hari yang lalu....

BRAAAKKK

Suara pintu kamar rumah sakit terdorong agak kasar oleh Nara, membuat seisi ruangan terkejut.

"Noonaaa,, gwenchana?" tanya Juno menghampiri kakaknya yang terlihat sangat kacau. Tangan dan kakinya berdarah. Wajahnya sudah dipenuhi dengan linangan air mata.

Tanpa merespon adiknya, Nara berjalan gontai ke arah ibunya yang sedang terbaring di atas kasur.

"Eom-ma... A-ku sudah datang. Bangunlah..." ucap Nara di sela-sela tangisnya.

"Noona...".

"Lijun-ah,, kenapa eomma tidak bangun eoh.? Apa dia marah padaku hmm?".

"Noona... eomma---".

"Anni. Eomma pasti sedang tidur eoh?" Nara berusaha menahan isakan tangisnya.
"Eomma ireona jeball.. Ireona.. eomma...jeballl....".

"Noona,,, andwe..." Juno memeluk Nara yang berusaha menggoyang-goyangkan tubuh ibunya yang sudah tak bernyawa. Kedua kakak beradik itu menangisi kepergian ibunya.

Ibu Nara mengalami kecelakaan setelah menolong seorang gadis kecil yang hendak menyebrang di jalan. Kepalanya terbentur sangat keras sehingga mengalami pendarahan yang cukup parah. Nasib gadis kecil itu juga tak cukup baik, karena masih dalam keadaan kritis.

Saat kejadian Nara masih berada di Jakarta bersama Lisa dan Mia. Ponsel Nara tidak aktif saat pihak rumah sakit menghubunginya dan akhirnya Juno lah yang mengetahui kabar tersebut. Namja itu bergegas ke Indonesia bersama ayah dan juga temannya, Nam johyuk.

Setelah pemakaman selesai, Nara masih begitu syok. Dia tampak murung dan selalu menyendiri. Matanya sembab, tubuhnya lunglai dan terlihat begitu kacau. Entah sudah berapa kali Juno, ayah dan kedua sahabatnya membujuk Nara untuk makan. Namun Nara hanya berdiam diri dalam kamar ibunya.

.
.
.
Flasback off


17:10 WIB

Nara dan Johyuk sedang duduk di tepi pantai yang tak jauh dari rumah Nara. Namja itu mengajak Nara berjalan di pantai agar tidak terus mengurung diri di dalam kamar ibunya. Setidaknya suasana pantai sedikit mengembalikan semangat gadis itu.

My precious IdolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang