1.6 : Japan

155 21 0
                                    

{ 23 years old }

Rain mengerutkan alisnya, menatap anak buahnya yang berdiri di depan mejanya.

"Aku?"

Perempuan yang berada di depan Rain mengangguk pelan, tampak segan untuk berbicara.

"Tuan Richard sebenarnya ingin menyampaikannya secara langsung, namun beliau bilang bahwa dia lebih menghargai keputusan Nona Rain untuk menemuinya atau tidak."

Rain langsung membatu, tapi dengan cepat kembali normal lalu mengibaskan tangannya.

"Baiklah, aku akan memanggilmu lagi setelah kubaca lanjutannya," ucap Rain membuka map yang anak buahnya berikan.

"Ah, siap, Nona Rain!"

Pintu di tutup, menyisakan Rain sendiri di ruangan itu. Di sinilah Rain berada sekarang, di kantor keamanan Kerajaan Inggris. Setelah menerima tawaran dari Richard, seminggu kemudian Rain sudah bekerja sebagai anggota keamanan Kerajaan Inggris, dan dua tahun sudah berlalu sejak hari saat Rain menerima tawaran sang laki-laki.

Kembali ke masalah tadi, Rain meletakkan map tersebut di atas meja, kemudian menatap kedua tangannya yang gemetaran. Tangan kanan Rain meraih bagian jantungnya yang berdetak terlalu cepat dari biasanya.

'Bahkan setelah dua tahun, aku masih sama seperti dulu. Mendengar namanya saja sudah ....'

Rain berdiri dari meja kerjanya, dan berjalan cepat menuju kamar mandi yang terhubung di ruang kerjanya. Sampai di sana Rain langsung mengunci kamar mandi dan menatap pantulan dirinya di cermin.

"Jantungmu berdetak terlalu cepat loh~"

Pantulan Rain menyeringai lebar, membuat Rain mendecih.

"Berisik."

"Ayo, keluarkan cutter-mu seperti biasa~ potong pergelangan tanganmu seperti biasa~"

Rain mengabaikan pantulan dirinya, mengeluarkan cutter yang selalu dia bawa di dalam saku jas kerjanya dengan tangan kirinya, kemudian membuka cutter tersebut. Tangan kiri Rain diarahkan ke atas wastafel, dengan tangan kanannya menggulung lengan jas dan bajunya lalu menarik perban yang ada di pergelangan tangan kirinya, menampilkan luka gores yang banyak namun terlihat sedang memulihkan diri.

"Benar, kau selalu melakukannya saat mendengar nama laki-laki itu kan? Kau selalu memotong tanganmu sebelum bertemu dengannya. Untuk menenangkan dirimu, untuk mengalihkan pikiranmu."

Luka sayat terbentuk, dan darah mengalir deras dari luka yang terbentuk, menetes di atas wastafel. Pandangan Rain kosong, dirinya merasa sakit, tapi entah kenapa Rain merasa tenang.

"Oh, jantungmu kembali tenang."

Rain menghela napas, membersihkan luka sayatnya di atas air keran yang mengalir lalu membuka kaca yang ada di depannya, menunjukkan lemari berisi obat-obatan. Rain mengambil povidone iodine dan kapas. Perempuan itu merintih kesakitan saat kapas yang dibasahi dengan alkohol menyentuh lukanya. Setelah yakin lukanya bersih dan tidak ada darah yang mengalir lagi, Rain pun mengambil perban baru dan membalut lukanya.

'Sudah dua tahun, bahkan semua rekan kerjaku adalah perempuan.'

Seperti yang Rain pikirkan, semua orang yang melakukan interaksi dengan Rain adalah perempuan. Laki-laki yang bisa melakukan kontak dengan Rain hanyalah kakak dan adiknya, serta ayah Rain.

Richard? Rain tidak pernah menganggapnya sebagai interaksi, melainkan sebuah siksaan.

'Apa aku bisa bertahan? Terakhir kali aku bertemu dengannya tiga bulan yang lalu, aku hanya bisa bertahan selama sepuluh menit.'

Her One and Only || SamaRain ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang