"Da~n Royal Straight!"
"Aah! Kalah lagi!" protes Fanz melempar kartu yang ada di tangannya.
"Kita selalu kalah dari awal, Fanz," sahut Stafez terkekeh sambil meletakkan kartu yang dia pegang ke atas meja, "Mama memberi Rain gedung kasino di AS bukan untuk pajangan semata."
Rain tertawa puas, lalu berdiri dari sofa.
"Jadi sesuai dengan hadiah taruhan sebelum bermain tadi, uang jajanmu bulan depan jadi punyaku~" sahut Rain, "kutunggu transfernya, adikku tercinta."
"Tidak adil! Aku mau pertandingan ulang!" balas Fanz.
"Kau bahkan sudah tidak punya apa-apa," sahut Rain—sementara Stafez hanya menggelengkan kepalanya.
"Motor balapku!" sahut Fanz berdiri dari sofa, "Kak Ra bebas memilih satu dari koleksiku jika menang!"
"Kita sudah bermain lima kali, dan lima kali juga kita kalah oleh Rain," komentar Stafez, "apa kau yakin, Fanz?"
Rain hanya tersenyum, lalu berjalan keluar ruang TV sambil melambaikan tangannya.
"Kita lanjutkan lain kali saja, sekarang aku memerlukan tidur cantikku," ucap Rain.
Setelah keluar dari ruang TV, Rain berjalan menuju kamarnya. Begitu sampai di kamarnya, Rain segera masuk ke kamar mandi dan mencuci wajahnya di wastafel. Rain memandang wastafel dengan kedua tangannya memegang dua sisi wastafel, sebelum akhirnya menghela napas panjang.
"Kau bilang kau bahagia, tapi kau selalu menghela napas. Apa itu kebahagiaan menurutmu, Rain?"
Rain mengangkat kepalanya, melihat refleksi dirinya sedang menatapnya dengan tatapan datar dan sebelah alis terangkat.
"Aku tidak mengerti apa maksudmu," komentar Rain.
"Kau tahu pasti apa yang kumaksud, Rain."
Refleksi Rain menggertakkan giginya, ekspresi tak senang jelas terlukis di wajahnya.
"Mama dan Papa akhirnya menaruh perhatian padaku, Fanz juga sudah tidak membenciku, dan Kak Staz baik seperti biasa—apa lagi yang kusia-siakan?"
Refleksi Rain menunjuk matanya sendiri-biru langit yang tampak kusam ... dan kosong.
"Lalu apa-apaan matamu ini, Rain? Apa orang bahagia akan terlihat seperti mayat hidup? Aku tidak tahu definisimu tentang kebahagiaan akan seburuk ini-"
"TAHU APA KAU TENTANG DIRIKU! KAU TIDAK TAHU APA-APA!" bentak Rain memotong ucapan refleksinya, sosok gelapnya.
"Oh, aku tahu segalanya tentangmu, Rain. Aku bisa melihat masa lalumu, dari dulu hingga sekarang. Bagaimana kau menantikan hari ini, hari saat orang tuamu menoleh ke arahmu, juga adikmu yang sudah tidak membencimu."
"Lalu—"
"Setidaknya itulah dirimu, sebelum bertemu dengannya."
Rain terdiam, lalu perlahan mengangkat kepalanya—ekspresi marah terlukis di wajahnya.
"Apa maksudmu aku berubah?"
"Setiap orang berubah, dan kau berubah karena dia."
Rain mengerutkan alisnya.
Dia tahu siapa yang sosok gelapnya maksud.
Setidaknya dialah yang Rain tebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her One and Only || SamaRain ||
FanfictionJudul Sebelumnya "Hypnosis Mic: Her Side" ••••••••••••••••••••••••••••••••••• Rain Victoria Eastaugffe. Sejak dulu hidupnya tidak pernah bahagia, atau pun bebas. Hidupnya selalu diberi pilihan, tanpa memikirkan perasaannya. Perlahan dia mulai terbia...