"Da~n kita sampai di Shibuya," ucap Rain setelah kakinya melangkah keluar dari gerbong kereta khusus perempuan.
Hari masih pagi, dan tampak orang-orang mulai sepi karena jam berangkat kerja sudah lewat, yang artinya sekarang sedang dalam masa jam kerja. Rain mengeluarkan ponselnya untuk melihat daftar hotel yang dia dapat dari Ichijiku, yang sudah dia foto sebelumnya.
"Ada satu di dekat sini," gumam Rain kemudian berjalan menuju hotel yang dia maksud.
Namun sang perempuan langsung menghentikan langkahnya saat melihat seorang laki-laki sedang tertidur di sebelah pintu stasiun kereta api Shibuya.
'Gembel?' pikir Rain melihat laki-laki melarat tersebut.
"Yep, gembel."
Rain mendengus, kemudian berjongkok dan meletakkan kedua tangan di sisi mulutnya.
"Um, apa kau baik-baik saja?"
"Seperti biasa, tidak bisa membiarkan orang melarat."
'Diam.'
"Halo~?"
Rain terlonjak kaget saat kedua mata laki-laki berambut biru itu terbuka dengan tiba-tiba, hingga membuat Rain tersungkur ke belakang.
"Ah, maafkan aku!" ucap laki-laki itu langsung berdiri.
Tanpa menunggu balasan dari Rain, laki-laki itu langsung memegang kedua tangan Rain dan menarik perempuan itu berdiri lalu melepaskan tangannya. Rain yang sadar dirinya sudah berdiri hanya bisa berkedip beberapa kali.
"Ah," Rain tersadar, "apa kau baik-baik saja?"
"Hm? Ya, aku 100% baik-baik saja—"
Ucapan laki-laki itu terpotong oleh suara perut yang cukup keras. Rain kembali berkedip beberapa kali, kemudian menatap laki-laki tadi.
"Ehm, 90% kelaparan, sebenarnya," ucap laki-laki itu tertawa canggung.
Rain terdiam, tampak berpikir sejenak.
"Oh," sebuah lampu imajiner muncul di atas kepala Rain menandakan dia mendapat sebuah ide, "maafkan aku yang membangunkanmu, tapi aku membangunkanmu ada tujuannya."
"Tidak apa-apa, terima kasih sudah membangunkanku, tidak aku sangka hari sudah pagi. Lalu, ada tujuan apa?"
"Mengenai itu, sebenarnya aku perlu seseorang untuk memanduku keliling Shibuya selama seminggu karena aku tidak terlalu mengenal kota ini," jawab Rain sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga kanannya, "aku tidak kenal siapa pun di sini, oleh karena itu aku membangunkanmu—apa kau mau jadi pemanduku? Kau boleh menolaknya jika tidak mau."
"Alasanmu tidak masuk akal."
"Tenang, akan kubayar—"
"Oh, boleh!"
"Laki-laki ini bodoh atau apa?"
Rain hanya tersenyum melihat laki-laki yang ada di depannya ini bersemangat saat mendengar kata 'bayar'.
"Kalau begitu, sebelum keliling Shibuya, maukah sarapan bersamaku? Tapi aku perlu check in ke hotel."
"Dengan senang hati! Oh, ngomong-ngomong namaku Dice!"
"Aku Rain, mohon bantuannya selama seminggu ke depan."
"Yep, aku juga!"
[][][]
KAMU SEDANG MEMBACA
Her One and Only || SamaRain ||
FanfictionJudul Sebelumnya "Hypnosis Mic: Her Side" ••••••••••••••••••••••••••••••••••• Rain Victoria Eastaugffe. Sejak dulu hidupnya tidak pernah bahagia, atau pun bebas. Hidupnya selalu diberi pilihan, tanpa memikirkan perasaannya. Perlahan dia mulai terbia...