"Sekali lagi selamat atas kemenangan kalian."
Rain tersenyum saat melihat MTC yang baru memenangkan battle rap terakhir, yang berarti merekalah yang menjadi perwakilan divisi Yokohama.
"Terima kasih," sahut Jyuto dan Riou mengangguk.
Menyadari bahwa yang merespons hanyalah dua orang, Rain menoleh ke arah Samatoki, menyadari bahwa sang laki-laki sedang menatapnya dengan tatapan tak suka.
"Ada apa, Samatoki?" tanya Rain memiringkan kepalanya.
Samatoki semakin mengerutkan alisnya. Jyuto dan Riou yang melihat reaksi ketua mereka hanya diam, sebelum akhirnya mengerti dengan maksud Samatoki.
"Kalau begitu kami permisi dulu, Rain," ucap Jyuto disusul anggukan kepala Riou.
"Ah, oke?" sahut Rain bingung melihat hanya dua anggota MTC yang pergi.
Kini tersisa dirinya dan Samatoki. Rain hanya diam, sampai dia melihat Samatoki melangkah menuju ke arah yang berlawanan dari dua anggotanya.
"Oi onna, kenapa diam saja, sini ikut aku," ucap Samatoki menyadari Rain hanya diam di tempat.
"Eh?"
[][][]
"Kau selalu memberi tim kami selamat," ucap Samatoki menyalakan rokoknya saat mereka sudah sampai di pelabuhan Yokohama.
Rain menatap Samatoki yang berpegangan pada pagar pembatas.
"Um, bukannya itu normal? Memberi selamat?" balas Rain.
"Aku tidak mau ucapan selamat darimu."
Sebelah mata Rain berkedut, namun dia hanya bisa tersenyum (kesal).
"Kalau begitu untuk battle rap selanjutnya aku tidak akan memberimu ucapan selamat, aku hanya akan—"
"Aku tidak mau terima omongan manis saja, aku maunya tindakan nyata."
Rain berhenti bicara, kemudian menatap Samatoki yang sedang merokok. Menyadari Rain tidak menyahut, Samatoki menoleh ke arah Rain, mendapati sang perempuan menatapnya dengan ekspresi terkejut. Samatoki yang melihat reaksi Rain langsung menyeringai—membuat pipi sang perempuan memerah.
"Kau paham maksudku, kan?"
[][][]
Rain menatap langit-langit kamar hotelnya dalam diam, sebelum akhirnya bangkit dari kasurnya.
'Kencan, huh?'
Rain tidak naif, dia sadar bahwa selama beberapa minggu terakhir sejak kembalinya dia ke Yokohama, hampir seluruh waktunya dia habiskan bersama Samatoki. Oleh karena itu dia sadar bahwa hubungan mereka bukan sekedar kenalan, atau teman.
Setidaknya itulah yang Rain pikirkan.
"Seharusnya aku menolak ajakannya—lebih tepatnya, paksaan Samatoki," gumam Rain membuka lemari pakaiannya.
Kemudian mengambil seragam Chuo-ku miliknya.
'Aku sadar Samatoki tidak menyukai Chuo-ku,' pikir Rain mengganti pakaian santainya menjadi seragam Chuo-ku, 'tapi aku tidak mau menjauhinya—dia satu-satunya laki-laki yang membuatku merasa aman selain keluargaku.'
Selesainya Rain menggunakan seragam Chuo-ku dan mengingat rambutnya, ponsel milik Rain berdering—tanda sebuah panggilan masuk datang. Rain meraih ponselnya lalu menjawab panggilan tersebut
"Aku baru selesai bersiap, Ichijiku-san."
"Hoo, baguslah. Untuk selanjutnya aku serahkan padamu, Rain."
[][][]
Rain meletakkan sebelah tangannya di pinggang, melihat gedung tua yang ada di depannya dalam diam.
'Dari informasi yang kuterima, ada enam laki-laki yang berencana untuk menyerang Chuo-ku, dan mereka semua adalah kelompok yang kalah melawan MTC,' pikir Rain mengeluarkan hypnosis mic miliknya.
Semenjak kejadian Rain hampir diserang oleh kelompok rapper yang kalah, sang perempuan langsung mengambil langkah drastis agar kejadian yang sama tidak kembali terulang.
Dengan menjadi anggota Chuo-ku yang bertugas memberantas para rapper yang berencana menjadi pengkhianat dengan menyerang Chuo-ku.
Kaki Rain terangkat, kemudian menendang pintu gedung tersebut—menciptakan suara keras saat terbuka, yang menarik perhatian.
"Apa kau yakin bisa melakukannya, Rain? Ini kali pertama musuhmu lebih dari satu, sebelumnya kau hanya satu lawan satu, kan?"
Rain menarik napas singkat, sorot matanya menatap dingin enam laki-laki yang tampak terkejut dengan kedatangan Rain.
'Ayolah, aku membunuh dua orang dengan rap, kenapa kau berpikir menjatuhkan enam orang akan sulit?'
"Well hello there, gentleman," sapa Rain menyeringai saat melihat mereka mengeluarkan hypnosis mic mereka, "aku mendengar bahwa kalian berencana menyerang Chuo-ku karena kekalahan kalian, hm?"
[][][]
Rain menghela napas panjang, tampak sebelah kakinya menginjak tangan seorang laki-laki yang diduga adalah pemimpin mereka.
"Aku tidak terkejut kalian kalah melawan MTC," komentar Rain melihat anggota Chuo-ku mulai mengikat mereka semua, "kalian bahkan tidak bisa membuatku berlutut, apalagi jatuh."
"Miss Rain."
Rain menoleh ke sumber suara, melihat salah satu anak buahnya siap melaporkan keadaan sekarang.
"Keenam anggota dan pemimpin mereka sudah ditangkap dan akan dibawa ke Chuo-ku untuk ditindak lanjuti, enam hypnosis mic juga sudah berhasil disita."
"Hum," Rain bergumam panjang, "kalau begitu aku serahkan sisanya pada kalian," sambung Rain berjalan keluar dari gedung tersebut, kembali ke hotelnya.
Begitu sampai di kamarnya, Rain langsung terduduk di lantai. Jantungnya masih berdetak cepat, namun tidak Rain duga bahwa napasnya justru teratur.
'Menjatuhkan enam laki-laki tidaklah sulit, namun tetap saja trauma masa lalu membuat jantungku berdetak cepat,' pikir Rain.
Rain tersadar saat ponselnya bergetar. Sang perempuan meraih ponselnya, mendapati satu pesan masuk. Saat Rain membuka pesan tersebut, pengirim pesan tersebut ternyata Samatoki.
Pelabuhan, jam 9 pagi.
Jantung Rain langsung kembali normal, kembali tenang. Rain yang menyadari itu hanya bisa menggertakkan giginya.
"Ini kali pertama aku menjadi egois, berpegangan kuat pada laki-laki yang cepat atau lambat akan aku lukai."
:: :: ::
:: :: ::
KAMU SEDANG MEMBACA
Her One and Only || SamaRain ||
FanficJudul Sebelumnya "Hypnosis Mic: Her Side" ••••••••••••••••••••••••••••••••••• Rain Victoria Eastaugffe. Sejak dulu hidupnya tidak pernah bahagia, atau pun bebas. Hidupnya selalu diberi pilihan, tanpa memikirkan perasaannya. Perlahan dia mulai terbia...