[Pemberhentian terakhir: Stasiun Osaka. Sekali lagi, pemberhentian terakhir: Stasiun Osaka.]
Rain perlahan membuka matanya, samar-samar pengumuman dari kereta menyadarkannya.
'Huh?'
Rain berkedip beberapa kali, dan dia langsung berdiri saat menyadari dirinya bukan berada di tempat tujuannya.
"Osaka? Bukan Asakusa?"
Rain bergegas keluar dari kereta api lalu keluar dari stasiun, dan irisnya melebar saat pemandangan kota Osaka menyapa matanya.
"Astaga," Rain berjongkok—mengabaikan tatapan aneh orang sekitar—dengan kedua tangannya memegang sisi kepalanya, "bagaimana ini bisa terjadi?"
Rain Victoria Eastaugffe, perempuan berusia 24 tahun, dengan mudahnya tertidur dan melewatkan stasiun tujuannya, yang berakhir berhenti di stasiun terakhir, Osaka.
'Osaka ada di dalam daftar liburanku—tapi sebagai tempat terakhir, jadi ini situasi gawat karena aku mengacau dari rencanaku sendiri. Dari awal, kenapa aku bisa tertidur? Apa aku terlalu lelah sampai tertidur? Tapi aku hanya liburan akhir-akhir ini.'
Dari pikirannya itu Rain tersadar satu hal.
"Jangan bilang liburan justru membuatku lelah?"
"Apa yang kau lakukan dengan berjongkok begitu, Nona Manis?"
Mendengar suara berat menyapanya, Rain spontan berdiri dan memutar tubuhnya (serta mundur beberapa langkah) ke sumber suara, mendapati seorang laki-laki dengan jaket bulu tebal serta mengenakan kacamata hitam.
"T-tidak ada apa-apa," jawab Rain menghindari kontak mata dengan laki-laki tersebut.
Sementara sang laki-laki tampak menyadari sikap Rain, dan anehnya dia justru ikut mundur beberapa langkah—membuat Rain menoleh ke arahnya dengan heran.
'Kenapa dia menjauh?'
"Kau terlihat kebingungan, Nona Manis. Apa kau tersesat?"
'Semua barangku sudah ada di Asakusa, dan aku hanya membawa sedikit uang dan ponsel—ah!' Rain langsung merogoh tas selempangnya.
Namun saat dia mencoba menyalakan ponselnya, Rain hanya dihadapkan oleh layar hitam.
"Y-yang benar saja," gumam Rain tidak percaya.
"Kau ingin menghubungi seseorang? Aku bisa meminjamkanmu ponselku," tawar laki-laki itu mengeluarkan ponselnya.
Rain mengerutkan alisnya, kemudian menggeleng.
"Tidak terima kasih, tuan."
"Oh, namaku Amayado Rei, Nona Manis."
'Aku tidak tanya namamu, tuan,' pikir Rain menatap aneh Rei.
"Tenang, aku tidak akan menanyakan namamu. Nona Manis sudah cukup bagiku."
'Aku sendiri juga tidak berencana untuk memberitahumu,' pikir Rain.
"Jangan pasang wajah curiga seperti itu, Nona Manis. Aku tidak berencana buruk, hanya ingin membantumu karena kau terlihat panik tadi," jelas Rei masih mengulurkan ponselnya.
'Uang yang kubawa tidak cukup untuk menginap di hotel,' Rain melirik ke sekitarnya, 'hari sudah malam, dan kami sedang berada di tempat yang ramai.'
Setelah terdiam cukup lama, akhirnya tangan Rain terangkat untuk mengambil ponsel Rei—
"Wah wah wah! Kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini, Missy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Her One and Only || SamaRain ||
FanfictionJudul Sebelumnya "Hypnosis Mic: Her Side" ••••••••••••••••••••••••••••••••••• Rain Victoria Eastaugffe. Sejak dulu hidupnya tidak pernah bahagia, atau pun bebas. Hidupnya selalu diberi pilihan, tanpa memikirkan perasaannya. Perlahan dia mulai terbia...