"Ah, um—namaku Rain Victoria Eastaugffe."
Laki-laki itu—Samatoki—mengangkat sebelah alisnya saat mendengar namanya, dan Rain sendiri langsung membuang pandangan dengan panik.
"Kau bisa memanggilku Rain."
"Onna saja sudah cukup bagiku. Sekarang, apa yang kau ingat terakhir kali?"
Rain hendak marah saat mendengar ucapan pertama Samatoki, namun memilih untuk diam lalu berpikir sejenak, mencoba menggali ingatan terbarunya.
"Aku jatuh dari pelabuhan, ke laut?" jawab Rain sedikit ragu.
"Jadi setelah kau jatuh, aku melompat untuk menyelamatkanmu," jelas Samatoki, "lalu aku mencari hotel terdekat dan di sinilah kita sekarang."
Rain berkedip beberapa kali, kemudian mengangguk mengerti.
'Jadi dia menyelamatkanku?'
Seolah tersadar sesuatu, Rain kemudian menatap Samatoki dengan takut-takut.
"Um, lalu mengenai pakaian?"
"Staf hotel yang menggantinya, jadi jangan takut begitu," jawab Samatoki, "lagi pula ini semua tidak akan terjadi jika kau tidak keras kepala."
"Itu karena aku—" Rain menghentikan ucapannya saat menyadari sesuatu yang mengganjal sejak tadi.
Dia tidak merasa takut saat bersama Samatoki.
'Padahal jarak kami berdua sangat dekat,' pikir Rain menatap Samatoki yang duduk di kasur, bersebelahan dengan lututnya.
"Karena kau apa?" tanya Samatoki menunggu jawaban Rain.
Rain tersadar kemudian membuang pandangannya.
"Aku tidak ingin menyusahkan siapa pun."
"Dan lihatlah kondisimu sekarang."
"Hei, itu juga karena kau sendiri kukuh untuk membantuku!" protes Rain.
"Apa kau tidak dengar penjelasanku tadi? Berbahaya jika kau pergi sendiri, ini Yokohama. Lagi pula apa yang kau lakukan malam-malam di pelabuhan? Apalagi dengan kondisi seperti itu," sahut Samatoki.
"Aku baru sampai di sini, aku mampir ke pelabuhan sejenak sebelum check in."
"Begitu?" sahut Samatoki berdiri, "memangnya apa yang kau lakukan di sini? Memangnya kau dari divisi mana sampai datang ke sini begitu larut?"
Rain mengerutkan alisnya, "aku tidak punya kewajiban untuk menjawab itu."
"Tapi setidaknya aku punya hak untuk tahu, benar? Setelah menyelamatkanmu, maksudku."
'Benar juga,' pikir Rain.
"Aku datang karena cuti dari pekerjaanku," jawab Rain menutup matanya, "dari Chu—ehem, dari model maksudku."
Samatoki mengangkat sebelah alisnya sambil menatap Rain.
Apa dia hendak menyebut Chuo-ku? Apa Samatoki saja yang salah menduga?
'Aku memang dilindungi pemerintah,' pikir Rain berdehem—menghindari kontak mata dengan Samatoki, 'tapi mengetahui masalah negara ini sendiri, kurasa menyebut aku berasal dari Chuo-ku cukup berbahaya.'
Beruntung saat Rain kemari dia sudah tidak memakai seragamnya, yang dengan jelas memiliki badge Chuo-ku.
"Apa karena kakimu?"
Rain mengangguk kecil, membuat Samatoki bergumam panjang.
"Oh, ngomong-ngomong masalah kakimu, aku sudah memanggil dokter untuk memeriksakan keadaan kakimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her One and Only || SamaRain ||
FanfictionJudul Sebelumnya "Hypnosis Mic: Her Side" ••••••••••••••••••••••••••••••••••• Rain Victoria Eastaugffe. Sejak dulu hidupnya tidak pernah bahagia, atau pun bebas. Hidupnya selalu diberi pilihan, tanpa memikirkan perasaannya. Perlahan dia mulai terbia...