1.1 : Trauma

232 31 0
                                    

{ 20 years old }

Rain menghela napas panjang, memainkan jarinya di atas gelas wine yang ada di depannya.

'Untuk pihak yang mengajukan pertunangan, mereka cukup berani datang terlambat,' pikir Rain mengerutkan alisnya kemudian menyentuh lehernya yang terbalut perban putih.

"Nona Rain?"

Rain mengangkat kepalanya, dan melihat laki-laki yang seusia dengannya, memiliki rambut berwarna hitam dan iris cokelat tua, serta mengenakan kacamata.

"Maafkan atas keterlambatanku, ada sedikit masalah saat berangkat tadi," laki-laki itu duduk di seberang Rain lalu mengulurkan tangannya, "perkenalkan, aku Richard Smith, 21 tahun."

"Rain Eastaugffe, 20 tahun," jawab Rain singkat, mengulurkan tangannya lalu menggenggam tangan Richard.

Di luar dugaan Richard langsung mencium punggung tangan Rain, membuat perempuan itu mengangkat sebelah alisnya dengan heran. Sementara Richard hanya tersenyum lalu melepaskan pegangan tangannya.

"Kuharap kita bisa menjalin hubungan dengan baik."

Rain hanya memutar matanya dengan bosan. Memang terkesan tidak sopan tapi Rain sudah lama menunggu dan dia berada di ambang batas kesabarannya.

"Ya, kau harap."

Pelayan datang dan mulai menanyakan pesanan mereka. Setelah itu, Richard kembali menoleh ke arah Rain yang sibuk dengan wine kelimanya.

"Jadi apa yang Nona Rain lakukan sehari-hari?"

Rain mendecih, yang justru membuat senyum Richard melebar.

"Buatlah pembicaraan yang menarik, aku tidak menyangka kau tidak mencari apa pun mengenai calon tunanganmu—sekarang aku merasa seperti stalker karena mengetahui semua informasimu," ucap Rain dengan ekspresi tidak senang.

Richard hanya terkekeh, "maaf-maaf, ternyata kau tidak senang berbasa-basi? Padahal di media massa kau terlihat begitu anggun dan elegan."

"Itu hanya topeng, karena itulah yang masyarakat inginkan," ucap Rain, "aku tidaklah sebaik yang terlihat, apa sekarang kau tidak tertarik?"

"Mana mungkin," sahut Richard, "maksudku, hampir semua orang punya topeng itu, benar?"

"Termasuk kau?"

"Haha, tentu tidak."

"Tch, membosankan."

"Nona Rain senang mengatakan hal apa yang ada di pikiran, ya?"

"Well, no shit Sherlock. And stop laughing like that, it's creepy."

"Tapi aku tidak tahan untuk tidak tertawa—Nona Rain begitu menarik ternyata."

Belum sempat Rain membalas, pesanan mereka sudah datang. Kini mereka makan dengan tenang walaupun Rain harus mengabaikan pertanyaan basa-basi dari Richard.

'Aah, aku ingin cepat pulang,' pikir Rain setelah selesai makan.

"Nona Rain?"

"Aku mau pulang," ucap Rain berdiri dari kursi dengan senyum kosong, "mengenai pertemuan ini, terima kasih sudah datang terlambat dan aku akan mendiskusikan ini pada Papa."

"Oh, mari kuantar," tawar Richard ikut berdiri dari kursinya.

"Tidak perlu, aku akan menelepon sopir pribadi keluarga," ucap Rain berjalan melewati Richard, menuju pintu keluar restoran.

"Tapi aku membawa mobil, tidak baik membiarkan seorang lady seperti Nona Rain menunggu di luar restoran yang dingin, benar?" tanya Richard mengikuti Rain.

Her One and Only || SamaRain ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang