4.2 : Go Back

147 23 0
                                    

Laporan terakhir pada hari itu sudah Rain selesaikan, saat sang perempuan memberikan sebuah map pada anak buahnya. Setelah anak buahnya keluar dari ruangan, suasana menjadi hening—sampai akhirnya Rain menghela napas.

Sudah seminggu sejak Richard datang ke Chuo-ku, dan berita tentang kedatangan kedua orang tua Rain untuk menjemputnya.

'Pulang, huh?'

Rain bersandar pada kursinya, lalu terkekeh.

"Apa aku akan dimarah lagi, seperti dulu?" gumam Rain sebelum akhirnya menutup matanya, "pastinya—kapan sih, aku mendapat pujian dari mereka, setelah semua apa yang kulakukan?"

Suara ketukan di pintu ruangan Rain menyadarkan sang perempuan. Setelah Rain duduk dengan tegak, dia lalu mempersilakan si pengetuk untuk masuk—menampilkan Ichijiku.

"Ichijiku-san?" kaget Rain.

"Tuan dan Nyonya Eastaugffe sudah datang, mereka sedang menunggu di lobby."

Rain menarik napas singkat, kemudian mengangguk dan berdiri dari kursinya. Mereka berdua kemudian berjalan menuju lobby, dan saat sampai di sana, dua sosok yang Rain kenal sedang duduk di sofa.

"Aku akan membuat lobby menjadi off-limit," sahut Ichijiku menepuk pundak Rain, "selamat reuni dengan keluargamu, Rain."

Rain hanya mengangguk, sebelum akhirnya Ichijiku meninggalkan dirinya bersama kedua orang tuanya.

"Papa, Mama."

Mendengar suara Rain memanggil mereka, kedua orang tua Rain—Harrison dan Maria—spontan berdiri dari sofa lalu menoleh ke arah Rain. Sementara Rain tampak canggung berdiri di dekat pintu masuk lobby. Rain menutup matanya saat melihat mereka mendekati dirinya.

"Rain!"

'Here we go—'

"Syukurlah kau baik-baik saja!"

Rain spontan membuka matanya saat merasakan dirinya dipeluk oleh dua orang—oleh kedua orang tuanya.

"Maafkan kami, Rain."

Rain berkedip beberapa kali, dia bingung.

Ini kali pertama dia tidak dimarah oleh orang tuanya, terlebih lagi ini kali pertama dia mendengar permintaan maaf orang tuanya.

"Untuk apa?" tanya Rain setelah pelukan dilepas.

Harrison dan Maria saling pandang, sebelum akhirnya tangan Maria terangkat untuk mengelus pipi Rain.

"Pasti sulit ya memenuhi ekspektasi kami? Maafkan kami yang egois ini, Rain."

Kali ini Harrison menepuk kepala Rain kemudian mengelusnya lembut.

"You did well, Rain. We proud of you."

Detik itu, Rain merasa pundaknya menjadi ringan, bersamaan dengan air mata yang langsung mengalir tanpa henti dari matanya.

Kalimat yang dia tunggu sejak dulu.

Kalimat yang selalu ditujukan pada saudaranya, namun tak pernah tertuju padanya.

Akhirnya dia bisa mendengarnya.

Akhirnya kalimat itu tertuju padanya.

Rain langsung terduduk di atas lantai, kedua tangannya menutupi wajahnya yang sedang menangis. Isak tangis mulai terdengar dari Rain. Harrison dan Maria langsung berjongkok lalu kembali memeluk Rain.

"Syukurlah ... syukurlah kalau aku ... aku bisa membuat kalian bangga," gumam Rain di antara isak tangisnya, "Papa, Mama."

[][][]

Her One and Only || SamaRain ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang