16

18.5K 909 33
                                    

Rani mengira Rafiq tidak akan pernah datang lagi ke Vila setelah pulang ke Jakarta. Namun dugaannya ternyata salah, karena setiap hari Rafiq akan datang ke Vila setelah pulang kerja sore, dan kembali ke Jakarta pada malam harinya. Tentu saja Rani sangat senang sekaligus khawatir dengan perasaan Kakaknya. Bagaimana jika Nabila tahu bahwa setiap hari suaminya selalu menjumpainya? Atau Nabila sudah tahu? Tapi dia tidak punya cukup keberanian untuk bertanya ke Rafiq atau ke Nabila. Dia takut apa yang sudah nyaman dirasakannya dengan kehadiran Rafiq setiap hari, akan berubah hanya karena kekepoannya.

Rafiq selalu memberikan bunga untuknya setiap dia datang. Katanya itu sih untuk anaknya. Rafiq sangat yakin jika anaknya perempuan dan sangat menyukai bunga. Dasar Rafiq ada-ada saja.

Tapi sayangnya kalau hari Sabtu dan Minggu Rafiq tidak pernah datang. Mungkin dia ingin menghabiskan waktu bersama Nabila. Dia harus puas dengan beberapa jam waktunya bersama Rafiq mulai hari Senin sampai Jumat. Dia pun tidak ingin merebut semua waktu Rafiq karena Rafiq bukan miliknya, tapi milik Nabila walau itu membuat jantungnya serasa di remas.

Sudah dua bulan dia berada di Vila, dan kandungannya sudah menginjak 8 bulan. Selama itu pula dia menahan diri sekuat tenaga agar tidak menunjukkan perasaan cintanya ke Rafiq. Sungguh bukan sesuatu yang mudah melihat orang yang kita cintai adalah orang yang salah dan terlarang bagi kita. Rani sudah berusaha menghapus perasaannya, tapi tidak berhasil. Malahan makin hari makin berkembang perasaan cintanya ke Rafiq. Apalagi Rafiq sering menemuinya dan bersikap manis kepadanya. Sikapnya yang dulu saat mereka baru berkenalan kembali lagi.

Rani menghela nafas mengingat semua kenangan dulu, saat dia dekat dengan Rafiq daripada Nabila. Rafiq sangat ramah kepadanya dan setiap dia datang ke kantor menunggui Nabila pulang kerja, dia selalu berada di ruang kerja Rafiq atas ajakan pemilik perusahaan itu. Di sana dia duduk di sofa sambil belajar atau mengerjakan PR dan tugas sekolah. Rafiq selalu membantunya jika ada yang tidak dipahaminya. Anehnya, dulu, kadang dia memergoki Rafiq seperti sedang mengamatinya. Ah, tapi itu mungkin hanya perasaannya sih.

Suara mobil berdecit membuat Rani kembali dari lamunannya. Darah Rani berdesir bahagia. Karena dia yakin yang datang itu adalah Rafiq. Hari ini hari Jumat, dan besok serta besoknya lagi dia tidak akan bertemu Rafiq. Hari ini dia ingin puas mengobrol dengan Rafiq. Tapi kenapa Rafiq sudah tiba di sini? Ini kan masih siang.

Rani yang perutnya buncit, sudah agak sulit berjalan dengan lincah. Rani berjalan perlahan. Dia ingin menyambut Rafiq di teras. Walaupun itu tidak pantas, karena seperti sikap seorang istri yang menyambut suaminya pulang. Sungguh keadaan yang memalukan.

Rani tersenyum lebar menyambut Rafiq yang datang membawa bunga dan sebuah paper bag. Rafiq pun tersenyum lebar membalas senyuman Rani.

"Selamat siang wahai perempuan yang akan melahirkan anakku." Sapa Rafiq tersenyum lebar sambil mengulurkan bunga mawar merah ke Rani.

Wajah Rani bersemu merah setiap Rafiq datang dan selalu mengucapkan kalimat itu. Sambil mengulum senyum Rani meraih bunga tersebut dan berkata, "Selamat siang juga ayahnya anakku."

Rafiq tertawa dan mengacak rambut Rani. "Ayo masuk. Aku membelikan sesuatu untuk kamu." Ajak Rafiq dan menggandeng tangan Rani untuk masuk ke dalam rumah.

Rafiq membawa Rani langsung ke kamarnya. Itu membuat Rani terkejut, sebab ini pertama kalinya Rafiq masuk ke kamarnya.

Rafiq mendudukkan Rani ke tempat tidur kemudian menyuruh Rani membuka paper bag yang dibawanya.

Isi paper bag itu ternyata sebuah dress untuk wanita hamil dan sepasang sepatu flat berwarna merah, senada dengan gaunnya. Rani membentangkan baju itu dan dia sangat menyukainya.

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang