Istilahnya saja bulan madu, tapi kenyataannya Rafiq sama sekali tidak menyentuh Nabila hingga kepulangan mereka. Rafiq tidak bisa. Mungkin laki-laki lain di luar sana bisa saja bercinta dengan wanita yang tidak dicintainya hanya untuk menuntaskan hasrat seksual mereka, tapi Rafiq bukan pria seperti itu.
Bagaimana dengan Nabila? Tentu saja dia kecewa. Rafiq tidak melaksanakan kewajibannya sebagai suami dan mengingkari perjanjian mereka. Padahal dia sangat menginginkan anak dari Rafiq, karena dia berharap, dengan adanya anak di antara mereka, Rafiq tidak akan jadi menceraikannya, bukankah anak adalah pengikat antara suami istri. Tapi jika begini, bagaimana mungkin dia bisa hamil? Bahkan mereka tidur di kamar terpisah yang tidak seorangpun tahu, bahwa di dalam kamarnya ada kamar lain lagi yang terhubung.
Nabila pada dasarnya orang yang baik dan sayang kepada adiknya. Tapi karena cinta, Nabila berubah. Dia merasa cemburu dengan nasib Rani. Rani tidak pernah merasakan beban hidup yang sangat berat seperti yang dihadapinya. Menjadi Kakak sekaligus orangtua bagi Rani tidaklah mudah. Dan yang paling miris, saat dia jatuh cinta kepada seseorang, orang tersebut malah mencintai adiknya yang masih ingusan.
Dia hanya ingin bahagia walau sementara, walau dengan memaksa. Apakah dia tidak berhak bahagia? Bukankah selama ini dia selalu membahagiakan adiknya? Jadi wajar kan dia mencuri sedikit kebahagiaan dengan menggunakan adiknya itu?
Nabila sedih, hampir setiap malam dia menangis karena Rafiq tak kunjung menghampiri ranjangnya. Tapi dia juga tidak berani memaksa. Karena baru melihat wajahnya saja Nabila sudah gemetar. Wajah Rafiq begitu dingin, dan saat memandangnya tatapannya begitu tajam. Namun demikian, Nabila tetap melayani keperluan suaminya itu, seperti memastikan pakaiannya sudah dicuci dan tersusun di lemari, menyiapkan pakaian kerjanya, serta merapikan kamarnya. Dan Rafiq tidak protes dengan yang dilakukannya.
Sedangkan tugas Rani di rumah itu memasak, dan itu perintah dari Rafiq langsung. Rafiq sangat menyukai masakan Rani. Jadi tugas pembantu di rumah ini hanya membersihkan rumah dan taman saja.
Enam bulan pernikahan Nabila dan Rafiq, Rafiq memberikan boutique untuk dikelola Nabila supaya tidak jenuh di rumah. Sejak mereka menikah, Rafiq melarang Nabila bekerja sebagai OG lagi.
Akhirnya sudah setahun juga pernikahan Nabila dan Rafiq tak memberikan hasil apapun. Rafiq begitu keras kepala hingga Nabila mulai tidak sabar. Dia harus bicara dengan Rafiq.
Nabila masuk ke kamar Rafiq. Nabila melihat Rafiq yang sedang memandang ponselnya.
"Mas, bisa kita bicara?"
Rafiq mengangkat wajahnya, dan memandang malas ke arah Nabila. "Silahkan." Jawabnya singkat.
Nabila menghela nafas. "Mas, kenapa Mas gak pernah nyentuh aku? Apa aku seburuk itu hingga Mas merasa jijik kepadaku?"
Rafiq membuang muka, kemudian menghembuskan nafasnya. Setahun hidup bersama Nabila, sedikit banyak dia mengenal sifat Nabila, dan tahu bahwa sebenarnya Nabila itu tidak sejahat yang dikiranya waktu itu. Terlihat bagaimana Nabila memang menyayangi adiknya dari perlakuannya ke Rani. Juga sebagai istri, sebenarnya Nabila itu istri yang telaten dan tidak cerewet. Diacuhkannyapun Nabila tidak pernah protes. Tapi soal hati tetap tidak bisa dipaksakan. Namun mengingat perjanjian mereka, dia sadar dia telah melanggarnya. Dan semakin lama dia tidak melaksanakan perjanjian mereka, maka semakin lama pula dia lepas dari Nabila. Mungkin dia harus mencoba, supaya Nabila segera hamil.
"Kembalilah ke kamarmu, sebentar lagi aku ke sana."
Wajah Nabila langsung berbinar bahagia. "Baik, Mas."
Nabila mandi berlama-lama supaya kulitnya harum dan bersih. Kemudian dia mengenakan lingerie hitam dan parfum supaya Rafiq terangsang melihatnya. Setelah itu Nabila naik ke tempat tidur dan duduk bersandar di kepala ranjang menunggu Rafiq. Lampupun dibuat temaram supaya suasana semakin romantis.
Terdengar pintu penghubung kamarnya dan kamar Rafiq dibuka, dan Rafiq muncul dengan mengenakan kimono handuk hitam. Rafiq tampak sangat tampan. Tapi Nabila melihat ekspresi wajah Rafiq yang aneh. Wajah Rafiq merah dan terlihat matanya memandang buas ke arahnya.
Apa yang terjadi?
Rafiq mendekati Nabila dan langsung menindih Nabila. Rafiq menggeram dan langsung mengoyak lingerie Nabila. Jelas saja Nabila ketakutan melihat kebuasan Rafiq. Bukan seperti ini percintaan yang diinginkannya.
"Rafiq...aww.." Teriak Nabila karena Rafiq memperlakukannya dengan kasar. Nabila terisak karena sakit hati dan tubuhnya.
"Diamlah, bukankah ini yang kau inginkan." Ujar Rafiq tanpa perasaan. "Mudah-mudahan kau segera hamil, supaya selesai antara kita." Kemudian Rafiq dengan kasar menggagahi Nabila.
Nabila semakin terisak. Hatinya semakin perih mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rafiq. Perlakuan Rafiq benar-benar membuatnya merasa seperti perempuan hina. Entah apa yang merasuki Rafiq hingga berlaku kasar seperti ini. Bahkan saat Rafiq berada di puncak, dia meneriakkan nama Rani. Sungguh memang miris hidupnya. Kapan kebahagiaan sesungguhnya akan datang kepadanya?
***
Sejak kejadian itu, Rafiq tidak pernah lagi menyentuhnya. Namun setelah sebulan dia ternyata tidak hamil, maka Rafiq akan masuk ke kamarnya dan menggaulinya lagi tapi dalam kondisi mabuk. Nabila hanya bisa pasrah dan tetap berharap jika hati Rafiq akan berubah kepadanya kelak seiring berjalannya waktu.
Sampai akhirnya dia berhasil hamil, maka Rafiq tidak lagi menyentuhnya. Sayangnya kehamilannya tidak pernah berumur panjang, hingga Rafiq kembali menyentuhnya supaya dia hamil. Tapi lama kelamaan Rafiq tidak lagi bertindak kasar dan harus mabuk dulu untuk menggaulinya. Nabila senang dengan perubahan itu. Rafiq tampak lebih baik bersikap kepadanya. Nabila berharap jika perubahan itu adalah pertanda Rafiq mulai menaruh hati kepadanya. Seperti pepatah mengatakan, batu jika ditetesi air terus-menerus maka akan hancur juga.
Tapi ternyata itu hanya impian kosong. Nabila masih sering menangkap mata Rafiq memperhatikan Rani dengan pandangan penuh cinta. Namun sayangnya adiknya yang lugu sama sekali tidak menyadari kalau Kakak Iparnya mencintainya.
Penderitaan Nabila tidak berhenti di Rafiq yang tidak mencintainya, tapi juga dari ibu mertuanya yang sangat tidak menyukainya. Bahkan karena dirinya tidak bisa melahirkan anak, dia selalu dihina dan malah ingin menikahkan Rafiq dengan wanita lain supaya bisa memiliki keturunan. Dan karena hal itu, Rani malah menawarkan dirinya untuk menjadi ibu pengganti yang malah disetujui Rafiq. Tentu saja dia takut jika hal itu terjadi, maka akan memberikan jalan bagi Rafiq untuk dekat dengan Rani. Tapi karena kengototan Rani dan dukungan Rafiq, dia kalah.
Sejak kehamilan Rani, Rafiq kelihatan sangat bahagia, hingga dia sama sekali diacuhkan. Takut Ragiq dan Rani makin dekat, Nabila memberikan obat perangsang ke minuman Rafiq agar Rafiq mau menyentuhnya lagi supaya dia bisa hamil juga seperti Rani. Rafiq sangat kesal dengan kejadian itu, dan makin menjauhinya. Tapi ternyata Allah memuluskan jalannya untuk hamil. Dan karena kehamilannya rentan, Rafiq sebagai pria bertanggung jawab menjadi lebih memperhatikan dirinya. Beda dengan Rani yang walaupun hamil tapi tetap terlihat sehat dan lincah.
Namun sejak Rani dipindahkan ke Villa, Rafiq kembali berubah. Rafiq lebih banyak menghabiskan waktu di Villa daripada dengannya. Dia cemburu, sangat cemburu. Dan malam ini adalah puncaknya hingga dia menyusul ke Villa. Dia tidak mau kehilangan Rafiq secepat ini.
Flashback off
***
Rani berjalan keluar dari kamarnya karena merasa lapar. Dalam pikirannya, pasti Ipar dan Kakaknya telah menyelesaikan masalah mereka.
Rani melewati kamar yang ditempati Rafiq ketika dia menginap di Villa ini. Tapi sebuah suara benda yang seperti dilempar dan terdengar sangat keras membuat langkahnya berhenti. Karena penasaran, Rani mendekati pintu kamar yang tidak begitu rapat ditutup. Rani mendengar suara teriakan dan raungan Nabila. Mendengar ucapan Kakaknya itu, wajah Rani jadi pucat.
****
17122019
Penasaran nggak?
Apa ya kira-kira yang diucapkan Nabila dan bagaimana reaksi Rafiq?Tunggu aja ya 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...