25

21.2K 1.1K 76
                                    

Rani belajar dengan keras supaya dia bisa meraih gelar sarjana dengan cepat dan dengan nilai yang memuaskan. Dia tidak ingin berlama-lama kuliah yang akan menyebabkan utangnya pada Kevin juga semakin banyak. Selain itu dia juga ingin melupakan masa-masa pahitnya di masa lalu. Dia betul-betul ingin melupakannya, walau sangat sulit. Namun dia juga berharap, setelah kepergiannya, Kakaknya akan hidup bahagia dengan suaminya.

Sepulang dari kuliah, Rani bekerja paruh waktu sebagai pelayan kafe di dekat apartemen yang ditinggalinya bersama Kevin. Gajinya lumayan untuk biaya hidup, jadi dia tidak tergantung sepenuhnya dengan Kevin.

Ya, mereka memang tinggal dalam satu apartemen, tapi bukan kumpul kebo. Kevin lah yang menyarankan agar mereka tinggal bersama supaya mengirit biaya.

Kalau di negaranya mungkin mereka sudah digrebek karena dianggap melakukan zina, tapi karena mereka tinggal di luar negeri, hal itu dianggap biasa saja. Tidak ada yang kepo menggosipi mereka.

Dan walaupun Kevin anak orang kaya, Kevin bukanlah anak manja, dia juga seperti Rani, ikut bekerja di kafe yang sama dengan Rani.

"Ran, lo pulang duluan ya."

"Kenapa? Kencan sama siapa lagi lo? Marry, Chloe, Brenda..." Rani tetap sibuk mengelapi meja-meja karena kafe sudah tutup, jadi saatnya bersih-bersih sebelum dia meninggalkan kafe.

Belum selesai Rani mendata wanita-wanita yang dikencani Kevin, Kevin sudah memotong ucapan Rani.

"Sandra."

Rani menoleh cepat ke arah Kevin dengan wajah terkejut. "Sandra? Cewek berhijab itu maksud lo, Vin?" Masalahnya Kevin tidak pernah kencan dengan perempuan alim seperti Sandra, tentu saja di kaget.

Kevin balas menatap Rani. "Napa? Ada yang aneh kalo gue kencan sama dia?"

"Yup. Dia bukan tipe lo deh kayaknya."

"Tipe..tipe...emangnya rumah pake tipe segala..hehehhe."

"Terserah lo deh. Tapi gue mau ingetin ya, jangan suka mempermainkan hati perempuan. Nanti kualat."

"Astagaaa....siapa yang mempermainkan. Cuma kencan doang."

"Iyaaaa....terserah lo aja. Gue pulang ya." Rani sudah siap bersih-bersih dan berjalan ke belakang untuk menyimpan semua alat kebersihannya. Kemudian dia berjalan keluar kafe untuk kembali ke apartemennya.

Kevin memandang sendu punggung Rani yang meninggalkan kafe.

Seandainya lo tahu, Ran, gue sebenarnya sayang sama lo. Gue sengaja ngajak cewek-cewek itu kencan supaya lo cemburu. Tapi sepertinya lo biasa-biasa aja. Rasa ini bertepuk sebelah tangan.

Begitulah kehidupan Rani selama setahun berada di negeri orang. Hanya belajar dan bekerja. Di kepalanya tidak terlintas sedikitpun untuk menjalin hubungan dengan pria manapun. Hatinya seolah membeku.

***

Pagi-pagi Rani sudah bangun, menyiapkan minuman dan sarapan untuknya dan Kevin. Dia gak mau dianggap tidak tahu diri jika bermalas-malasan di apartemen yang ditumpanginya.

Rani berjalan ke kamar Kevin. Mengetuk pintunya. "Vin, bangun."

"Iya..." Sahut Kevin dari dalam kamarnya.

Rani tersenyum, kemudian kembali ke meja makan sambil menunggu Kevin.

Kevin muncul dengan muka bantalnya. Sambil menguap Kevin duduk di depan Rani. Dia tidak sadar kalau Rani sedang menatapnya dengan tajam. Saat Kevin hendak mengambil roti bakar yang dibuat Rani, tangannya dipukul oleh Rani.

"Awww....apaan sih."

"Jorok lo. Sana cuci muka dulu kek, cuci tangan kek. Muka lo aja masih belekan udah mau ngunyah aja." Cecar Rani.

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang