Tiga bulan kemudian, Rani sudah menjadi seorang siswa SMA. Dan Rafiq memperhatikan kalau banyak pemuda yang menyukai Rani, dan tentu saja itu membuat Rafiq was was. Rafiq jadi sadar kalau dia memang telah jatuh cinta dengan seorang gadis ingusan. Dan dia merasakan cemburu yang amat sangat jika melihat Rani pulang sekolah dibonceng oleh salah satu teman cowoknya. Tentu saja dia tidak bisa melarang, karena dia bukan siapa-siapanya Rani. Mau mengakui perasaannya jelas tidak mungkin, karena dia pasti ditertawakan oleh Rani, atau bahkan Rani malah akan lari ketakutan, dan akhirnya menjauhinya. Rafiq tidak menginginkan itu.
Rafiq mendesah kesal sambil terus mengikuti Rani dan teman cowoknya yang sedang mengendarai motor. Ternyata mereka menuju ke rumah Rani. Syukurlah selama ini Rani tidak pernah kemana-mana dengan cowok selain di antar pulang.
Rafiq menghentikan mobilnya di ujung gang rumah Rani dan Nabila. Merasa ragu untuk mengunjungi Rani, hingga tiba-tiba kaca mobilnya diketuk seseorang. Rafiq melihat Nabila lah yang sedang mengetuk pintu kacanya. Rafiq segera keluar untuk menyapa Nabila.
"Hai, Nabila." Rafiq melirik jam tangannya, dan ternyata hari sudah sore, berarti sudah beberapa jam dia di sini. Pantesan Nabila sudah pulang kerja.
"Pak Rafiq lagi ngapain?"
"Eh...oh...kebetulan ada kerjaan di sekitar sini."
Nabila tersenyum. Dia tahu persis sebenarnya apa yang dilakukan Rafiq. "Saya tahu kok sebenarnya Bapak lagi ngapain."
Rafiq memandang Nabila tak suka. "Memangnya ngapain?"
Nabila berjalan mendekati Ragiq dan berdiri di samping Rgaoq sambil menyandarkan badan ke mobil Rafiq. "Bapak suka ya sama Rani?"
Rafiq berusaha tidak menunjukkan ekspresi wajah apapun ke Nabila. "Sembarangan kamu."
"Oh, salah ya. Kalau gitu sebaiknya kuterima saja lamaran anak pemilik kontrakan kami." Pancing Nabila.
Ragiq langsung menoleh cepat dan menatap tajam wajah Nabila yang terlihat bahagia. "Bukannya dia masih di bawah umur?"
"Gak masalah." Jawab Nabila tenang. "Bapak tahu kan anak muda yang sering bonceng Rani saat pulang pergi sekolah? Nah, orangtua pemuda itu sangat ingin anaknya menikah cepat karena mereka sudah sangat tua. Dan mereka menjanjikan akan menyekolahkan Rani sampai tamat kuliah. Rani itu nurut sama saya, Pak. Kalau saya bilang oke, pasti Rani gak akan nolak."
Wajah Rafiq berubah pucat.
"Kalau Bapak gak percaya. Ayo ikut saya ke rumah. Buktikan ucapan saya." Tantang Nabila.
Karena penasaran, Rafiq mengikuti Nabila ke rumahnya.
"Assalamu'alaikum, Rani..." Panggil Nabila.
Rani keluar dari kamar sudah mengenakan pakaian rumah sederhana, kaos dan celana selutut. "Wa'alaikumusalam...eh ada Mas Rafiq." Rani langsung mencium punggung tangan kedua orang dewasa tersebut.
RAfiq dan Nabila duduk, begitu juga Rani.
"Ran, ada yang mau Kakak sampaikan."
"Apa, Kak?"
"Kakak ingin kamu menikah dengan anak pemilik rumah ini. Ini demi masa depan kamu. Supaya kamu bisa jadi orang dengan memiliki pendidikkan tinggi. Tidak seperti Kakak. Kakak tidak sanggup menyekolahkan kamu hingga kuliah, Ran."
Wajah Rani pucat. "Tapi, Kak...."
"Kamu mau membantah Kakak. Kakak tidak pernah minta apapun ke kamu, dan saat Kakak meminta kamu malah menolak. Kakak sudah capek hidup susah. Jadi kalau kamu nikah sama si Reno, kehidupan kita juga terjamin." Sela Nabila.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...