Rani memasrahkan saja kepada Rafiq apa makanan yang akan dipesan. Soalnya dia sama sekali tak mengerti menu apa yang akan dipilihnya. Semua nama menu itu tidak familiar baginya. Dia biasa makan makanan asli Indonesia. Ya tumis kangkung, sayur bayam, ikan sambal atau ayam gulai. Maklum saja karena dia lama hidup susah dengan kakaknya jadi tidak pernah mencoba makanan macam-macam apalagi makanan luar negeri. Jangankan makanan luar negeri, ke KFC saja mereka tidak pernah. Mereka betul-betul harus hemat demi untuk biaya pendidikkan Maharani di sekolah swasta yang mahal. Kakaknya berkeras menyekolahkan Rani di sekolah swasta terbaik. Jadi perutnya sudah terlanjur terbiasa dengan makanan yang biasa-biasa saja.
Seorang pelayan meletakkan makanan ke meja. Mata Rani melebar karena bingung melihat banyaknya perabotan makanan di meja, terutama jenis sendok-sendok dan pisau. Sementara makanan yang ada di meja hanya semangkuk kecil kuah kental dan beberapa buah roti. Astaghfirullah....
"Kakak ipar, pelit banget sih. Masa Rani cuma dikasih roti. Perut Rani perut kampung, mana tahan makanan kayak gini. Lagian sendok banyaknya minta ampun untuk makanan seperti ini. Memangnya dipakai semua?" Gerutu Rani.
"Jangan berisik. Makan saja dulu."
Rani mencibir melihat Rafiq makan dengan elegan layaknya para bangsawan di film-film barat kerajaan jaman dulu. Rani pun mencontoh Rafiq makan dengan menggunakan sendok yang sama dengan sendok Rafiq. Dalam sekejap roti habis dilahapnya beserta cairan kental di mangkuk yang ternyata rasanya sangat lezat.
Baru saja dia ingin minta tambah, tahu-tahu pelayan sudah meletakkan makanan bermacam-macam ke meja mereka dan mengambil piring yang sudah kosong.
Di meja mereka sekarang ada dua piring steak daging yang besar, lobster, salad sayuran, sayap ayam yang seperti semur, kentang goreng, yang semuanya terlihat menggiurkan.
Pertama-tama dia memakan steak dengan menggunakan pisau dan garpu seperti yang dilakukan Rafiq. Padahal kalau di rumah dia makan daging pakai tangan. Rasanya lebih nikmat begitu.
Karena tidak terbiasa makan menggunakan pisau dan garpu Rani kesulitan memotong daging hingga dari tadi daging lezat itu tidak masuk ke mulutnya. Padahal dia sudah sangat selera dan lapar.
Tiba-tiba Rafiq menarik piringnya kemudian memotong-motong daging itu. Setelah semua terpotong menjadi bagian yang kecil, Rafiq mendorong piring itu kembali kehadapan Rani tanpa bicara sepatah katapun. Maka tanpa mengucapkan terima kasih karena dongkol dengan sikap kakak iparnya, Rani langsung memakan steak yang rasanya menurutnya terlezat di dunia. Rani makan dengan garpu yang dipegang di tangan kanan, tidak seperti Rafiq yang memegang garpu di tangan kiri. Sangat tidak sopan menurut Rani makan menggunakan tangan kiri. Selanjutnya dia memakan lobster tanpa memakai etika makan ala barat, dia memakannya dengan tangan hingga beberapa pengunjung restoran memperhatikannya dan tertawa geli melihatnya makan pakai tangan.
Biar deh dia dikira udik yang penting nyaman dan gak ribet. Masa bodo deh sama aturan makan bule, mulut mulut gue tangan-tangan gue juga.
Ternyata kakak iparnya lumayan baik hati tak menegur dirinya yang makan serampangan.
Syukur deh. Aman.
Sangkin kenyangnya Rani tak sengaja sampai bersendawa. Dia malu sekali hingga menutup mulutnya dan melirik takut-takut ke wajah kakak iparnya yang menatapnya tajam.
"Hehehe...mmmm....maaf kakak ipar. Gak sengaja." Ujarnya cengengesan.
Rafiq sama sekali tak menanggapi ucapannya.
Dasar batu!
"Kakak Ipar, tolong mintakan kobokan dong. Tangan Rani kan kotor." Ucap Rani sambil menunjukkan tangannya yang kotor karena makan pakai tangan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...