1

39.3K 1K 17
                                    

"Mama gak mau tahu, pokoknya kamu harus menikah lagi. Dia tidak bisa memberimu keturunan dan Mama ingin segera punya cucu dan penerus keturunan Musthafa!"

Nabila yang duduk dihadapan mertuanya hanya menundukkan wajahnya sambil meneteskan air mata. Sedangkan Rafiq wajahnya sudah merah padam menahan marah mendengar ucapan mamanya yang tak menimbang perasaan istrinya.

"Tidak, Ma. Aku tidak menginginkan wanita lain. Aku gak akan menyakiti hatinya dengan menikah lagi walaupun kami tidak punya anak." Tegas Rafiq.

Wajah Sita, mama Rafiq, terlihat murka. Sita berdiri sambil menunjuk ke arah anaknya. "Kamu sudah gila, Rafiq! Apa sih istimewanya wanita ini?! Kamu pasti sudah diguna-gunai olehnya. Dari dulu mama memang tidak setuju kamu menikahinya. Dia bahkan tidak sederajat dengan keluarga kita!"

"Maaf, Ma, kalau pilihan Rafiq tidak sesuai dengan kriteria mama." Ucap Rafiq dengan nada lebih lembut agar amarah mamanya reda.

Sita menatap nyalang kedua suami istri itu, kemudian setelah mendengus kesal dia pergi dengan langkah cepat meninggalkan mereka.

Maharani yang dari tadi berdiri terpaku di depan pintu masuk melihat semuanya juga kena imbas tatapan membunuh dari Bu Sita.

Maharani yang baru saja pulang kuliah pun menutup pintu setelah Bu Sita keluar. Matanya menatap kedua pasang suami istri yang saling mencinta itu. Tak ingin mengganggu, Maharani pun melewati mereka dan langsung menuju ke kamarnya.

Maharani duduk tepekur di pinggir tempat tidur memikirkan nasib kakaknya. Padahal kakaknya baru mengecap kebahagiaan selama dua tahun, tapi sekarang sudah terenggut, kasihan sekali kakak, batin Maharani.

Aku sebagai adik bahkan belum bisa membalas segala kebaikan kakak selama ini. Apa yang harus kulakukan agar kakak bahagia?

Tiba-tiba dia teringat tadi ketika melewati fakultas hukum dia membaca tulisan seminar tentang sewa rahim. Rani pun langsung mengambil androidnya dan mencari keterangan mengenai sewa rahim dari google.

Hmmm, gimana kalau aku meminjamkan rahimku untuk mengandung anak kakak ya? Tapi akukan masih perawan? Bisa gak ya?

Di ruangan lain masih di ruang tamu, Rafiq berusaha menenangkan Nabila. "Sudahlah Nabila, jangan nangis terus. Aku gak akan menduakan kamu."

"Tapi, Mas. Aku merasa bersalah karena tidak bisa memberimu anak...hiks...hiks..."

"Aku tidak masalah, Nabila. Jangan kau ungkit-ungkit lagi masalah itu." Ucap Rafiq mulai kesal.

"Mas, gimana kalau kita menyewa rahim saja."

Mata Rafiq melotot menatap wajah istrinya. "Gila! Aku gak setuju. Lagi pula wanita mana yang mau menyewakan rahimnya di Indonesia ini. Mungkin kalau di luar negeri banyak. Tapi di sini?"

"Aku bersedia."

Rafiq dan Nabila menoleh ke arah suara dan mereka mendapati Maharani yang berdiri tidak jauh dari mereka.

"Apa-apaan kamu, Dek. Kamu itu masih perawan, gak mungkin kamu menjadi ibu pengganti!" Ucap Nabila dengan nada marah.

"Tapi aku ikhlas, Kak, walaupun harus kehilangan keperawananku." Bujuk Maharani namun wajahnya merah padam karena pembahasan masalah keperawanan di depan kakak iparnya. Dia malu sekali.

"Tidak, Rani, kakak tidak setuju. Itu akan merusak masa depanmu. Kau akan sulit menemukan suami jika mereka tahu kau sudah tidak perawan lagi dan pernah melahirkan." Bantah Nabila.

"Aku hanya ingin kakak bahagia. Aku ingin membalas segala kebaikan dan kasih sayang yang sudah kakak berikan ke Rani." Bujuk Maharani.

Nabila berjalan mendekati adiknya dan merangkum wajahnya. Matanya menatap manik mata Rani. "Rani, kasih sayang kakak tulus sama kamu karena kamu adikku, karena kamu keluargaku. Kakak tidak minta balasan apapun dari kamu."

Rani menangis terharu menatap wajah cantik kakaknya yang bak malaikat baginya. "Tapi Rani mau, Kak. Rani ikhlas. Pliss Kak."

Nabila pun ikut menangis melihat adik kecilnya yang sudah beranjak dewasa itu kemudian memeluk erat adiknya.

"Kalian berdua jangan bersedih. Mas akan membujuk Mama supaya tidak mengungkit lagi hal ini." Ucap Rafiq dengan wajah datarnya walaupun dalam hati dia terharu melihat kasih sayang yang terpancar dari kedua kakak beradik itu.

Iiihhh....kakak iparnya ini minim ekspresi banget sih. Untung saja cinta banget sama kakaknya, ucap Maharani dalam hati.

***

Selama dua minggu keadaan rumah megah itu kembali tenang. Rani kuliah seperti biasanya dan kakaknya kembali tersenyum. Tapi ketenangan itu kembali terusik dengan kedatangan Bu Sita bersama seorang wanita muda cantik berpakaian seksi di hari Minggu pagi saat mereka sedang sarapan.

"Wah...wah...wah...kalian seperti keluarga bahagia saja, padahal cuma kebahagiaan semu." Ucap Sita dengan sinis.

"Mama, sudah sarapan?" Tanya Nabila dengan senyum lembut tak mau menanggapi ucapan mama mertuanya yang menyakitkan hati.

"Gak perlu basa basi. Mama to the point saja ya. Kenalkan, ini Katty, anak teman mama, dia calon istri muda kamu, Rafiq."

Katty memberikan senyuman menggoda ke arah Rafiq. Rafiq menatap Katty dari atas ke bawah, memperhatikan penampilan wanita itu yang mengenakan pakaian minim. Tanpa lengan dan bawahnya hanya setinggi setengah paha. Rafiq mencibir penampilan wanita itu.

"Hai..." Sapa wanita itu.

"Wa'alaikum salam." Jawab Nabila dan Maharani.

Dijawab dengan jawaban berbeda, Katty terlihat salah tingkah.

"Gimana Rafiq. Kamu setuju kan? Dia ini anak salah satu anggota DPR loh. Sederajat dengan kita." Ucap Sita seraya melirik sinis kepada Nabila.

"Ma, aku gak mau membicarakan itu lagi." Ujar Rafiq malas.

"Mama gak mau tahu. Kamu anak mama satu-satunya, kamu harus penuhi permintaan mama. Mama gak mau ya keturunan kita habis di kamu saja." Tukas Sita berapi-api.

"Ma, tenang, Ma. Jangan emosi nanti mama sakit." Ucap Nabila lembut.

Mata Sita melotot. "Ohhh...kamu doain mama sakit ya, supaya cepat mati terus kamu bisa bebas mempengaruhi anak saya. Kamu pasti pakai guna-guna kan makanya anak saya nurut banget sama kamu." Sita selalu menggunakan kata kamu dan saya jika bicara dengan Nabila, dia tidak sudi dirinya dipanggil mama oleh Nabila.

Rani yang sudah geram dari tadi melihat tingkah mertua kakaknya jadi geram. "Tante, kami memang orang kampung dan miskin, tapi kami gak serendah itu. Bukan salah kakak dia tidak bisa memberikan anak. Tapi semua atas kehendak Allah. Tapi tante jangan khawatir, kakak saya pasti akan memberikan keturunan untuk keluarga ini."

"Hahahaha....mimpi saja kamu. Dia sudah jelas-jelas tidak bisa hamil dengan benar. Setiap hamil keguguraaannn melulu. Dia itu rahimnya lemah. Wanita tak berguna!"

"Mama..." Bentak Rafiq.

"Tante...." Teriak Rani.

Sementara Nabila sudah menangis sesenggukan mendengar penghinaan mertuanya. Sedangkan Katty tampak puas melihat pertengkaran mereka. Dia langsung tertarik melihat ketampanan Rafiq, ditambah bonus kaya raya. Jadi istri keduapun jadilah, bisik batin Katty.

"Oke...oke...mama akan kasih waktu 5 bulan untuk membuktikan kalau wanita itu bisa memberikan keturunan untuk kamu. Jika tidak, kamu harus menikahi Katty. Karena setahu mama, istri kamu ini gak pernah bisa hamil lebih dari 2 bulan. Sekarang mama pulang. Mama tunggu kabar baik dari kalian."

Sepeninggal Sita, ruangan jadi senyap, hanya terdengar sesekali suara isak tangis Nabila.

"Kak, Kakak ipar, tolong izinkan Rani menjadi ibu pengganti untuk kalian." Desak Rani dengan tekad kuat memecahkan keheningan.

"Kamu yakin?" Ucap Rafiq masih ragu.

"Kalau Kakak ipar memang mencintai kak Nabila dan tidak ingin kehilangan kakak, pliss izinkan aku menjadi tempat anak kalian tumbuh."

"Baiklah..."

"Mas Rafiq....jangan..." Cegah Nabila dengan isak tangis yang semakin kuat. Hatinya hancur membayangkan masa depan adiknya yang akan hancur juga kelak.

=======

28052019

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang