26

33K 1.3K 152
                                    

Lima tahun sudah Rani tinggal di Ausy. Dia sudah lulus kuliah dengan nilai terbaik. Hingga perusahaan besar yang bergerak di bidang property merekrutnya. Desain-desainnya sangat disukai oleh perusahaan tersebut. Di samping bekerja di perusahaan property itu, Rani juga membuka bisnisnya sendiri, yaitu membuat perabotan yang di desainnya sendiri. Walau masih sedikit yang mengenalnya, tapi usahanya itu berjalan cukup lancar. Rani pun bisa membeli apartemen sendiri dari hasil pekerjaannya.

Alea dan Kevin sudah kembali ke Jakarta. Alea harus membantu usaha orangtuanya karena orangtuanya sudah tua. Sedangkan Kevin harus meneruskan perusahaan orangtuanya.

Dia sudah tahu perasaan Kevin kepadanya, karena Kevin sudah menyatakan cintanya. Tapi apa daya, hatinya seolah tertutup bagi lelaki manapun, disamping dia juga harus menjaga perasaan Alea yang menaruh hati pada Kevin sejak lama. Kevin pun memilih pulang ke Indonesia dengan perasaan kecewa. Sedangkan Alea tetap menyimpan perasaannya hingga Kevin tidak pernah tahu. Hanya Rani lah yang tahu.

Sebenarnya banyak pria yang menyukai Rani, tapi semua ditolaknya. Entah kenapa sampai sekarang tak seorang pria pun nyangkut di hatinya, padahal dia sudah berusaha membuka hatinya. Di kantornya dia terkenal dengan julukan Gadis Es.

Rani berjalan menuju kubikelnya. Dilihatnya teman-temannya lagi berkumpul dan menunduk, entah apa yang mereka lihat.

"Woowowowow...he is so hot. Tidak heran banyak diincar wanita."

Rani mendengar salah satu temannya berkomentar hanya tersenyum dan mulai menghidupkan komputernya. Rani yang sekarang memang berbeda dengan Rani yang dulu. Sekarang dia menjadi gadis pendiam, tak banyak bicara.

"Rafiq Wafi Musthafa, pengusaha penerbangan, semakin melebarkan sayapnya membuka bisnis perhotelan. Malam kemarin adalah Grand Opening salah satu hotelnya yang banyak dihadiri para artis. Rafiq terlihat sedang berjalan berdampingan dengan salah seorang yang diketahui sebagai pramugarinya."

Deg

Rani mendongak dan menoleh ke arah teman-temannya yang sedang menunduk. Rasa penasaran membuncah di dadanya. Rani memanjangkan lehernya, ingin tahu apa yang sedang dilihat teman-temannya. Ternyata sebuah majalah. Ingin ikut nimbrung tapi gengsi, karena dia tidak pernah bersikap kepo di kantor. Akan aneh jadinya kalau dia tiba-tiba nimbrung melihat majalah itu. Jadi cara satu-satunya adalah mengintip nama majalah yang sedang dilihat teman-temannya dan nanti akan dibelinya.

Saat istirahat makan, Rani buru-buru keluar kantor untuk membeli majalah itu.

Rani duduk sendirian di kafe dekat kantornya dan mulai membuka halaman majalah.

Deg

Jantungnya berdebar kencang saat memandang foto di halaman majalah itu.

Rafiq tampak bersama seorang wanita cantik semampai di karpet merah.

Siapakah wanita cantik ini? Dimana Kakaknya? Apa Rafiq selingkuh dari Kakaknya?

Rani mulai emosi karena menduga Rafiq mengkhianati Kakaknya sekali lagi. Namun saat dia melihat halaman berikutnya, Rani melihat Rafiq tengah duduk di meja makan bundar dimana Kakaknya duduk di samping Rafiq sambil memangku anak perempuan, tapi tetap wanita yang tadi bersama Rafiq berada di sebelah kanan Rafiq.

Apakah itu keponakanku? Anak Kak Nabila sudah lahir? Dan siapakah wanita cantik di sebelah Rafiq?

Setetes air mata jatuh di pipi Rani, karena rasa haru dan juga cemburu. Dia bahagia untuk Kakaknya sekaligus sedih untuk dirinya sendiri yang belum bisa melepaskan perasaannya. Dia seperti berjalan di tempat, sementara semua orang melangkah maju dan terlihat bahagia.

Rani tersenyum miris mengasihani diri sendiri.

Cukup sudah dia seperti orang berkabung. Dia harus bangkit. Lupakan Rafiq. Mungkin dia harus menerima pernyataan cinta anak dari bosnya. Apa salahnya mencoba bukan? Bak pepatah Jawa mengatakan, witing tresno jalaran suko kulino.

Rani menutup keras majalah yang tadi dilihatnya seolah sebuah pernyataan dia menutup semua lembaran masa lalunya.

Setelah menghabiskan saladnya, Rani keluar dari kafe untuk kembali bekerja.

***

"Rani, wait." Seorang pria tampan berjalan cepat menghampiri Rani yang sedang berjalan menuju ruang kerjanya.

Rani menoleh begitu mendengar suara pria yang sudah setahun ini dikenalnya. Steven Morgan adalah anak dari pemilik perusahaan ini. Dia seorang arsitek.

"Yes, Steve." Sahut Rani.

"Hari ini kita rapat dadakan. Seorang pengusaha Indonesia ingin memakai jasa kita untuk pembangunan hotelnya di sini."

Rani melirik jam tangannya sebentar kemudian berkata, "Kayaknya aku gak bisa, Steve. Aku ada janji dengan klien lima belas menit lagi. Dan kau tahu kan, aku tidak suka membatalkan janji, walau dia klien kecil sekalipun."

Ya, Steve tahu benar prinsip Maharani. Siapapun kliennya berhak mendapatkan pelayanan yang sama istimewanya.

Steve menghela nafas. "Baiklah. Kalau gitu hasil rapat nanti akan kuinfokan sama kamu. Aku pergi dulu." Steve meninggalkan Rani yang juga melanjutkan jalannya ke ruangannya.

Jam kantor telah selesai. Rani berjalan keluar menuju halte bis yang tidak jauh dari kantor. Sambil menunggu, Rani melihat-lihat sekitar, dan matanya tertumbuk pada pasangan yang baru keluar dari kafe dimana dia tadi siang berada. Mereka berjalan keluar dengan senyum yang tampak sumringah. Seorang anak perempuan berada di gendongan sang pria, sepertinya anak itu tertidur.

Deg

Jantung Rani berdenyut sakit, padahal dialah yang mengharapkan kebahagiaan untuk mereka, makanya dia pergi. Tapi kenapa hati ini masih terasa sakit? Dan apa yang mereka lakukan di sini?

Hati kecil Rani sebenarnya sangat ingin mendekat. Dia sangat merindukan Kakaknya, tapi dia juga takut bertemu Rafiq. Ya, kedua pasangan yang dilihat Rani adalah Rafiq dan Nabila.

Sementara itu, Rafiq merasakan darahnya berdesir, dan tanpa disadarinya dia memalingkan wajahnya ke depan. Rafiq terkejut melihat seseorang di seberang sana. Rafiq memicingkan matanya untuk mempertajam penglihatannya.

Tatapan Rani dan Rafiq bersirobok. Mereka sama-sama terkejut.

Rani melihat Rafiq memberikan anak yang digendongnya ke Nabila yang terlihat bingung. Kemudian Rafiq berlari hendak menyeberang jalan. Rani jadi panik, untungnya bus telah datang dan berhenti di halte. Rani segera naik dan bus langsung berjalan. Rani melihat Rafiq mengejar bus. Tanpa sadar air matanya menetes melihat Rafiq masih berlari mengejar bus sambil berteriak memanggil namanya. Rani menangis hingga sesenggukkan, dia tidak peduli orang-orang yang ada di bus menatapnya dengan heran.

***

Berbekal nomor bus yang dinaiki Rani, Rafiq menyewa detektif untuk mencari Rani. Dia yakin bahwa yang dilihatnya memang Maharani. Dia bertekad akan membawa Maharani pulang.

Hanya butuh waktu tiga hari, Rafiq sudah menemukan dimana Rani, dan seluruh perjalanan hidup Rani selama di Ausy. Tapi yang membuatnya sangat kesal, dia menemukan fakta, bahwa Maharani hidup bersama laki-laki selama tinggal di Ausy.

Rafiq meremas kertas yang berisi info tentang Rani, kemudian melemparkannya.

***

26122019

Dua part berlalu tanpa interaksi Rani Rafiq. Sabaaarr pemirsah...

Rafiq bakal muncul di part berikutnya. Ada yang kangen sama Rafiq nggak?😊

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang