Nabila sudah tidak sabar menunggu suaminya keluar dari kamar adiknya. Dia ingin bertanya kepada suaminya, apa maksud perkataannya tadi ke mama mertuanya. Mengatakan kalau dia sedang hamil.
Nabila berjalan mondar-mandir di ruang tv sambil sesekali matanya melihat ke arah pintu kamar Rani yang tidak tertutup.
Syukurlah suaminya masih ingat tata krama dengan tidak menutup pintu saat berduaan dengan adiknya. Berarti memang tidak ada apa-apa diantara mereka, batin Nabila lega.
Tak lama kemudian dilihatnya suaminya keluar dari kamar Rani dengan membawa baki menuju ke dapur. Nabila mengikuti suaminya.
"Mas."
Rafiq berhenti dan menoleh ke arah istrinya. "Hmm.."
"Ada yang ingin kukatakan."
"Apa, Nabila?"
"Kenapa Mas berbohong ke Mama, bilang aku hamil segala, nanti kalau anak yang ditunggu nggak ada gimana?"
"Anak kita ada di perut adikmu." Ujar Rafiq datar, kemudian meletakkan baki di meja makan. "Tolong dibereskan. Hari ini aku lagi ada kerjaan. Aku mau ke ruang kerja."
Nabila menatap sendu punggung suaminya yang berjalan menuju ruang kerjanya. Mas...mas...aku ini pengen banget bersantai berduaan sama kamu. Tapi kamu kenapa sekaku itu sama aku.
***
Maharani tidak bisa tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Entah kenapa ucapan Kakak Iparnya tadi pagi jadi kepikiran. Rani membayangkan jika seandainya kakaknya benar-benar hamil di saat dia sedang hamil, dia merasa sedih, karena merasa sia-sia saja dia menfandung bayi mereka, tapi pasti yang jadi prioritas tentunya anak yang dikandung kakaknya. Bukan dia tidak suka kakaknya hamil. Tapi entah mengapa dia jadi resah.
Karena tak kunjung ngantuk, Rani jadi merasa lapar. Rani pun keluar kamar dengan langkah pelan menuju dapur. Rani membuka kulkas yang besarnya selemari. Di rumah ini ada dua kulkas. Satu kulkas berada di dapur berisi keperluan memasak, sedangkan kulkas yang satu lagi berada di ruang makan berisi segala buah-buahan, kue, makanan ringan serta minuman ringan.
Saat ini Rani ingin sekali makan rujak mangga muda. Hmmm, membayangkannya saja mulut Rani sudah berliur.
Rani membuka kulkas dan selalu terpana melihat isinya yang bagai di pasar buah. Semua buah-buahan ada di dalam kulkas. Walau dia sudah sering melihatnya, tapi Rani tetap terpana, karena sampai sekarangpun Rani tidak bisa membayangkan ada orang sekaya ini dan memiliki segalanya. Hidupnya dulu sangat jauh dari sekarang. Tapi Rani ragu dengan ketersediaan mangga muda. Soalnya cuma buah itu saja yang tidak pernah ada di kulkas.
Rani mengambil mangkok dan pisau di dapur, kemudian kembali ke ruang makan dan duduk di lantai menghadap kulkas yang terbuka. Rani pun memakan satu-persatu buah-buahan seperti, jeruk sunkis, apel, anggur, pisang. Namun rasanya dia belum puas karena apa yang diinginkannya belum tercapai. Rani terduduk lesu masih di depan kulkas yang terbuka.
"Ngapain kamu duduk disitu?"
Rani terkejut dan menoleh ke belakang. Ternyata Kakak Iparnya tengah berdiri tidak jauh darinya dan sedang menatapnya intens.
"Aku...aku....mmmm...lagi makan buah. Apa lagi coba?" Jawab Rani sewot.
Rafiq melangkah mendekati Rani dan menarik lengan Rani supaya berdiri. "Jangan duduk di lantai, nanti masuk angin. Kasihan anakku."
Rani memutar bola matanya malas. Dasar lebay, ucapnya dalam hati. Namun dia menurut saja ditarik Kakak Iparnya dan di dudukkan di kursi makan.
"Katakan, apa yang diinginkan anakku kali ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...