20

20.2K 869 53
                                    

Rafiq berjalan mondar-mandir. Dia menunggu-nunggu kedatangan Rani yang bahkan sudah sampai pukul tiga lewat belum juga datang. Ini sudah hari kedua Rani tidak muncul di kantornya, dan Rafiq merasa seperti ada yang kurang.

Rafiq mendengar suara pintu diketuk dan langsung melesat membuka pintu karena berharap yang mengetuk itu adalah Rani. Rafiq sudah tersenyum lebar menyambut Rani, tapi kemudian senyumnya perlahan pudar, karena yang datang adalah Nabila yang membawakan kopi serta buah dan kue untuknya.

Rafiq kembali memasang wajah datar. "Silahkan masuk. Letakkan di meja sana." Rafiq menunjuk ke arah meja tamu.

"Baik, Pak Rafiq." Nabila menampilkan senyum termanisnya.

Nabila pun melambat-lambatkan jalannya supaya dia bisa berlama-lama di ruangan Rafiq. Dia berharap diajak mengobrol walau sebentar. Tapi ternyata harapannya sia-sia.

Rafiq duduk di sofa memperhatikan Nabila yang akan keluar dari ruangannya. Dia ingin menyanyakan Rani, tapi gengsi.

Nabila yang kecewa karena tidak diajak ngobrol oleh Rafiq hendak menutup pintu saat Rafiq memanggilnya.

"Nabila, kemarilah sebentar."

Nabila bahagia bukan main karena akhirnya Rafiq menyuruhnya menemaninya. Ah, ternyata ketiadaan Rani membuat Rafiq mengalihkan perhatiannya kepadaku. Strateginya berhasil.

Dengan senyum lebar Nabila mendekati Rafiq. "Ya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ada yang mau saya tanyakan jika tidak keberatan." Ucap Rafiq formal dan sama sekali tidak menyuruh Nabila duduk.

"Iya, Pak. Silahkan, Bapak mau nanya apa?"

"Kenapa Rani gak ke sini lagi setelah pulang sekolah?" Tanya Rafiq langsung.

Hati Nabila langsung mencelos. Ckk, lagi-lagi Rani. Kenapa harus Rani? Dia masih anak-anak. Kenapa Pak Rafiq yang sudah dewasa ini malah tertarik sama anak-anak. Bahkan dari segi wajah saja aku lebih cantik dari Rani.

"Maaf, Pak. Rani gak akan ke sini lagi. Dia kan harus ikut terobosan untuk persiapan ujian akhirnya." Padahal sebenarnya enggak. Dialah yang memang menyuruh Rani supaya tidak datang lagi ke kantor.

"Oh, sudah mau tamat SMP ya?"

"Iya, Pak."

Rafiq terdiam selama beberapa saat, kemudian dia menyuruh Nabila keluar. Dan Nabila keluar dalam keadaan kecewa.

***

Mobil Rafiq sedang parkir di bawah pohon di dekat sekolah Rani.

Rafiq diam-diam mengamati Rani dari kejauhan. Dia bahkan sudah hafal jadwal Rani pergi dan pulang sekolah. Dan ternyata Rani setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah. Tidak seperti yang dikatakan Nabila, kalau Rani ikut terobosan. Dia tidak mengerti apa maksud Nabila berbohong kepadanya. Padahal selama ini dia melihat Nabila adalah orang yang baik dan lembut, juga terlihat sayang dan bertanggung jawab kepada adiknya. Ah, entahlah.

Rafiq memarkirkan mobilnya di ujung gang letak rumah Rani. Karena gangnya kecil, mobil Rafiq tidak bisa masuk. Dia mengikuti Rani hingga Rani sampai di rumahnya yang sangat sederhana. Sebelum Rani masuk, Rafiq memanggil Rani.

"Maharani....."

Rani menoleh ke belakang dan tersenyum lebar saat melihat Rafiq yang tampak aneh berada di gang kecil rumahnya. Karena pakaian yang dikenakan Rafiq saat ini sama sekali tidak cocok berada di daerah gang sempit. Orang-orang juga melihat Rafiq dengan tatapan penasaran dan heran.

"Mas Rafiq. Ada apa, Mas? Apa Kak Nabila baik-baik saja?" Wajah Rani tampak khawatir.

"Nabila gak apa-apa kok. Kakak justru mau nanya, kenapa kamu gak pernah ke kantor Kakak lagi?"

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang