Gak tau apa yang terjadi, tapi urutan part cerita ini berantakan di aku. Gimana di kalian? Berantakan juga gak? Maksudnya tidak berurutan.
************
Rani sangat khawatir melihat kakaknya yang pucat. Dia berharap kakaknya baik-baik saja.
Tapi akhirnya Nabila membuka matanya. Yang pertama dilihatnya adalah suaminya yang sedang menggenggam tangannya.
"Aku kenapa?"
"Kamu tadi pingsan." Jawab Rafiq.
"Biar saya periksa dulu, Pak Rafiq. Kebetulan saya ini bidan juga."
Rafiq memberi ruang untuk Bu Sunarsih memeriksa Nabila.
Setelah selesai memeriksa, Bu Sunarsih tersenyum.
"Gimana keadaan Kakak saya, Bu."
"Dia baik-baik saja. Dan selamat ya Non Nabila. Sepertinya anda hamil."
Bagai disambar petir, Rani sangat terkejut. Entah bagaimana perasaannya saat ini. Apakah gembira atau nelangsa.
Sedangkan Nabila tampak sangat gembira. Rafiq? Dia tampak datar saja ekspresinya. Entah apa yang dirasakannya.
"Tapi harus diperiksa lebih lanjut ya, Non. Untuk lebih memastikan saja."
"Mas, aku hamil, Mas." Ujar Nabila yang terlihat sangat bahagia sambil meraih tangan suaminya. Rafiq mengelus kepala Nabila dan tersenyum.
Bu Sunarsih tampak bingung. Dia menatap bergantian ketiga orang di depannya. Hatinya bertanya-tanya, yang mana sebenarnya istri Pak Rafiq? Apakah Non Rani atau Non Nabila? Tapi dia tidak berani lancang menanyakannya.
"Saya permisi dulu, Pak, Non." Bu Sunarsih berjalan keluar kamar.
Kini tinggallah Rani, Rafiq dan Nabila di kamar. Rani merasa tidak enak berada satu ruangan dengan pasangan suami istri itu. Sebaiknya dia keluar menyusul Bu Sunarsih. Biarlah kedua orang ini menikmati kebahagiaan kehamilan Nabila.
"Se...se..lamat ya, Kak. Rani keluar dulu." Ucap Rani dengan suara tercekat. Tenggorokannya terasa kering. "Rani keluar dulu."
Rani melihat Rafiq yang menatapnya dengan sendu, tapi hanya sebentar. Kemudian wajahnya kembali datar. Mungkin tatapan sendu itu hanya halusinasinya saja. Rani segera keluar dari kamar. Kedua tangannya terkepal erat seolah menahan air matanya jatuh sepanjang dia berjalan di lorong. Hari mulai tampak gelap, kelihatannya mereka akan bermalam di sini. Apalagi kondisi Nabila sedang lemah.
Karena tidak memperhatikan jalannya, Rani sampai menabrak seseorang. Rani mendongak dan melihat ternyata Bu Sunarsih lah yang ditabraknya. Entah kenapa begitu menatap wajah Bu Sunarsih yang tampak simpati kepadanya, Rani langsung menangis terisak. Bu Sunarsih dengan penuh pengertian memeluk Rani dan mengelus kepala dan punggungnya.
"Ayo ke kamarku. Tidak enak kalau dilihat anak-anak." Bu Sunarsih merangkul Rani dan membimbingnya menuju ke kamarnya.
Setelah sampai di kamar, Rani di dudukkan di tepi tempat tidur.
"Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan kalian. Saya juga tidak akan memaksa kamu untuk menceritakan. Tapi saya siap mendengarkan jika iti dapat meringankan beban kamu, Non Rani."
Sikap keibuan Bu Sunarsi malah membuat tangis Rani semakin kencang. Dada Rani sampai terasa sesak. Rani memeluk Bu Sunarsih.
"Menangislah."
Setelah puas menangis, Rani merasa sangat lelah. Dia masih teringat saat siang tadi sangat bahagia didampingi oleh Rafiq dalam selamatan empat bulanan kehamilannya. Tapi hanya beberapa jam kemudian semua kebahagiaannya lenyap sudah bagai embun di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...