Sebulan kemudian mereka kembali ke Sidney karena Rani mulai terlihat sering sakit-sakitan, seperti mual dan pusing kepala, dan kabar gembira dari dokter membuat mereka sangat bahagia. Rani dinyatakan hamil.
Saat ini mereka sedang berada di restoran untuk merayakan kehamilan Rani.
"Sayang, terima kasih. Kakak bahagia sekali." Ucap Nabila terharu memeluk adiknya erat. Air mata bahagia menetes dari mata indahnya.
"Iya, Kak. Rani juga bahagia. Tapi jangan kuat-kuat juga peluknya, napas Rani sesak, kakak." Ucap Rani dengan nada manja.
Nabila melepaskan pelukannya, namun air mata haru terus menetes di pipinya. "Iya, sayang. Maafin kakak. Mulai sekarang kamu harus hati-hati. Baik dalam bertutur kata maupun melakukan sesuatu. Usia kehamilan yang masih muda masih rawan, Dek. Jangan terlalu aktif lagi ya."
Maharani memutar bola matanya mendengar nasehat kakaknya yang panjang lebar. Namun tak ingin membuat kakak kesayangannya khawatir diapun mengiyakan saja.
"Iya, kakakku yang bawel."
Nabila menoleh ke arah Rafiq yang diam saja dari tadi dan tanpa ekspresi. Apakah bahagia atau tidak. Kan orang jadi penasaran dibuatnya.
"Mas, ucapin selamat dong sama Rani. Masa kamu diam saja, ini kan anak kamu."
Rafiq duduk dengan melipat tangan di dadanya komplit dengan wajah datarnya belum berkomentar apa-apa tentang kehamilan Rani hingga Rani yang melihatnya sama sekali tidak bisa menebak isi hati iparnya itu. Apakah bahagia atau biasa-biasa saja. Geram juga Rani melihatnya. Hellooowww....ini yang di perut gue itu anak lo. Gue butuh dukungan dari elo juga keles. Sudah syukur gue mau ngandung anak lo, batu.
"Selamat...."
Rani menunggu kata selanjutnya yang akan diucapkan kakak iparnya itu, tapi beberapa detik menunggu ternyata sia-sia, hanya kata itu sajalah yang keluar dari mulut emas pria itu. Ternyata dia menganut prinsip 'diam adalah emas'. Hueekkk....amit-amit jabang bayi jangan sampai anak di perutku meniru sikap bapaknya, batin Rani sambil mengusap-usap perutnya yang masih datar.
"Perut kamu kenapa. Apa sakit." Ucap Rafiq bukan dengan nada bertanya. Tapi nada datar tanpa tanda baca '?'. Bisa gitu ya orang memulai kata 'apa' dan 'kenapa' tapi wajah dan nadanya datar-datar saja.
"Gak apa-apa. Perut Rani mules tadi lihat orang lewat wajahnya kayak kulkas." Cibir Rani sambil melirik sebal kakak iparnya. Rasa kecewamenelusup ke dalam hatinya.
"Dek, jaga kata-katamu. Ingat, kamu lagi hamil, gak boleh mencaci orang." Tegur Nabila.
Rani mencebikkan bibirnya.
"Sudah selesai makan semua kan? Kita kembali ke hotel saja. Gak usah kemana-mana lagi. Besok kita kan pulang." Ujar Nabila.
***
Kevin dan Alea, teman sekampus Maharani, yang sudah lama tidak melihat temannya itu masuk kuliah mendatangi rumah Maharani. Mereka khawatir jika teman mereka itu sedang sakit. Sudah dua bulan Maharani tidak ke kampus.
Ting tong
Maharani yang sedang duduk-duduk di ruang tv menyaksikan film Avenger sambil ngemil, berdiri untuk membuka pintu. Entah kemana pelayan di rumah ini. Dari tadi bunyi bel tapi gak ada yang buka pintu.
Rani membuka pintu dan terkejut melihat kedua temannya berdiri di depannya.
"Surprise....." Seru Alea sambil memeluk Rani.
"Eehh...kalian kok gak bilang-bilang sih mau datang." Ucap Rani gugup. Dia gak menyangka kedua temannya itu akan datang ke rumah.
"Suruh masuk dulu kek. Gak sopan banget sama tamu agung."

KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...