19

20.5K 905 132
                                    

Flashback

Alhamdulillah, akhirnya Nabila mendapatkan pekerjaan di kantor yang berskala raksasa, walau hanya sebagai OB. Tugasnya berada di lantai teratas gedung, diantaranya membersihkan ruangan Bos Besar pemilik perusahaan.

Nabila sangat bersyukur, karena selama ini dia hanya bekerja serabutan untuk membiayai dirinya dan adiknya setelah ditinggal kedua orangtua mereka. Sekarang dia cukup merasa aman dengan gaji tetap yang cukup untuk biaya hidup berdua dengan adiknya, walau sederhana.

Ini hari pertama dia bekerja.

Nabila masuk ke ruangan Direktur Utama dengan membawa peralatan bersih-bersihnya. Nabila memandang kagum sekeliling ruangan yang luas dan elegan bernuansa coklat. Kemudian matanya tertumbuk pada sebuah foto yang sangat besar di salah satu dinding, dan di sana seorang pria yang sangat tampan memakai setelan jas hitam, seolah menatap lekat ke arahnya.

Nabila terpesona. Dan jatuh cinta.

Belum pernah dia melihat pria setampan itu seumur hidupnya. Tampan, muda, bertubuh atletis, dan tentu saja sukses.

Pria seperti inilah yang diinginkannya menjadi suaminya. Tapi itu tidak mungkin kan? Secara level mereka jauh berbeda. Mana ada pria sekaya ini mau melirik perempuan miskin seperti dia?

Nabila akhirnya hanya bisa melihat pria ini dari jauh dan harus puas hanya memandangi fotonya saat dia bersih-bersih.

Boro-boro beramah-tamah dengannya, saat berpapasan saja Bos Besar itu tidak pernah meliriknya, apalagi menyapa.

Ah, Nabila, kau terlalu tinggi meletakkan harapanmu, sadarlah siapa dirimu, ucap Nabila dalam hati.

Hingga suatu hari, datanglah hari saat  pria itu mulai mau melihat ke arahnya.

Saat itu adiknya yang selalu ke kantor setelah pulang sekolah, secara tak sengaja bertemu Bos perusahaan ini di pantry.

**

Rafiq merasa jenuh karena banyaknya pekerjaan yang menumpuk sepulangnya dari luar negeri. Pembelian pesawat baru sangat menyita perhatiannya. Dia harus terjun langsung untuk mengawasi pembelian pesawat itu.

Rafiq menelepon asistennya, Rio, untuk memberitahu OB agar mengantarkan kopi ke ruangannya, tapi ternyata ponselnya tidak aktif. Akhirnya Rafiq keluar ruangan dan berjalan menuju pantry yang letaknya masih di lantai yang sama.

Rafiq terkejut melihat seorang anak berseragam SMP sedang memasak mie instan di sana. Posisinya membelakanginya.

Tiba-tiba anak itu membalikkan badan, tapi bukannya takut atau terkejut saat melihatnya, dia malah bersikap ramah.

"Aduh, ngagetin aja Om ini." Ucapnya dengan senyum lebar yang memperlihatkan giginya yang putih dan kecil-kecil. Wajahnya sangat imut dan manis dengan lesung pipi di kedua sudut bibirnya.

"Kamu siapa?" Rafiq menatap lekat wajahnya.

"Hai, kenalin, Om. Namaku Maharani, adiknya Kak Nabila, OB di sini. Om siapa?"

"Rafiq. Dan jangan panggil saya Om. Saya belum setua itu." Jawab Rafiq dengan nada kesal tanpa menjelaskan statusnya di kantor ini. Dia merasa masih muda dan merasa belum pantas dipanggil Om.

Rani terkekeh melihat Rafiq yang kesal. "Jadi, maunya dipanggil apa dong? Paman, Pakde, atau Uncle?"

Rafiq malah tambah kesal merasa dipermainkan anak kecil. "Panggil Mas."

"Oke Mas. Mas mau dimasakkan mie juga?"

Rafiq melihat mie instans Rani yang telah siap dimasak, yang lengkap dengan telur mata sapi, sayuran dan cabe rawit. Terlihat sangat menggiurkan. Dan tanpa sadar Rafiq menelan ludah.

SURROGATE MOTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang