"Mama, sudah lama, Ma?" Tanya Nabila takut-takut.
"Tidak juga."
Rani dan Nabila langsung mengembuskan nafas lega. Berarti rahasia mereka masih aman.
"Saya datang cuma mau mengajak kamu ke dokter kandungan. Saya mau memastikan apa benar kamu hamil atau tidak." Sita menatap Nabila dengan sorot tajam.
"Eh, nanti malam Mas Rafiq mau bawa Nabila ke dokter kok, Ma." Jawab Nabila gugup.
"Kalau gitu saya ikut."
"Iya, Ma."
"Kalau gitu saya mau istirahat dulu di kamar. Bangunkan saya kalau mau pergi."
"Baik, Ma."
Sita berjalan meninggalkan Rani dan Nabila. Tapi tiba-tiba Sita berbalik dan menatap tajam ke arah Rani. "Kamu kok kelihatan gemuk sekarang?" Ujarnya dengan mata menyelidik ke tubuh Rani.
"Eh..mmm...iya..lagi doyan makan terus, Ma." Jawab Rani gugup, apalagi ditatap seintens itu oleh mertua kakaknya.
"Oh, jangan kebanyakan makan, gemuk itu jelek." Sita pun kembali melanjutkan jalannya.
Rani dan Nabila saling pandang, kemudian tertawa lega.
***
Rafiq pulang menjelang maghrib. Setelah membersihkan badan, Rafiq mengajak Nabila dan Rani sholat maghrib berjamaah. Tapi sayang Sita tidak mau ikut serta dengan alasan sakit kepala. Rafiq hanya menggelengkan kepala melihat mamanya yang belum berubah padahal usia sudah tua.
Setelah sholat maghrib, Rani langsung membereskan mukenahnya. Tapi saat melipat mukenahnya, Rani merasa mual dan langsung berjalan cepat menuju kamar mandi di dekat musholah. Nabila yang mau menyalami suaminya, tahu-tahu ditinggal Rafiq yang mengejar Rani ke kamar mandi. Nabila menatap sendu ke suaminya yang menghilang di kamar mandi bersama Rani.
Seperhatian itu kau dengan adikku, Mas.
Mereka sampai tak menyadari kehadiran Sita di rumah itu. Sita sempat melihat bagaimana Rani masuk ke kamar mandi yang disusul oleh anaknya. Terbersit kecurigaan di hatinya. Apalagi sekarang Rafiq membimbing adik iparnya keluar dari kamar mandi dengan merangkul bahu adik iparnya. Sama sekali tidak pantas, bisik batin Sita. Ada yang aneh disini.
Nabila yang melihat mertuanya memperhatikan Rafiq dan Rani, langsung mendekati mertuanya dan berusaha mengalihkan perhatian.
"Ma, sebaiknya Mama siap-siap, kita langsung berangkat ke dokter."
Sita mencebikkan bibirnya memandang Nabila. "Kamu biarin suami kamu dekat dengan adik kamu?" Ejek Sita. "Gak takut kamu nanti adik kamu merebut suami kamu?"
"Eh, Mama kok gitu. Itu, Rani lagi sakit, Ma. Dan karena Nabila sedang hamil muda, gak mungkin Nabila lari bantuin Rani yang lagi muntah-muntah. Nabila kok tadi yang nyuruh Mas Rafiq bantuin Rani."
"Oke, kalau gitu Saya mau siap-siap dulu."
Nabila merasa lega setelah mertuanya kembali masuk ke kamar yang ada di lantai dua. Mata Nabila mengitari ruangan mencari keberadaan adik dan suaminya, tapi entah dimana mereka. Nabila pun memutuskan untuk berganti pakaian.
***
"Kamu udah enakan?" Tanya Rafiq penuh perhatian.
Ya Tuhan, Kakak Ipar jangan perhatian gini dong, aku kan jadi salah paham. Ucap Rani di dalam hati. "Udah, Kak. Rani cuma sedikit pusing aja kok."
"Kamu yakin gak mau ikut periksa sekalian sama Nabila?"
"Yag enggaklah, Kak. Kan Kakak tau sendiri kalau Mama Sita mau ikut."
KAMU SEDANG MEMBACA
SURROGATE MOTHER
RomancePRIVAT ACAK FOLLOW DULU YA GAES Untuk menolong kakak yang sangat disayanginya karena tidak bisa mengandung, Maharani rela meminjamkan rahimnya agar kakaknya memiliki anak dengan suaminya. Maharani yang masih berusia 18 tahun dengan ikhlas tidak mel...