Setelah selesai membaktikan dirinya sebagai anak yang rajin dengan memberi makan ikan di kolam, Teana naik ojek online ke kampus. Tak seperti perkiraan papanya, perjalanan ke kampus lancar jaya. Sepertinya para pendemo di depan gedung DPR itu juga ogah demo pagi-pagi karena mungkin belum sarapan seperti ikan-ikan koi Teana.
Teana berkuliah di Universitas X. Kompleks kampusnya terletak di bilangan Jakarta Barat, lokasinya berdekatan dengan tempat anak-anak heitz metropolitan gahol biasa nongkrong. Meski lokasinya strategis, Teana jarang bergaul di kafe-kafe seputaran kampus karena dia tipikal cewek yang nggak suka keramaian. Biasanya dia dan Bobo memilih jalan-jalan ke Mall Pondok Cabe-cabean yang sayangnya kini sudah tiada padahal usianya masih muda: baru setahun saja. Teana berjanji akan berkabung secara resmi untuk wafatnya mall favoritnya itu.
Ketika sampai, Teana langsung menuju lobi kampus.
"SHAAAAAYYYYYYY!"
Sosok Bobo yang bertubuh lebar berlari-lari menghampirinya. Setiap entakkan kakinya yang sebesar gedebong pisang menimbulkan gempa bumi kecil. Dari kejauhan, sahabat Teana itu tampak seperti versi mini Candi Borobudur.
"Haiiii mungil," sapa Teana. "Selamat pagi."
"Kangen deh gue sama elo, say!" Bobo membuka tangannya dan cipika-cipiki dengan Teana, seperti yang biasa dilakukan ibu-ibu arisan kalau baru berjumpa. Padahal mereka berdua bertemu hampir setiap hari.
"Eh, lo gemukan, ya?" goda Teana.
"Bukan gemukan, say," protes Bobo sambil mengernyit sedikit. Cowok itu mengenakan kaos putih dilapis kemeja motif bunga-bunga yang membuatnya terlihat semakin aduhai. "Tapi semok. Baidewei, ini kelas kita ada tiga lho, bok. ABCDEFG deh."
"ABCDEFG? Yeiii, akhirnya lo hafal alfabet!"
"Bukan! Aduh Bok Cape Deh Eike Fusing Gelo."
Teana terbahak-bahak. Bobo memang punya kosakata yang ajaib. "Iya nih. Sampai malam lagi. Membayangkannya aja gue udah mager. Andaikan gue bisa mempercepat waktu..."
"Menghayal terus lo, say."
"Siapa tahu bisa? Buktinya kemarin nongol monster di mall. Siapa yang menyangka, coba?"
Kedua sahabat itu masuk ke Gedung B tempat kelas pertama mereka hari ini akan dilaksanakan.
"Eh, omong-omong..." kata Bobo mendadak. "Teman lo yang porno itu gimana?"
Teana tertawa. "Maksud lo, si Milk?"
"Lo tega deh meninggalkan dia di pinggir jalan, say." Bobo menuding-nuding Teana dengan lagak menggurui. "Apalagi dia cuma pakai celana renang begitu. Kalau digrapa-grepe banci khilaf gimana?"
"Jadi maksud lo mendingan lo bawa pulang ke rumah lo terus lo aja yang grapa-grepe, gitu?"
Bobo terbelalak. "Astagadragon, cantik-cantik julid."
"Astagadragon?"
"Astaganaga," kata Bobo cepat-cepat. "Bukannya gue mau ngapa-ngapain si Milk, bosque. Gue curiga itu cowok agak rada-rada. Kan kasian kalo kena razia Satpol PP."
"Kayak pengalaman lo, ya? Waktu di Taman Lawang?"
Bobo mencebik cemberut. "Ah, elo mah, say! Serius, gue nggak tega aja."
Teana hanya diam saja. Meski terkesan seenaknya saja, Teana tahu kalau Bobo punya hati yang lembut. Mereka sudah bersahabat sejak bayi. Dulu mereka bertetangga tapi tahun lalu setelah lulus SMA, Bobo dan keluarganya pindah. Makanya Teana paham betul sifat dan perilaku sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MilkTea [TAMAT]
HumorTeana ketakutan ketika bertemu cowok bernama M1LK yang mengaku sebagai alien. Bersama Bobo, sahabatnya yang ngondek, mereka melarikan diri. Apalagi cowok itu hanya memakai celana renang dan dia minta TeTe! Ternyata kehadiran cowok misterius itu berb...