19. Menelusuri Memori

816 267 9
                                    


Suasananya masih sama persis seperti waktu itu.

Rak-rak penuh pakaian cowok. Orang-orang yang berlalu-lalang. Hanya kali ini minus penampakan si mbak-mbak SPG nyolot yang minta ditampar itu.

Kai Elian juga sama seperti terakhir kali Teana melihatnya. Jangkung, tampan dan mempesona, rasanya sulit untuk percaya bahwa Kai dan Teana masih satu spesies; Kai lebih layak disebut malaikat.

Cowok itu tersenyum, memamerkan deretan gigi-gigi depannya yang putih mengilap. "Yang mana yang bagus buat aku, Teana?"

Teana menunjuk sebuah celana renang di rak yang berwarna merah. "Yang merah aja."

"Yang merah ya..." kata Kai, senyumnya melebar. "Merah berarti hot..."

Teana mulai mengap-mengap sesak napas.

"Aku cobain di sini aja ya..." kata Kai manis.

"Iya, b-boleh..."

"Fitting room-nya kejauhan." Kai menyibakan poninya dan Teana bisa mencium aroma bunga mawar menguar dari rambut cowok itu. "Aku coba di sini aja celana renangnya..."

Kai mulai membuka kancing-kancing kemejanya, memamerkan dadanya yang rata dan putih. Sambil melakukannya dia mendekati Teana, matanya yang bulat dan berwarna cokelat terang menatap lurus-lurus Teana, membius gadis itu. Teana tergoda untuk bilang, 'Langsung buka celananya aja, Kai...' tapi dia menahan diri. Kalau cowok itu mau buka semuanya, kenapa enggak?

"Kamu cantik, Teana..."

"Te-terima kasih, K-Kai..."

"Bisa tolong bukain kemeja aku nggak?"

"Iya, boleh Kai."

Tangan Teana terjulur gemetar menyentuh pundak cowok itu. Pundaknya tegap dan kuat, uuuhh... macho banget¸ persis seperti yang diidam-idamkan Teana. Kai berbalik dan menghadap Teana, membiarkan gadis itu membuka kemejanya dengan lebih leluasa...

Tapi kemudian wajah Kai berubah. Rambutnya menjadi putih semua, seperti susu dan dia berubah menjadi Milk. Cowok itu nyengir lebar dan membuka mulut, tapi yang terdengar bukanlah suaranya melainkan suara si mbak-mbak SPG nyolot itu.

"Total belanjaannya sebelas juta rupiah, yaaa..."

"AAAAARRRGGGHHHHHHH!"

Teana bergidik. Gadis itu berbalik dan tiba-tiba menemukan seseorang tidur di sebelahnya.

"Teana."

"AAAAARRRGGGHHHHHHH!"

"Teana, aduh. Sakit. Stop! STOP!"

"MILK!" Teana mengkemplang kepala cowok itu. "Kamu ngapain masuk ke kamar aku?"

Milk berkelit menghindar, rambut bagian belakangnya terangkat naik. "Tadi Teana sedang tidur."

"Ketok pintunya dulu dooong!"

"Aku sudah mengetuk pintu dan Teana bilang 'iya'," kata Milk sambil berkedip-kedip. "Teana bilang 'Iya, boleh.' Terus aku tanya apa aku boleh duduk di sini dan Teana bilang, 'Iya, boleh. Okay.'"

Wajah Teana panas seperti terbakar. Ya ampun, saking serunya mimpiku pasti aku mengigau tadi. Maksudnya 'iya, boleh Kai,' gitu... "Umm... itu aku bukan bilang iya ke kamu."

Milk membuka mulut siap menjawab tapi Teana buru-buru menyetopnya. "Kamu mau ngapain?"

"Aku... mimpi."

"Mimpi?" Teana bangkit dari tempat tidur dan menyalakan lampu kamarnya. Gadis itu terkejut melihat Milk banjir keringat. Kaosnya yang basah sampai menempel di punggungnya. "Ya ampun, kamu mimpi apa, Milk? Sampai keringetan begitu?"

"Mimpi matahotra..."

"Matahotra?"

"Di mimpi itu, aku dikejar-kejar oleh seorang wanita yang ingin membunuhku," kata Milk. Dia tertunduk, matanya mulai bergerak-gerak. "Ada yang melindungiku. Seorang pria. Dia yang pertama kali dibunuh. Lalu ada seorang gadis muda. Dia memohon-mohon agar aku tidak dibunuh oleh si wanita keji itu."

Dari cara Milk bercerita, Teana tahu kalau cowok itu serius. "Kamu mimpi buruk, Milk."

"Mimpi buruk," ulang Milk. Cowok itu menghembuskan napas panjang. "Tapi terasa nyata sekali, Teana. Aku merasa seolah berada dalam mimpi itu."

Teana teringat akan mimpinya dengan Kai. "Mimpi memang biasanya seperti itu."

"Gadis muda itu juga mau dibunuh oleh si wanita keji," lanjut Milk. "Wanita keji itu mengincarku. Dia tahu namaku, M1LK. Dia mau mengambil kekuatanku. Tapi si gadis muda berusaha menggagalkannya. Dia menyarankan agar aku dibekukan saja."

"Dibekukan? Apa maksud kamu, Milk?"

Milk memijat-mijat pelipisnya. "Di planet kami, para tahanan di penjara dibekukan dalam sebuah sel khusus untuk menghemat sumber daya. Sel itu biasanya dijaga ketat. Setelah masa penahanan mereka berakhir, mereka akan dicairkan dan dihidupkan kembali. Aku yakin yang dimaksud gadis muda itu adalah penjara. Setelah dia bilang begitu dia juga dibunuh..."

"Tapi kenapa gadis itu minta kamu dibekukan, Milk?"

"Kurasa..." Raut wajah Milk berubah sedih. "Kurasa dia mencoba mengulur waktu. Wanita keji itu ingin menghabisiku. Si gadis muda bilang sesuatu tentang Jigu, tentang kekuatan. Katanya belum tentu aku memiliki kekuatan itu. Makanya dia menyarankan agar aku dibekukan, agar wanita keji itu menunggu. Ketika tiba saatnya, dia akan tahu bilamana aku punya kekuatan itu. Jika terbukti betul, wanita itu akan membunuhku..."

"Membunuh kamu?" Teana langsung teringat pada satu-satunya orang yang sedang berusaha membunuh Milk. "Pasti wanita keji di mimpi kamu itu adalah Donna! Itu bukan mimpi, Milk! Itu ingatan masa lalu kamu!"

Milk menggeleng pelan. "Aku tidak tahu, Teana."

"Terus gimana dengan gadis muda itu? Kamu bilang ada seorang pria yang dibunuh duluan. Apa jangan-jangan mereka orangtua kamu, Milk? Pasti pria itu ayah kamu sementara gadis muda yang memohon-mohon itu ibu kamu..."

Milk mengangkat wajahnya. Dia kelihatan takut, ragu sekaligus khawatir. "Aku seorang prajurit, Teana. Para prajurit di planet kami tidak dilahirkan. Kami diciptakan. Kami tidak punya orangtua."

Teana tidak sebegitu yakin. Diciptakan, tanpa dilahirkan? Gadis itu skeptis. Dia tahu teknologi di planet asal Milk jauh lebih canggih, tapi masa iya mereka bisa menciptakan manusia seperti merakit robot? "Kalau mereka bukan orangtua kamu, Milk, mana mungkin mereka rela berkorban nyawa demi menyelamatkan kamu?"

Milk menggeleng semakin kuat. Dia mengacak rambutnya. "Aku tidak tahu, Teana."

Teana menepuk-nepuk pundak cowok itu, mencoba menyemangatinya. Dia paham kalau Milk kalut. Terdampar di planet antah-berantah, tanpa bisa pulang, dan dikejar-kejar seorang pembunuh? Siapa juga yang nggak bakal panik?

"Apa lagi yang kamu ingat dari mimpi itu, Milk?"

"Gadis muda itu menyebut-nyebut tentang sesuatu... Costola... Aku tidak tahu apa artinya itu. Gadis muda itu bilang, kekuatanku tak akan bangkit sebelum aku menemukan Costola itu..."

"Apa Costola itu... T2?"

"Costola bukan T2," kata Milk cepat-cepat. "T2 adalah penyimpan daya Jigu."

"Tapi... tunggu sebentar..." Teana dapat ide. Mungkin ini yang bisa membantu Milk pulang! "Gadis muda itu bilang kekuatan kamu akan bangkit kalau menemukan Costola ini kan, Milk? Aku rasa ini dia jawabannya. Kita harus cari tahu apa itu Costola, sambil menunggu T2 diperbaiki! Siapa tahu kalau kamu menemukan Costola, kamu bisa mendapatkan kekuatan untuk kembali pulang ke Kentalmanis?"

Milk diam saja. Dia mengusap-usap tangannya, berpikir. Akhirnya setelah diam beberapa lama, dia mengangguk kecil. "Tapi bagaimana cara menemukan Costola kalau kita tidak tahu apa itu?"

"Umm... Google?"

"Google?"

"Sejenis software..." Teana paling sebal kalau Milk mulai bertanya hal-hal mendasar seperti ini. "Jaringan internet. Di sana ada semuanya. Kamu tenang aja."

Milk tersenyum kecil. "Baiklah, Teana. Semoga kamu benar."

MilkTea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang