'Daya cadangan semakin menipis. Segera isi ulang daya.'
Milk mematikan komputer dan menyimpannya kembali. Benda itu berubah menjadi pipih dan menempel di kulit dadanya.
Apa boleh buat.
Milk mengambil dua potong pakaian dari lemari. Meski sanggup mengatasi Donna, kehadiran tiba-tiba wanita itu membuat Milk terguncang. Dan dia berasal dari K3NT4LM4N13S juga.
Dengan hati-hati Milk memindahkan T2 dari saku celana yang sudah robek itu ke celana barunya. T2 memang rusak... Teana, Bobo, dan Boni sudah mencoba membantu. Namun sayangnya belum berhasil...
"DEMI UDEL TUYUL BUNTING!"
Teriakan Bobo! Dari ruang depan!
Milk langsung keluar dari kamar. Tadi dia memang mendengar ada yang memencet bel di pintu depan. Milk berlari ke ruang depan dan berhenti di koridor...
Siapa mereka?
Ada sekelompok orang-orang asing yang memakai seragam warna gelap dan kacamata hitam. Di saku rompi mereka tersulam tiga huruf: BIN dan kata-kata lain yang sepertinya nama mereka. Salah satunya sedang menginterogasi Teana – sulaman di rombinya berbunyi 'Bastian'. Bobo dan Boni ikut menyahut, mereka bertiga tampak takut dan gugup. Ci Cincay memekik lalu lari bersembunyi di kamar.
Mereka semua... Milk menatap si pria yang sedang menginterogasi Teana. Penampilannya sama dengan rekan-rekannya yang lain, terkecuali sebuah cincin yang tersemat di jari manis kanannya. Pria ini berbeda, Milk merasakan sebuah aura yang kuat darinya tapi tak bisa mendefinisikannya dalam Bahasa Manusia (kalau Bahasa Gulug-Gulug sih bisa). Milk mempelajari rombongan itu lebih cermat. Mereka semua... manusia. Tidak berbahaya. Bersenjata. Seperti petugas keamanan.
"Kalian semua tolong berbaris menepi di dinding, saya mau berbicara dengan..." Tatapan Bastian jatuh Milk dan dia menunjuknya. "Saudara. Bisa tolong tunjukan KTP?"
Pasti karena ledakan itu.
"Umm, anu... begini, pak." Teana maju. "Teman saya itu..."
"Tolong jangan berbicara." Bastian mengulurkan tangannya, meminta. "Anda. Yang rambutnya putih itu. Ayo kemari. Nama saya Bastian, dari Badan Intelejen Nasional. Kami mendengar adanya ledakan di rumah ini. Siapa nama saudara?"
"Milk."
"Milka..." Bobo menyerobot cepat-cepat. "Milka Sukasuka, pak. Dia sepupu saya."
"Saudara Milka. Bisa tunjukan KTP saudara?"
KTP? Milk baru mendengar isitilah itu. Dia menatap pria bernama Bastian itu. Pria ini memaksa. Teana mencoba menenangkannya dengan mengulang-ulang mengatakan tak perlu meminta KTP... Milk berpikir, mencoba menebak-nebak. KTP... oh, mungkin ini maksudnya...
Milk bergegas pergi ke dapur. Tadi saat memperbaiki rumah, dia melihat KTP di dalam kulkas.
"Ini KTP."
Anak buah Bastian terkikik. Bastian menatap benda yang disodorkan Milk. "Ini... tempe."
"Pak BIN... aduh, tuh kan pak..." Bobo berkata bermanis-manis. "Sepupu saya ini memang ada gangguan pendengaran. Conge-nya lagi diobatin sama dokter THT, pak..."
"Tolong jagan belai-belai dada saya," kata Bastian. Dia mengembalikan tempe itu pada Milk. "KTP, bukan tempe! Tolong tunjukan KTP saudara."
Jadi ini bukan KTP? Milk kembali ke dapur. Rupanya aku keliru. Kalau saja daya komputer tidak sekarat, aku pasti minta bantuan. Apa sih KTP itu? Tatapannya jatuh pada sesuatu. Oh, mungkin ini maksudnya KTP!
"Ini KTP."
Tawa anak buah Bastian pecah. "Ini TAPE!" Bastian melempar tape itu. "Saudara jangan main-main, ya. Saya serius ini. Tolong tunjukan KTP saudara sekarang!"
Milk melihat Teana memberanikan diri menghambur ke arah Bastian meski sudah diwanti-wanti untuk berbaris dekat dinding. "Pak, tolong, pak. Teman saya ini... umm... agak tidak sehat."
"Tidak sehat?"
"Gangguan jiwa," timpal Bobo. "Sepupu saya ini gangguan jiwa, pak. Makanya sikapnya ajaib kayak gini. Waktu SMA kepalanya pernah kena kemplang wajan cakwe eh jadi korslet gini deh..."
"Tadi kamu bilang congean."
"Conge'an iya. Gangguan jiwa juga," Boni ikut-ikutan. "Bapak maklumin aja. Kita memang sudah lama berencana memasukan Kak Milk – maksud aku Milka, ke rumah sakit jiwa."
Teana sudah bersujud di depan Bastian. Bobo masih memohon-mohon. "Kalau bisa sepupu saya yang ini jangan diganggu lagi ya pak... Plisss."
"Diam kalian semua!" tegur Bastian. "Kamu, Milka. Tetap di sana! Jangan ke mana-mana!"
Milk patuh saja dan berdiri di samping Boni. Manusia yang aneh.
"Jadi yang meledak tadi hanya cakwe?" Bastian meneliti orang-orang aneh ini. "Bukan bom?"
"Cuma cakwe, pak. Ciyus deh," kata Bobo yakin. "Saya lupa kalau cakwenya masih beku dan langsung memasukannya ke minyak panas. Jadi meledak gitu deh say, eh – pak..."
Milk menunggu dengan tegang. Teana, Bobo, dan Boni berbohong. Apa mereka melakukannya demi aku? Jika sampai orang-orang BIN tahu, bisa gawat jadinya...
"Baik kalau begitu. Kalian semua tolong keluar dari rumah," kata Bastian setelah diam beberapa saat. Dia menatap Milk dengan tajam sekali lagi, seperti mengancam. "Tim Densus akan memastikan lokasi ini aman. Setelah itu kami akan pergi. Dan saudara..." Dia menunjuk Bobo. "Tolong segera bawa adik Milka ini ke psikiater untuk diperiksa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MilkTea [TAMAT]
HumorTeana ketakutan ketika bertemu cowok bernama M1LK yang mengaku sebagai alien. Bersama Bobo, sahabatnya yang ngondek, mereka melarikan diri. Apalagi cowok itu hanya memakai celana renang dan dia minta TeTe! Ternyata kehadiran cowok misterius itu berb...