18. Mimpi

1.4K 335 12
                                    


"Lari! Bawa dia pergi dari sini!"

Seruan seorang pria. Nadanya cemas dan mendesak.

"Cepat!"

Pria itu berseru lagi. Ada gerakan-gerakan cepat yang ragu-ragu. Dia merasa terombang-ambing, seperti kapal tanpa nahkoda di laut lepas. Lalu tiba-tiba dunia berubah dari tegak menjadi tiarap, seolah ada yang memutarbalikkannya. Terdengar bunyi debam keras. Pria yang tadi bersuara itu menggeram seperti hewan liar yang siap menyerang.

"Apapun yang terjadi..."

DHUAAAAR!

Kekuatan yang besar sekali menerjangnya, menghempaskannya dengan kasar. Pria itu juga terlempar, tubuhnya terhempas menghantam langit-langit. Tanpa memedulikan luka-lukanya, pria itu cepat-cepat bangkit berdiri.

"Kalian tak akan menyentuhnya!"

Ancaman pria itu dibalas sebuah tawa melengking yang dingin, disusul ledakan dan dentuman sambung-menyambung. Tempat itu hancur lebur. Batu-batuan terpecah menjadi kerikil, perkakas-perkakas meledak menjadi potongan logam, kaca-kaca berserakkan menjadi butiran pasir. 

Pria itu berhasil menghindar dan berkelit, namun tawa yang dingin dan kejam itu masih menari-nari, memenuhi ruangan itu dengan ketakutan yang pekat dan kengerian yang tak dapat digambarkan. Lalu tiba-tiba seberkas cahaya kuning yang terang sekali berkilat di udara. Pria itu berteriak, tangannya terentang melindungi, tapi dia kalah cepat. Suaranya berubah menjadi jerit kesakitan. Kemudian pria itu jatuh lagi ke lantai untuk yang kedua kalinya. 

Dan dia tidak bangkit lagi.

Dunianya kembali berubah, kali ini bergerak cepat melintasi sebuah jalanan yang kosong. Langit gelap gelap gulita, seolah-olah para bintang bersekongkol untuk mogok beramai-ramai. Benda, manusia, dan hal-hal lain berkelebat di kanan dan kirinya. Hentakan dan jejak kaki yang sedang berlari membuat tubuhnya bergoyang-goyang lagi. Dia ingin berteriak, dia ingin berhenti, tapi tak bisa. Kepalanya pusing dan dadanya sesak, seakan-akan bernapas telah menjadi sebuah tugas yang mahaberat...

DHUAAAAR!

Ledakan serupa yang telah menghempaskan tubuhnya dan pria malang itu terjadi lagi. Dia terjatuh, rasanya sakit sekali. Dia mulai menangis. Dunia berhenti berkelebat. Ada suara langkah kaki mendekat, langkah-langkah sepatu baja yang berat, berdentam berirama seperti membawa kiamat...

Seseorang menjerit. Seorang gadis muda. Jeritan minta tolong. Jeritan mohon ampun.

"Di mana dia..."

Kali ini adalah geraman. Geraman itu terdengar lebih mirip suara binatang ketimbang manusia, nadanya tinggi, tajam dan mendesis, seperti ular. Seorang wanita. Lebih tepatnya iblis wanita. Bahkan hanya dengan mendengar geraman dan derap langkahnya saja, dia tahu kalau wanita itu dan gerombolannya tidak bermaksud baik. Dialah yang menyerang pria yang kini sudah tak bernyawa itu. Dan sekarang wanita keji ini telah mendapatkannya, dirinya. 

Dia harus lari – seperti yang diperintahkan pria itu tadi padanya; dia harus menyelamatkan diri, tapi dia tak bisa. Dia terlalu lemah. Dia kesakitan. Dia kelaparan. Dia bahkan tak sanggup berbalik. Dia hanya bisa menangis...

"Tolong..." Suara gadis muda yang tadi minta ampun memelas. "Tolong jangan sakiti dia!"

Ada tangan-tangan yang merengkuhnya kembali. Tangan yang lembut tetapi kuat. Tangan yang hangat. Tangan yang penuh kasih. Seketika dia merasa nyaman dan aman, meski si wanita jahat yang mengincarnya masih berada di situ.

MilkTea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang