Dahulu aku segalanya, dan sekarang aku bukan apa-apa.
*****
Setelah menempuh perjalanan dari Cafe milik Kak Vano sampai kerumahku, aku tetap ketakutan dan resah. Haruskah aku jujur dan membuat hati Bunda terluka? Tetapi aku tidak mau Bunda terbuai akan ucapan Kak Ryan setelah apa yang ia lakukan.
"Denan, kamu kok diem aja? Gak mau keluar?" Suara berat Kak Vano membuatku tersadar.
Jangan heran mengapa Kak Vano memanggilku Denan, karena ia suka memanggilku dengan sebutan 'Adek' jadi ia menggabungkan namaku dengan sebuat Adek, sejak aku kecil ia sudah memanggilku dengan sebutan Denan-atau Dek Nanda.
"E-eh? I-iya Kak. Ayo keluar."
Aku membuka pintu mobil, tetapi terhenti saat tanganku ditahan oleh Kak Vano. Aku menatapnya heran, tetapi Kak Vano sedang menatapku lekat.
"Apa kamu ada masalah Dek? Apa masalah kamu saat nangis di Cafe tadi terlalu berat? Kamu bisa cerita ke Kakak."
Aku hanya diam tidak tahu ingin menjawab apa. Jika aku berani berkata, aku ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tetapi aku dan Kak Vano baru bertemu, rasanya tidak mungkin jika aku berkata yang sebenarnya. Yang pasti itu membuat Kak Vano kaget dan memandang aku aneh karena masalah yang sebenarnya.
"Sebelumnya maaf banget Kak. Bukannya aku gak mau cerita, tapi masalah aku sangat rumit dan pasti buat Kak Vano kaget. Mungkin kalo aku sudah siap, aku bakal cerita ke Kak Vano."
"Oke. Kakak cuma mau kamu jangan sungkan cerita dengan Kakak. Kamu udah Kakak anggep kayak adik sendiri.." Ucap Kak Vano tulus.
"Makasih banyak ya Kak. Ya udah yuk turun."
Aku dan kak Vano keluar dari mobil miliknya. Bisa aku lihat mobil milik Kak Ryan terparkir rapi di depan garasi rumah. Rasanya aku ingin melayangkan tinju di wajah tampan berhati Iblis itu.
Aku mengajak Kak Vano masuk saat melihat pintu rumah terbuka, dan bisa kulihat Kak Ryan tengah duduk bersama Bunda.
Merasa kehadiranku, Kak Ryan mengangkat kepalanya dan mata kami saling bertemu. Bisa kulihat wajah sumringah Kak Ryan saat melihatku, tetapi hanya sesaat saat melihat Kak Vano yang berada disampingku.
"Sayang udah pulang, itu temen kamu?" Ucap Bunda dan berdiri, yang diikuti oleh Kak Ryan.
Aku mendekati Bunda dan mencium tangan Bunda yang diikuti oleh Kak Vano.
"Ini Kak Vano, Bun. Inget gak?"
Bunda menatap Kak Vano sambil terlihat sedang berfikir.
"Vano? Oh kamu temen kecil Adek kan? Yang pernah nganterin Adek pas ada Anjing ngejar kamu?" Tanya Bunda.
"Iya tan. Aku Vano."
"Ya ampun sekarang udah besar ya! Lama banget udah gak ketemu."
Bunda dan Kak Vano kembali bercerita, dan mataku menatap tajam Kak Ryan yang sedang melihat kami.
"Bunda, temenin Kak Vano ngobrol sebentar ya. Aku mau ngomong sama Kak Ryan."
Aku keluar dari rumah yang sudah pasti diikuti oleh Kak Ryan. Aku mau berbicara tentang masalah tadi diluar rumah, tidak mungkin 'kan kalau aku berbicara bersama Bunda dan Kak Vano.
Aku duduk di kursi yang tidak jauh dari pagar rumah, dan diikui oleh Kak Ryan.
"Langsung aja, mau apa kamu kesini?" Ucapku dengan nada ucapan yang sedikit sopan.
"Siapa cowok tadi?" Tanya Kak Ryan datar dan mengabaikan pertanyaanku.
"Bukan urusan kamu. Yang aku tanya, mau apa kamu kesini? Ngomong ke Bunda segala? Mau cari muka depan Bunda?" Tanyaku tersulut emosi.
![](https://img.wattpad.com/cover/204107318-288-k769018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
Teen Fiction'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki