Payung tidak akan membuat hujan berhenti, tetapi membuat kita tetap berjalan melewatinya sampai tujuan.
*****
Aku memasuki kelasku yang sudah dipenuhi oleh semua siswa, aku juga sedikit terlambat karena susah tidur dan berakhir bangun pukul 6 lewat Pagi. Itu semua karena..
Kak Vano..
2 hari yang lalu setelah Kak Vano mengatakan alasan yang benar-benar membuatku kaget, aku tak bisa berkata apa-apa. sebuah kenyataan yang kuanggap hanya angin lalu, tetapi itu benar-benar nyata.
Huh, jadi teringat saat aku dengan bernafsunya memakan menu Cafe milik Kak Vano dan seketika itu juga aku tidak berselera lagi.
Aku duduk disamping Kiara yang sibuk memainkan Handphone miliknya, tanpa perlu menyapanya. Aku menghembuskan nafas pelan dan mengeluarkan buku pelajaran untuk jam pertama.
"Telat lagi, kemarin juga kamu telat. Biasanya gak kayak gini, kamu kenapa Nan?" Tanya Kiara yang tidak memainkan Handphonenya lagi.
Menghela nafas lagi, bingung antara ingin bercerita kepada Kiara atau tidak.
"Hmm.. nggak apa-apa, Kir."
"Ah, masa?" Tanyanya penasaran, aku hanya mengangguk dan mengeluarkan pulpen di dalam kotak pensilku.
"Atau jangan-jangan, kamu gagal move on sama Kak Ryan yaa..."
Aku menoleh menatap Kiara dengan kesal, kusentil dahinya dengan sedikit kuat.
"Aw!"
"Enak aja gagal move on, orang kayak dia buat apa di inget-inget."
"Jadi apa? Ayolah cerita, Nanda.. udah kentara banget kalo kamu ada masalah."
"Iya-iya, tapi nanti. Udah mau masuk ini."
Lebih baik aku cerita saja nanti saat jam istirahat, toh Kiara juga selalu memberi masukan dan semangat buatku. Bahkan ia tak mempermasalahkan masalah cinta pelangiku.
Pelajaran pertama ialah Matematika, pelajaran yang aku sukai tetapi entah mengapa membuatku mengantuk. Tentu aku mengantuk, aku bahkan tidak bisa tidur semalaman. Aku pun menahan kantuk dan mencoba mendengar penjelasan Bu Nadya. Guru Matematikaku.
Sampai juga pada jam istirahat, aku membereskan semua bukuku memasukannya kedalam tas. Mengambil bekal yang setiap hari kubawa, niatnya sih aku akan makan di kantin karena Kiara mana pernah membawa bekal seperti aku. Katanya seperti anak kecil.
Aku dan Kiara memilih tempat yang sedikit pojok, tidak begitu dekat dengan semua siswa yang berada di kantin yang penuh ini. Kiara juga memesan Salad Buah dan sebotol air mineral. Aku sendiri membawa Nasi Goreng spesial buatan Bunda, di tambah telur mata sapi dengan campuran cornet di sekeliling nasi.
"So.." Ujar Kiara memulai pembicaraan.
"K-kemarin aku jalan berdua sama Kak Vano. Itu lho, temen semasa kecil yang pernah aku ceritain," Ujarku memberi gambaran tentang Kak Vano.
Kiara mengangguk mengerti. "Kenapa dengannya?"
"Dia, suka sama aku Kiara." Aku menjelaskan alasan Kak Vano menyukaiku, dimulai dari tujuannya kesini, hingga kedekatan kami saat kecil. Bahkan aku menceritakan saat Bunda berbicara empat mata saat aku tidak sengaja mendengar itu.
"Hmm, emang ada masalah?" Tanya Kiara santai.
"Ck, itu temen kecil aku Kir. Tentu itu jadi masalah, lagian Kak Vano belum tahu sisi baik dan buruk aku saat ini. Kak Vano juga belum tahu kalo aku pernah berhubungan sama Kak Ryan." Jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
Teen Fiction'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki