•6•

5.8K 540 26
                                    

Ketika kamu bebas melakukan hal yang kamu suka untuk dirimu sendiri, itulah kejujuran.

*****

"PERGI LO DARI SINI!"

Aku mengusap sudut bibirku yang berdarah, dan menatap wajah wanita itu dengan datar. Cih, berani sekali dia menampar aku.

"Siapa kamu? Berani-beraninya main usir. Kamu kerja disini?" Tanyaku menatapnya datar.

"Mau gue kerja sini atau nggak bukan urusan lo! Pergi dari sini atau elo bakal gue maluin disini? Anjing!" Wow, wanita ini mengumpat dengan kasar. Apa seperti ini selera Kak Ryan. Hahaha, jadi miris.

Wanita itu mencoba menamparku kembali, dengan sigap aku menahan tangannya dan menatapnya dengan tajam.

"Sebelum kamu nyuruh pergi dan mempermalukan aku, lebih baik kamu cari tahu siapa aku ini. Tanya pacar kamu yang sangat HEBAT itu." Ujarku memberi penakanan.

Aku menghempaskan tangan wanita itu dan berjalan masuk ke lobby hotel, bibirku rasanya sakit sekali.

"Berhenti gak lo! Satpam, Satpam!" Teriak wanita itu, dengan kesal aku membalikkan badanku dan menatap wanita itu.

Satpam yang sedang berjaga datang menghampir wanita itu.

"Pak, usir laki-laki itu dari sini!"

Rasanya ingin tertawa, tetapi aku tahan. Aku bisa melihat wajah Pak Satpam itu menatapku dengan bingung. Aku mengangkat alisku dan menggerakan tanganku tanda untuk menarikku keluar.

"Emm, a-anu.. Maaf Mbak tapi-"

"CEPET TANGKEP! DIA ITU HOMO SIALAN! Pasti lo mau goda orang disini 'kan?"

"Mbak! Saya tidak bisa seret Mas Ananda keluar karena dia anak Pak Reo. Pemilik Hotel ini!" Ujar Pak Satpam dengan kesal.

Aku berseru senang dalam hati, bisa kulihat wajah wanita itu menegang dan menatapku tidak percaya. Haha, dengan bukti dari bekas tamparannya ini bisa membuatnya keluar dari tempat kerjanya.

"K-kamu.. beneran anak Pak Reo?" Tanyanya.

"Kenapa? Mau usir aku? Silahkan, tapi sebelum itu aku mau bertemu Ayahku sebentar untuk menunjukkan bukti kelakuan kamu. jadi nikmati hari terakhir kamu disini." Aku berujar dengan tersenyum manis.

Wajah wanita itu nampak pucat, aku berjalan cepat menuju pintu lift. Bisa aku dengar seruan wanita itu memanggil namaku dan memohon agar mengurungkan niatku. Hmmm, dengan apa yang sudah dia perbuat aku harus kasihan padanya?

Pintu lift pun tertutup dan aku menuju lantai paling atas dimana ruangan Ayah berada. Sesampainya di lantai atas aku keluar berjalan menuju ruangan Ayah, di depan ada Sekretaris Ayah-Devina yang sedang sibuk dengan dokumen-dokumen yang entah apa isinya.

"Selamat siang Ananda! Mau ketemu Ayah?" Tanyanya lembut. Tetapi ia seperti heran menatap wajahku, ah pasti dia menatap bekas luka disudut bibirku.

"Iya Kak. Ayah lagi didalem kan?" Jangan heran kenapa aku memanggilnya dengan sebutan 'Kakak', karena dia yang memintanya dan aku fine-fine saja. Kak Devina sudah seperti saudaraku sendiri.

"Iya Nan. Tapi sebelum masuk, kamu harus cerita kenapa bibir kamu luka kayak itu." Ujar Kak Devina.

Aku menghela nafas. "Kak, kamu tahu gak orang yang lagi deket sama Kak Ryan sekarang?" Tanyaku. Perihal hubunganku dan Kak Ryan, Kak Devina sudah tahu kok.

"Hmm...." Kak Devina nampak sedang berpikir. "Akhir-akhir ini Ryan lagi deket sama pegawai baru disini, di bagian resepsionis. Namanya Lia. Kenapa? Kalian masih pacaran kan?" Tanya Kak Devina.

Meet Him Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang