Senja mengajarku bahwa yang hilang akan menghilang. Namun ia tidak pernah ingkar janji untuk kembali esok hari.
*****
"Kenapa kamu cengengesan gitu?" Tanya Kak Vano dengan wajah sewotnya.
Ya mau bagaimana lagi, siapa yang tidak kaget dan panik saat ada orang asing-yang bahkan aku kira maling masuk kerumah, dengan pakaian serba hitam.
"Ya, gak apa-apa. Maaf deh tadi mukul Kakak, kan aku nyangkanya Kakak maling. Lagian kalo aku shock tandanya akting Kakak berhasil dong."
"Berhasil sih, cuma kalo bakal begini kayaknya Kakak mikir lagi deh."
Aku tersenyum, juga merasa terharu karena melihat sesuatu diatas kasurku. Dikasurku terdapat taburan bunga Mawar dan Kue lucu berbentuk kartun, bertuliskan 'I Love U Ananda'. Yaa, pasaran dan sudah basi sih, tapi aku suka dan sangat-sangat-sangatttt senang.
Ditambah Kak Vano bergaya ala-ala maling, fiks, tanda Kak Vano benar-benar serius!
"Ya udah deh, sebagai gantinya aku mau jadi pacar Kakak." Ujarku. Aku tengah berdiri disamping kasur bersama dengan Kak Vano yang memiliki tinggi yang lebih dariku.
"Gak dikasih tahu juga, Kakak juga udah tahu jawabannya."
"Ish, masih ngambek nih? Ya udah aku mau keluar aja sama temen cowokku yang kemarin." Ujarku sok ikutan marah. (Cowok kemarin: Sam).
Aku ingin melangkah keluar rumah, tetapi sebuah tarikkan dari tanganku membuatku berhenti dan berbalik menghadap sang pelaku. Kak Vano dengan sigap memelukku dengan erat. Aku yang shock belum mmebalas pelukkannya.
"Iya deh, iya. Makasih ya Denan. Kakak sayang kamu." Ujar Kak Vano dengan tulus. Aku membalas pelukkan Kak Vano dan juga tersenyum senang.
Semoga Kak Vano bisa menjadi pacar yang baik, dan serius denganku.
******
"Kenapa Kak Vano bisa masuk kerumah? Terus dari kapan Kakak siapin ini semua?"
Sekarang sudah memasuki waktu sore, aku dan Kak Vano masih berada di dalam kamar. Setelah mencicipi kue-yang ternyata buatan Kak Vano sendiri, kami tidak keluar kamar sama sekali. Minum pun sudah Kak Vano siapkan sejak awal.
"Kakak nelpon Bunda kamu, bilangnya ngasih suprize. Eh, ternyata Bunda ngasih ide semua ini. Ya, jadi Kakak mampir ketempat kerja Bunda Cuma ambil kunci rumah."
Oh, ternyata semua ini ada campur tangan dari Bunda. Pantas saja Kak Vano bisa masuk kedalam rumah. Tapi semua yang Kak Vano rencanakan itu ide Bunda? Itu tandanya Kak Vano tidak ada niat mencari kejutan, dari otaknya sendiri? Kok kesel ya?
"Ohh.. jadi semua ide ini dari Bunda toh. Ya udah kalo gitu gak jadi pacaran, yang ngasih ide ternyata Bunda. Bukan murni dari Kakak." Aku kesal dan bersedekap dada. Membuang muka agar tidak melihat wajah ngeselin Kak Vano.
"Itu bibir gak usah monyong-monyong ya, cium lho!" Ujar Kak Vano sambil mencubit bibirku pelan. Aku langsung menepis tangannya. Lagi kesel juga. "Juga kamu bilang, apa tadi? Gak mau pacaran? Oh, sorry.. apa yang kamu bilang tidak bisa ditarik kembali. Kakak udah ada rencana suprize lain kok sebelumnya, tapi Bunda ngasih ide ekstrim itu. Ya, kayaknya keren. Maka dari itu Kakak coba. Udah ah, gak usah ngambek gitu." Kak Vano menjelaskan dengan panjang kali lebar kali tinggi. Oh, lupakan yang terakhir.
"Ish, dasar! Sana pulang, udah sore terus mandi. Bau masem dari tadi." Aku masih bersedekap dada menatap tajam Kak Vano.
"Gak mau! Kakak mau mandi sini aja, bye.." Kak Vano beranjak dari tempat tidur tetapi bukannya pulang, ia melangkah menuju kamar mandi dalam kamarku.
Aku menarik tangan Kak Vano, tetapi sebaliknya. Kak Vano yang menarik tanganku menuju kamar mandi. Aku memberontak tetapi sia-sia. Kak Vano mengajak aku masuk kedalam kamar mandi, disaat pintu kamar tertutup Kak Vano menguncinya dan mengunci tubuhku dengan tangannya. Kedua tangan Kak Vano menyangga dinding bagian belakangku sambil menatap tepat dimanik mataku.
Aku yang diperlakukan seperti itu terpaku, menatap manik gelap Kak Vano yang teduh itu. seperkian detik aku bisa merasakan hembusan nafas Kak Vano menerpa kulit wajahku, karena posisi kami yang sangat intim dan juga begitu dekat.
Aku merasakan tangan Kak Vano dibagian kiri memegang tengkukku, disaat itu juga bibir kami bertemu. Aku membeku, walaupun hanya saling menempelkan bibir masing-masing tentu itu membuatku kehilangan akal.
Kak Vano menciumku, dibibir..
Kak Vano memperdalam ciuman ini dengan menekan bagian tengkukku. Aku terbuai, dengan keberanian dan pengalaman yang ada aku pun membalas ciuman Kak Vano. First kiss-ku bersama Kak Vano, walaupun aku sudah pernah melakukannya tetapi ini begitu berbeda. Mungkin efek dimabuk cinta.
Kak Vano menyudahi ciuman ini, sambil menatapku dengan pandangan sayu. Aku yang merasa lemas dibagian lutut pun mengalungkan tanganku di leher Kak Vano. Aku merasakan kupu-kupu berterbangan diperutku,.
"Makasih ya sudah mau jadi pacar Kakak." Ujar Kak Vano lembut. Aku mengangguk dengan tersenyum.
"I love you.." bisik Kak Vano.
"Ya.."
"Kok ya? Bales dong.."
"Ya.."
"Bales!"
"Idih, kok maksa sih?"
"Bales atau Kakak semprot pake shower nih?" Ancam Kak Vano yang sudah memegang gagang shower.
"Ish tukang ngancem! Iya, love you too! Puas?"
"Gak ikhlas.."
"I love you, I love you, I love-AHHH KAKAK!!!!" Aku kaget saat air shower itu menyiram wajahku. Dasar Kak Vano kurang ajar! Sudah dituruti kemauannya tapi diingkari.
"Kita mandi bareng aja yaa.."
Dengan kesal aku menuruti kemauannya. Aku mandi masih menggunakan pakaian lengkap, malu dong baru jadian sudah main buka-bukaan.
Kak Vano dengan santainya membuka seluruh pakaiannya, minus celana dalam. Aku menelan ludah dengan kasar. Sial, Kak vano benar-benar sengaja kah? Aku bahkan bisa melihat bagian tengah itu tercetak dengan jelas. Tubuh tegap yang mengkilap karena air shower, dan bagian sixpack itu membuatku susah berpaling. Astaga, Ananda! Berhenti bersikap binal seperti ini.
"Kok bengong? Oh, kamu horny ya lihat Kakak?" Ujar Kak Vano dengan senyum mesumnya.
Tanpa berpikir panjang aku keluar dari kamar mandiku, aku lebih baik mandi di kamar mandi luar. Ini bisa membuatku horny-maksudmu membuatku gila. Ya tentu saja!
"DENAN? KESINI GAK KAMU? MAU MANDI DIMANA HAH??"
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
Novela Juvenil'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki