•23•

3.6K 309 10
                                    

"Satu-satunya sumber dari pengertahuan adalah pengalaman."

*****

Kak Ryan mengajak aku ke ruangan outdoor, Mall ini terdapat tempat untuk orang yang ingin duduk sambil menikmati makanan atau bersantai. Dan kita bisa melihat langsung padatnya kota yang dicampur teriknya panas.

Aku juga sudah meminta izin kepada Kiara untuk memberi waktuku berbicara bersama Kak Ryan sebentar. Awalnya Kiara kaget dan ingin ia ikut, tetapi aku meyakinkannya agar tidak mecemaskan aku dan menunggu di ruangan Bioskop sebentar. Tentu Kiara menatap tajam Kak Ryan dengan berkata.

"Awas kalo Kakak macem-maecem, aku bisa buat burung Kakak tidak bangun lagi. Selamanya."

Aku sebenarnya ingin tertawa mendengar ancaman anaeh itu, tetapi Kiara kadang tak terduga.

Dan disinilah aku, berhadapan dengan Kak Ryan di luar Mall sambil duduk. Merasakan angin yang menerpa kulitku.

"Mau ngomong apa Kak? Aku gak bisa lama-lama, Kiara nunggu." Aku memulai percakapan saat diantara kami hanya diam.

Kak Ryan menatapku sejenak dan menghela nafas. "Ananda, maafin semua kejadian waktu dulu. Maafin sikap Lia yang berbuat kasar ke kamu. Jujur, semenjak kejadian itu Kakak selalu dihantui rasa bersalah." Ujar Kak Ryan dengan nada penuh penyesalan.

"Kakak gak minta banyak sama kamu, tapi Kakak cuma mau menyampaikan rasa bersalah Kakak dan meminta maaf secara langsung ke kamu. Beruntung karena kita dipertemukan kembali."

Aku hanya diam untuk mengerti. Ya, tidak ada salahnya jika aku memaafkan kesalahan seseorang, walaupun itu kesalahan yang amat besar. Aku tidak munafik, karena aku-bahkan sering melakukan kesalahan, dan dengan adanya kesalahan itu membuat diri kita lebih baik lagi dan lebih cerdas dalam melakukan tindakan maupun pemikiran.

Kesalahan pasti membekas, itu pasti. Tetapi itu bukan sebagai alasan untuk kita menutup hati hanya mempertahankan isi hati. Sangat egois, tetapi itu hanya membuat diri tak bisa melupakan suatu kesalahan yang telah terjadi.

"Aku maafin Kak, aku juga minta maaf kalo pernah melakukan kesalahan. Baik kecil maupun besar. Karena aku juga manusia pernah buat kesalahan tanpa disadari."

Kak Ryan menatapku dengan tatapan penuh kelegaan, ia bangkit dari tempat duduknya dan mencoba untuk memelukku, tentu aku menolak itu karena Kak Ryan hanya masa lalu aku. Seakan tahu Kak Ryan menatapku sejenak.

"Please, Nanda. Untuk terakhir kali ini saja. Kakak mau putus dengan kamu dengan keadaan baik." Pinta Kak Ryan memohon.

Sejenak aku ragu, tetapi mungkin ini adalah pelukan dalam arti perdamaian. Aku mengangguk dan Kak Ryan pun memelukku dengan erat, dengan ragu aku membalas pelukannya.

Dan untung tempat ini sepi.

"Makasih untuk semuanya, Ananda. Kamu cowok yang baik, Kakak nyesel udah nyakitin kamu." Ujar Kak Ryan dengan nada penyesalan.

"Sama-sama Kak. Mungkin ini udah takdirnya, dan Lia itu jodoh Kakak."

Kak Ryan melepas pelukannya dan memegang pundakku. Ia menatapku dengan senyuman yang tampan, ya Kak Ryan memang tampan tetapi aku tidak merasakan cinta untuknya lagi.

"Lia hamil dan kandungannya sudah memasuki 2 bulan. Kakak akan menikah dengannya 2 Minggu lagi." Ujar Kak Ryan membuatku kaget.

Ah, tak sepenuhnya kaget. Aku sudah tahu jika Lia pasti akan mengandung. Karena.. you know lah..

"Beneran Kak? Selamat kalo gitu." Jawabku dengan nada antusias.

Kak Ryan hanya tersenyum, tetapi aku tak bisa menebak apakah itu senyum bahagia atau senyum terpaksa.

Meet Him Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang