Kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, tetapi kita bisa memilih siapa yang patut untuk tetap diperjuangkan.
*****
Aku merapikan rambutku sembari menatap diriku di pantulan cermin. Menyemprot parfume secukupnya dan menunggu kedatangan Kak Vano.
Ini hari Weekend atau Saturday Night atau Malam Minggu, tapi biarlah aku keluar bersama Kak Vano. Sudah lama juga aku tidak ngobrol banyak dengannya, kemarin aku bertemu pun hanya berbicara seadanya.
Handphoneku yang berada di kasur menyala tanda notifikasi masuk, aku mendekati dan mengeceknya, dan itu LINE dari Kak Vano. Kak Vano sudah berada di rumah bersama Bunda.
Aku mengambil dompet dan keluar dari kamarku, menuruni anak tangga. Samar-samar kudengar suara orang bercakap-cakap, dan itu suara Bunda dan Kak Vano.
"Nak Vano, kamu udah punya pacar?" Suara Bunda yang kudengar. Aku yang masih di anak tangga terdiam sambil mendengar percakapan mereka.
"B-belum Tant, r-rencananya mau pdkt ini.." Jawab Kak Vano dengan pelan, dari nada suaranya terlihat gugup.
"Kamu mau deketin anak Tante, 'kan?" Pertanyaan Bunda membuatku shock. Tapi.. aku juga penasaran siapa orang yang ingin Kak Vano dekati.
"I-itu, bu-bukan Tant-"
"Kalo kamu mau dekatin Ananda, jangan sampai buat dia sedih. Kemarin dia baru putus sama pacarnya."
Aku mendengar Bunda berbicara seperti itu mulai panik, jangan sampai Bunda menceritakan kejadianku kemarin dengan Kak Vano. Kalau pun Kak Vano mengetahui masalahku, setidaknya aku yang berbicara. Bukan orang lain dan juga Bunda.
Aku menuruni tangga dengan sedikit bersenandung, agar Kak Vano dan Bunda tidak fokus pada pembicaraan tadi.
"Eh, adek. Mau keluar sama Vano ya?" Tanya Bunda tersenyum. Aku mendekati mereka dan duduk di samping Kak Vano. Tak lupa memberi senyum termanisku.
Ngomong-ngomong, Kak Vano hari ganteng banget..
"Iya Bun, Kak Vano ngajak ke Cafenya."
"Ya sudah, jangan malem-malem ya pulangnya."
"Baik Tant, kalo gitu permisi." Ujar Kak Vano sopan.
Setelah pamitan dengan Bunda, aku dan Kak Vano keluar rumah dan menuju Mobil yang berwarna putih itu.
"Btw, malem ini kamu manis banget Dek." Ucap Kak Vano tiba-tiba, aku yang di puji seperti itu hanya tersenyum malu.
"Makasih lho, Kak. Dari dulu memang manis 'kan? Ganteng juga." Candaku.
"Tapi masih takut Anjing gak?" Sebuah pertanyaan yang membuat mood-ku turun.
"Yah, jangan bahas masa lalu dong Kak. Anjingnya juga kan nyeremin."
Kak Vano hanya tertawa dan ia membukakan pintu mobil untukku, aku yang diperlakukan seperti gadis hanya menggerutu kesal. Tapi memang sejak kecil Kak Vano memang bertingkah layaknya Abang untukku.
*****
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan, akhirnya aku sampai di Cafe milik Kak Vano. Saat melihat Cafe ini, pikiranku teringat dengan kejadian pertama kali dimana aku menangis. Aduh, aku malu sendiri.
"Dek, kenapa kamu pegang pipi gitu?" Aku yang baru sadar karena memegang pipi langsung saja melepas tanganku, menjauh dari pipi.
"Ng-nggak apa-apa kok, Kak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
Teen Fiction'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki