•14•

4.3K 330 6
                                    

Aku mencintaimu seperti anak kecil yang suka Ice Cream:)

*****

Aku sudah memasuki kawasan perumahan yang sangat asri dan nyaman. Rumah Kak Vano sendiri terletak dibagian tengah Perumahan, blok 5-E.

Aku berdecak kagum saat mobil Kak Vano memarkirkan disamping halaman rumah miliknya. Rumah dengan gaya minimalis itu sangat-sangat nyaman untuk ditempati. Rumah Kak Vano dicat dengan warna putih-biru muda, ditambah dengan berbagai jenis tanaman rumah membuat halaman depan terlihat bersih.

Kak Vano membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan aku masuk.

"Ayok masuk." Ajak Kak Vano.

Ruang tamu yang sangat bersih dan nyaman untuk ditinggal. Aku melihat dinding yang tedapat foto-foto Kak Vano dan juga kedua orang tuanya. Saat aku meneliti lagi, disana ada foto anak kecil yang sangat familiar.

"Kak Vano, bukannya ini aku ya?" Ya, itu fotoku masih kecil. Dengan seragam SD, aku jelas ingat kalau itu diriku. Tetapi, darimana Kak Vano dapat foto itu?

"Iya, kamu inget gak pas kecil Kakak pernah bawa kamera kecil ke sekolah?"

Aku mengingat-ingat kejadin saat aku masih kecil. Ya, Kak Vano dulu pernah membawa kamera kecil, saat itu ia sedang belajar cara menggunakan kamera itu. Dan sebagai objek percobaan Kak Vano memotret diriku.

"Ih! Kenapa Kakak gak hapus sih dulu? Itu kan aku abis dimarahin guru." Gerutuku sambil menatap sebal Kak Vano. Saat itu memang aku habis dimarahi oleh guru karena tidak sengaja menjatuhkan pot bunga sekolah. Huh, menyebalkan.

"Gak apa-apa, muka kamu waktu itu cute banget." Ujar Kak Vano terkekeh pelan. Aku menghembuskan nafas pelan. Sudahlah, itu juga sudah lama kejadiannya.

"Oh ya, Kakak buat sesuatu buat kamu. Yuk ikut Kakak."

Aku menurut dan mengikuti Kak Vano dari belakang. Kak Vano membuka sebuah pintu yang kuyakini kamar Kak Vano, da ternyata benar sekali.

Kamarnya yang lumayan luas itu sangat nyaman-lagi. Dinding dicat dengan warna putih itu terlihat sangat cerah, disamping pintu terdapat meja dan komputer, terdapat rak yang terisi dengan banyak buku, juga kasur king size.

"Kak Vano, siapa yang bersih-bersih rumah?" Tanyaku penasaran.

"Menurut kamu?"

"Err.. Kak Vano?" Tebakku. Kak Vano tersenyum dan megangguk.

"Apa gak repot Kak? Kak Vano kan pasti repot kerja, belum lagi bersih-bersih, cuci baju, belanja keperluan."

"Kakak tinggal sendiri memang bertujuan untuk mandiri Denan, jadi kalo dibilang repot itu pasti. Tapi Kakak udah biasa kok." Jawab Kak Vano, aku hanya mengangguk. Kak Vano the best deh!

"Katanya Kakak mau ngasih aku sesuatu. Mau kasih apa emang?"

Kak Vano tak menjawab, ia berjalan menuju laci meja komputernya. Kak Vano mengambil sebuah Sketchbook. Kak Vano duduk duduk diatas kasurnya, melambaikan tangannya kearahku mengisyaratkan untuk mendekat.

Aku mendekat, dan ikut duduk disamping Kak Vano.

"Nih buka sendiri."

Aku membuka Sketchbook itu, dan mataku melotot karena kagum melihat karya Kak Vano. Kak Vano melukis wajahku dengan total empat wajah.

"Ini beneran Kak Vano yang lukis?" Tanyaku dengan kagum.

"Iya lah, kalo buatan orang Kakak gak bakal mau tunjukin ke kamu."

Meet Him Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang