Ketika kita tak lagi bisa mengubah situasi, kita ditantang untuk mengubah diri kita.
*****
Selesai aku menjenguk Kiara-tidak lupa membeli parsel untuknya, aku berjalan keluar rumah menuju garasi dimana seseorang berjalan disampingku. Sam. Tidak hanya berdua saja, di dalam juga masih ada Richard yang datang menjenguk Kiara. Jadi yang menjenguk ada 3 orang.
Aku dan Sam hanya diam, bukannya aku tidak ingin berbicara dengannya tetapi Sam sangat dingin dan irit bicara-pelit suara. Saat di dalam ruang tengah pun ia hanya diam tanpa niat berbicara.
"Rumah lo dimana?" Ujar Sam membuat aku menatapnya. Ini serius 'kan Sam bicara?
"Kamu bicara sama aku?"
"Gak, sama motor." Balasnya datar.
"Oh, aku baru tahu kamu punya ke-ahlian berbicara sama benda mati." Jawabku dengan tersenyum aneh.
"Ck, bodoh! Dimana rumah lo?" Ujar Sam dengan nada sedikit kesal, tetapi wajahnya masih saja datarnya.
"Tunggu deh. Niat kamu deket aku buat apa? pengen kenal aku lebih jauh kan?" Tanyaku yang sudah berhenti dihadapan motornya.
Sam hanya diam dan menatap arah lain dengan tatapan datar dan dinginnya itu-seperi biasa. Merasa tidak ada jawaban itu membuatku kesal.
"Kayak gini mau deketin aku? Haha.. Aku tahu kalo kamu nyimpen something di diri kamu, tapi kalo cara kamu kayak gini yang ada kamu dijauhin orang." Kataku dan berjalan menuju pagar. Gak guna juga kalau aku harus satu motor dengannya. Yang ada aku seperti mengajak batu berbicara.
"Ananda!" Seru Sam, tapi tidak kuhiraukan.
Aku sudah keluar pagar tetapi handphoneku berbunyi tanda pesan masuk. Aku merogoh saku celanaku dan membaca isi pesan yang ternyata dari Ayah.
'Pulang sekarang. Ada yang ingin Ayah bicarakan.'
Huh.. Sudah aku duga pasti pesan Ayah seperti itu. Aku mengehela nafas dengan pelan, mengumpulkan keberanian untuk nanti. Taksi pun datang dan aku masuk, menghiraukan Sam yang masih berdiri didepan bagasi rumah Kiara.
*****
"Benar kamu pernah ada hubungan sama Ryan?" Tanya Ayah yang berada di ruang keluarga. Ayah menatapku tajam, terlihat tenang tetapi aku tahu Ayah sedang menahan amarahnya.
"I-iya, maafin Nanda Yah.."
Ayah menghela nafas, terlihat sedang lelah karena diriku. Aku hanya menunduk tanpa niatan menatap wajah Ayah.
"Bunda kamu gimana Ananda? Apa-"
"Iya, Bunda sudah tahu. Dan Ayah jangan coba-coba marahin Adek." Tiba-tiba Bunda datang tanpa memberi salam. Bunda duduk disamping Ayah dan meletakkan tas disampingnya.
"Kenapa kamu santai kayak gitu Bun. Anak kita pacaran, sama cowok lho." Ujar Ayah frustasi.
"Iya Bunda tahu itu salah. Tapi mau gimana lagi? Semua sudah terjadi, kita cuma bisa kasih masukkan untuk anak kita supaya berubah-atau tetap mendukung keputusannya. Kebahagiaan Ananda, kebahagiaan Bunda juga." Ujar Bunda yang membuatku terharu. Entah aku harus senang atau tidak. Yang pasti Bunda the best.
"Itu kenapa pinggiran bibir kamu biru Dek?" Tanya Bunda heran.
Ayah menceritakan semua yang terjadi, sepertinya Kak Devina sudah menceritakan semuanya. Tentu saja itu membuat Bunda geram dan marah.
"Ayah sudah pecat kan wanita itu?"
"Iya lah, masa Ayah pertahain dia setelah apa yang dia lakukan ke Adek."
![](https://img.wattpad.com/cover/204107318-288-k769018.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
Teen Fiction'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki