•27•

5.1K 313 16
                                    

"Kemarin adalah kenangan. Hari ini adalah kenyataan. dan Esok adalah impian. Tak peduli kenanganmu itu manis ataupun pahit, impian esok hari tetap terus berjalan. Selamat Malam."

*****

Liburan telah tiba, hari ini aku hanya duduk di ruang tengah sembari menonton tayangan Televisi yaitu Doraemon dengan cemilan keripik singkong kesukaanku. Sudah dua hari libur di mulai dan aku hanya berdiam diri di rumah. Mau liburan, tapi maunya bersama Kak Vano. Sangat di sayangkan karena Kak Vano saat ini sedang sibuk mengurus Cafenya yang akan menambah live Music disana.

Satu jam lebih aku masih bermalas-malasan di sofa, dan rasa bosan pun muncul. Aku mengambil ponselku yang tergeletak di atas meja dan berseluncur di dunia Instagram. Melihat postingan teman-teman kelaa yang sedang liburan, foto tempat wisata yang sangat indah, pantai yang indah, ada Disneyland Hongkong yang begitu luar biasa. Oh no, aku iri dan juga mau liburan. Hiks.

Di rumah sedang tidak ada orang, Bunda yang sedang bekerja dan Ayah pun sama. Aku jadi bosan di rumah dan memutuskan untuk mandi, mungkin pergi ke Mall mencari baju, sepatu, atau apalah supaya otak ini tidak mumet dan menambah rasa iri karena tidak liburan.

'Tringg.. Tringgg...'

Baru saja aku berdiri dari berbaring santai di sofa dan ponselku berbunyi tanda panggilan masuk. Aku melihat layar persegi itu dan ternyata Kak Vano yang meneleponku.

Ku geser ikon hijau itu. "Halo, kenapa Kak?"

"Sayang, kamu di rumah lagi gak ada kerjaan kan?"

Tebakan yang tepat. Kenapa Kak Vano tahu kalau aku sedang tidak ada kerjaan, ya?

"Ya, gitulah. Rencananya mau ke Mall cuci mata gitu." Aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku.

"Itu mata jangan genit kenapa?" Balas Kak Vano sewot. Wait, sepertinya Kak Vano salah mengartikan kata 'cuci mata'.

"Maksud aku, cuci mata liat barang kayak baju atau sepatu gitu. Enak aja ngatain aku genit."

Bisa kudengar Kak Vano menghela nafas di seberang sana. "Siapa tau kamu mau cari gebetan baru yang lebih keren dan ganteng."

Aku mendengus mendengar ucapan itu. "Kenapa Kak Vano telpon aku?" Aku mengabaikan rasa curiga Kak Vano itu, walaupun aku tahu itu hanya bercanda.

"Kesini ya Denan, Kakak capek banget ngurus ini itu. Kalo ada kamu kan jadi semangat."

Aku membuka pintu kamar dan berjalan menuju kasurku. Huh, pengen tidur lagi. "Yah, aku baru aja abis dari ruang tengah. Sekarang di kamar mau tidur lagi."

"Yaaa, tidur terosss. Semoga aja badan kamu yang kurus itu jadi gemuk, kan enak Kakak remes itu paha atau gak pantat. Pasti jadi montok." Ujar Kak Vano terdengar malas.

"Ishh, otaknya gak pernah jauh dari hal berbau mesum." Cibirku.

"Wajar dong, Kan Kakak cowok." Balasnya. "Cepet mandi dan kesini. Gak. Pake. Lama."

Tutttt...

Belum aku membalas perkataan itu—yang sangat memerintahkan, aku langsung menaruh ponselku di kasur dan berjalan menuju kamar mandi. Awas saja kalau aku benar-benar gemuk, pasti Kak Vano akan tergoda dan selalu menempeliku.

Ah, tapi.. aku tidak mau gemuk. Tubuhku saat ini juga sudah bagus, walaupun kurus. Kalau aku banyak makan, bukannya gemuk tapi perutku yang membuncit. Ew, membayangkan hal itu saja membuatku jadi ilfeel.

Meet Him Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang