•15•

3.9K 335 12
                                    

Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah engkau hidup selamanya.

*****

Author POV

Orang-orang perlahan mendekati kedua orang yang tengah terkapar dijalanan itu dengan berlumuran darah. Keadaan Vano yang bisa dibilang cukup parah karena luka disekujur tubuh dan wajahnya, juga kepala yang berlumuran darah.

Begitu pun dengan Ananda. Ia merasa sakit dibagian kepala karena ia didorong paksa oleh Vano agar tehindar dari tabrakan mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi---Entah apa yang terjadi pada pengemudi tidak bertanggung jawab itu, alhasil kepalanya terbentur batu dipinggiran jalan dengan kaki terkilir dan tangan berdarah akibat tergesek aspal.

Bunyi sirine Ambulance yang mendekati kerumunan itu, untungnya beberapa dari mereka gerak cepat untuk menelepon Ambulance. Mereka mengangkat tubuh Vano dan Ananda yang sudah lemas tidak sadarkan diri.

*****

3 hari kemudian...

Ananda POV

Aku membuka mataku dengan perlahan, saat indera penciuman ini menghirum aroma yang sangat tidak enak. Sayup-sayup aku mendengar suara orang tengah mengobrol lewat handphone. Aku menatap sekitar, dinding yang dicat dengan warna putih, alat-alat medis disekitarku, dan terdapat infus dibagian tangan kananku.

Tunggu?

Aku dirumah sakit?

Aku yang sadar mencoba untuk berdiri dari tidurku, tetapi kepalaku sangat sakit dan aku hanya meringis menahan sakit. Terutama kakiku yang terasa sekali sakitnya.

"Aw.." Aku pun terpaksa tertidur kembali, rasanya benar-benar pusing.

Dan apa yang terjadi pada aku?

"Adek? Kamu udah sadar nak?" Aku menoleh ke kiri dimana Bunda mendekatiku dengan raut wajah sedih dan senangnya.

"Bunda panggil Dokter ya." Bunda menekan tombol bel untuk memanggil Dokter.

"B-Bun, haus.." Ujarku serak. Tenggorokanku rasanya benar-benat kering.

Bunda dengan sigap membantu tubuhku agar bisa bersandar di Ranjang Pasien. Bunda juga membantuku untuk minum, hampir aku menghabiskan segelas air. Tak lama, Dokter dengan paras muda pun datang. Dengan tersenyum ia meminta izin kepadaku dan Bunda untuk memeriksa keadaanku. Dengan alat andalan Dokter, Stetoskop, ia mulai memeriksa keadaanku.

"Anak Ibu sekarang tidak apa-apa, tapi harus rajin minum obat dan konsumsi makanan bervitamin." Ujar sang Dokter.

"Kalau begitu saya permisi, cepat sembuh ya Dek!" Dokter itu sangat ramah. Aku pun mengangguk mengiyakan.

"Bun, aku kenapa? Kok bisa dirumah sakit?" Tanyaku kepada Bunda.

Bunda duduk dikursi yang sudah disediakan, mengelus kepalaku dengan sayang.

"Kamu habis kecelakaan, nak. Udah 3 hari kamu gak sadar dan syukurnya kamu gak mengalami cedera yang berat." Ujar Bunda.

Cedera? Kecelakaan?

Oh astaga! Aku baru ingat kalau aku habis kecelakaan, dan bagaimana nasib Kak Vano? Mengingat itu aku langsung berdiri ingin mencari Kak Vano, tetapi tertahan karena Bunda berdiri menahan tubuhku.

"Sayang kamu mau kemana?"

"Bunda.. Kak Vano dimana? Dia gak apa-apa, 'kan?" Tanyaku tidak sabaran. Hatiku tidak tenang saat mengingat terakhir kali keadaan Kak Vano yang penuh luka dengan kepala yang berdarah.

Meet Him Again [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang