Hidup terlalu singkat untuk berdebat dan memikirkan hal yang tidak penting. Bilang saja 'Bodo Amat' kemudian pergi. Simple.
*****
Hari ini cukup panas karena bulan pertengahan yang akan memasuki musim kemarau. Pukul dua siang aku sudah keluar dari halaman sekolah dan berdiri diambang pagar untuk menunggu jemputanku.
"Ananda, aku duluan ya. Gak apa-apa kan aku tinggal?" Ujar teman dekatku, teman satu kelasku, dan teman satu bangkuku. Namanya Kiara.
"Iya gak apa-apa Ki." Jawabku. Kiara melambaikan tangannya dan melangkah menuju mobil jemputannya. Akupun ikut melambaikan tangan.
Oh, sampai lupa!
Perkenalkan, namaku Ananda. Ananda Perdana Putra. Dari namanya sendiri kalian bisa menebak kan kalau aku adalah anak pertama, ya aku anak pertama dan juga anak tunggal. Aku bersekolah di SMA Negeri yang nomor satu dan paling favorit dikota ini. SMA Kusuma Bangsa. Aku duduk dibangku 11 IPA 2, dan baru dua minggu aku sekolah setelah libur semester.
Sebuah klakson berbunyi membuatku kaget, ternyata itu jemputanku. Aku melangkah mendekati mobil putih itu yang sudah dibuka oleh Pak sopir yang bernama Pak Amin. Pak Amin kembali menuju kursi mengemudi dan menghidupkan mesin Mobilnya.
"Pak, nanti mampir ke Mall ya. Ada yang mau aku beli." Perintahku.
"Baik den."
Selama perjalanan aku hanya menatap luar, melihat kendaraan yang tengah berlalu lalang dan dan orang-orang berjalan di pinggir gedung pertokoan.
Sesampainya di Mall, aku keluar dari Mobil dan langsung berjalan masuk kedalam. Aku ingin mencari barang yang akan aku beli untuk seseorang yang sangat spesial bagiku. Karena besok adalah hari jadiku bersamanya.
Dia bernama Kak Ryan. Ryan Kurniawan.
Aku gay, tentu. Aku sudah menjalin hubungan dengannya selama 5 bulan. Dia sudah bekerja sebagai staff kuangan, tepatnya di hotel bintang 5 yang cukup di kenal dan di minati oleh orang disini dan juga para wisata yang datang.
Aku bingung ingin membelikannya apa. Semua barang di sini terlihat keren dan juga bagus, tetapi aku yakin kalau Kak Ryan sudah memiliki barang yan ada disini seperti sepatu, jaket, baju, dan lain sebagainya.
Aku terus berkeliling, sampai indera pendengaranku mendengar suara music box yang mengalun sangat indah. Kulihat disebuah toko klasik yang menjual barang antik, terlihat jelas sebuah music box dengan miniatur penari ballet bergerak keliling seperti sedang menari.
Entah lagu apa yang terputar, tetapi alunan musik yang begitu romantis membuatku nyaman. Sepertinya ini menjadi kado yang tepat.
"Permisi Dek, ada yang bisa dibantu?"
"Oh ya Mbak mau tanya, yang ini harganya berapa?" Tanyaku kepada wanita yang tengah menjaga toko ini.
"Oh, music box ini harganya tiga juta Dek. Ada lagi ukuran yang sedikit besar dari ini, harganya lima juta empat ratus ribu." Ujar wanita itu membuatku kaget, ternyata sangat mahal.
Tetapi aku tetap membeli barang yang aku inginkan, pasti susah dan jarang menemukan music box yang terlihat elegan dan cantik seperti ini.
"Aku ambil ini satu ya Mbak."
"Oh iya, silahkan menuju kasir Dek."
Aku menuju kasir dan membayar dengan harga yang tertera, untungnya aku membawa uang lebih. Setelah usai berbelanja aku langsung menuju pintu utama Mall dan ternyata Pak Amin sudah ada disana.
Di dalam Mobil aku menatap music box itu, sangat cantik. Aku yakin pasti Kak Ryan menyukai benda pemberianku ini.
"Wah, bagus banget den. Untuk pacar ya?" Celetuk Pak Amin yang fokus mengemudi Mobil.
"Hehe, ada deh Pak. Kepo ya?" Jawabku dengan nada bercanda.
"Habisnya Bapak lihat dari kaca, aden senyum-senyum sendiri."
Aku hanya tertawa menanggapi ucapakan Pak Amin. Memang ini untuk pacarku.
Aku mengambil ponselku dan mencari nama Kak Ryan di kontak telepon, setelah ketemu aku menyentuh ikon hijau untuk meneleponnya. Aku menunggu tetapi tidak ada jawaban, aku ulangi sekali lagi dan nomornya tidak aktif. Padahal nomornya sempat aktif walaupun tidak diangkat. Mungkin Kak Ryan sibuk kerja.
Sesampainya di rumah aku keluar dari Mobil dan masuk kedalam rumah. Saat ingin menaiki anak tangga menuju kamarku, suara Bunda yang memanggilku membuatku berhenti seketika.
"Anak Bunda udah pulang. Bunda kok di lewatin aja sih?" Ujar Bunda membuatku nyengir lima jari.
"Hehe, Aku gak tahu kalo ada Bunda." Aku mendekati Bunda dan mecium tangannya—salaman. Tak lupa Bunda mencium pipiku, itu sudah biasa.
"Kamu bawa apa itu? Abis dari Mall ya?" tanya Bunda.
"Eh iya! Aku baru beli Kotak musik cantik banget Bunda. Coba lihat deh!" Aku mengambil music box itu dan menunjukkannya ke Bunda.
"Wah cantik banget dek. Bunda juga mau beli ah.." Ucap Bunda dengan antusias.
"Tapi harganya tiga juta lho, Bun. Bunda jangan marah ya hehe, soalnya langkah mau dapetin benda kayak gini." Aku berkata pelan dengan wajah dibuat se-melas mungkin agar Bunda tidak marah karena aku sudah membeli barang sangat mahal.
"Astaga! Tiga juta? Itu murah sayang! Bunda waktu itu cari di toko online malah lebih dari 10 juta. Nanti anterin Bunda juga ya."
Aku bengong, tak tahu berkata apa. Aku kira Bunda akan memarahiku karena membuang-buang uang. Nyatanya, haduh..
"Tapi, tumben kamu beli barang mahal dek?" Tanya Bunda membuatku jadi gugup.
"I-ini.. untuk K-kak Ryan Bun. Dia nitip aku buat beli ini." Ujarku berbohong. Bunda tahu Kak Ryan, karena aku berkata jika Kak Ryan adalah Kakak angkatku.
"Oh nak Ryan, udah 2 minggu ini dia gak kesini-kesini ya. Sibuk kerja ya dek?"
"Mungkin Bun, tapi besok aku mau ke Apartementnya."
"Ya udah, gih ganti baju terus makan."
Aku menangguk dan berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Sesampainya di kamar bukannya langsung ganti baju melainkan tiduran diatas kasur sambil menatap hadiah yang akan aku berikan kepada Kak Ryan.
Aku bertemu Kak Ryan saat pertama kali ditempat ia bekerja. Saat Ayah dan Bunda menghadiri pesta yang diadakan oleh hotel tersebut. Hari jadinya Hotel tersebut. Pemilik hotel adalah adik kandung Ayah—juga milik Ayah. Saat itu aku ingin ke toilet karena ingin buang air kecil. Saat aku berlari, tak sengaja aku menabrak tubuh Kak Ryan. Saat itu juga aku merasakan sesuatu saat menatap wajah Kak Ryan. Ya, aku menyukainya.
Keesokan harinya, adik Ayah datang kerumahku bersama temannya termasuk Kak Ryan. Saat itu ia tersenyum lembut kepadaku, disaat itu juga aku merasakan kalau aku jatuh cinta kepada Kak Ryan.
Wajahnya yang tampan, alis rapi tidak tebal namun tidak tipis, hidung mancung, bibir tipis juga merah, dan tak lupa tubuh tegap dengan otot-otot menghiasi tubuhnya membuatnya sangat sempurna.
Aku juga tidak menyangka jika aku akan menjadi kekasihnya, banyak sekali para wanita -mungkin juga pria- yang menyukai Kak Ryan. Dan aku sangat beruntung mendapatkannya. Sejak ia bermain kerumahku, ia mengajakku berkenalan dan menjadi akrab. Beberapa minggu kemudian ia mengajakku ke sebuah danau yang sudah ia rancang menjadi tempat begitu romantis. Saat itu juga ia menyatakan cintanya. Terdengar aneh sih, tapi caranya membuatku bahagia.
Sebaiknya aku harus mengganti bajuku dan turun kebawah sebelum Bunda ngomel.
TBC...
Hai, this the first chapter of MHA:)
Kalian yang penasaran untuk kelanjutan cerita ini jangan lupa vomment ya! Biar aku lebih semangat buat cerita ini hehehe^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Meet Him Again [END]
أدب المراهقين'Mencintaimu sejak aku belum mengerti cinta, itulah yang aku cari. Saat aku mulai dewasa, aku sadari arti dari rasa gelisah dan gembiraku. Aku bahagia bertemu denganmu kembali, Ananda Perdana Putra.' -Alvano Mahendra Upload: 25 Okt, 2019 -Kiki