(kaget pasti? yauda baca aja yu...)
Tepat satu bulan yang lalu, dokter Minatozaki Kyou mendapat undangan dari kepolisian untuk diinvestigasi terkait seorang pasien yang gagal ia selamatkan. Operasi cito secsio sesaria itu membuahkan hasil nihil dan keluarga pasien melayangkan tuntutan yang mengakibatkan ia harus menikmati pengapnya udara di balik jeruji besi.
Pagi tadi Im Jaebum mendatangi selnya. Polisi muda itu membawa kabar yang mengejutkan karena hari itu ia dibebaskan lewat penangguhan penahanan. Dia bilang seseorang datang dari keluarga terhormat dan membayar uang jaminannya. Sekarang pria paruh baya itu dirundung rasa penasaran mengenai sosok penolongnya itu.
Dari jauh ia melihat sosok pemuda tinggi dengan parasnya yang tampan. Tubuh tegapnya terbalut cardigan dari fashion brand gucci yang sangat elegan dan di sampingnya berdiri seorang lawyer bersetelan rapi. Dua pria itu bahkan membuatnya terkesan hanya dengan memberinya hormat.
"Ah, Tuan Muda, apa kebetulan anda mengenal putriku?" tanya dr Minatozaki sekeluarnya dari kantor kepolisian. Pemuda itu menyungging senyum dengan santun lagi-lagi membuatnya terkesima.
"Putrimu dulu menolong adik kami dari kecelakaan. Dia juga pernah bekerja di rumah kami."
"Ah begitu. Kalau boleh aku minta tolong, apa anda bersedia merahasiakan kebebasanku dari Sana?" Pemuda itu mengerutkan kening.
"Aku berjanji akan segera menebusnya dari Pewter Dove tapi aku sangat merasa bersalah padanya."
"Ah kalau begitu saya juga minta tolong jangan katakan padanya bahwa saya yang menjamin keluarnya anda," sahut si pemuda.
"Ah... tentu. Terima kasih Tuan Muda, semoga Tuhan memberkati anda," ujar dr Minatozaki bahagia. "Sekali lagi terima kasih."
Dokter itu melihat si pemuda hendak masuk ke dalam mobil audi mewahnya. Dalam benak renta itu terbayang wajah putri tunggalnya yang tengah menanggung beban seorang diri. Kemudian terlintas suatu hal, ia bergegas memanggil si pemuda.
"Tuan Muda, jika anda bertemu putriku, tolong beritahu saya kabar dia!"
Pemuda itu terdiam setelah sang dokter menyampaikan permintaan terakhirnya. Padahal ia yakin Sana pasti sangat senang andai saja pria itu bersedia menjumpainya secara langsung. Namun ia tersenyum kecil tak lama kemudian. Pemuda itu mengiyakan.
"Dokter, percaya padaku putrimu akan lebih senang bertemu denganmu," katanya bermaksud memberi semangat. "Tapi baiklah, saya kabari anda nanti."
**
Taehyung belum jemu memandang bayangnya pada cermin besar itu. Sleeveless sweater hitam itu menjadi pelengkap kemeja dengan warna yang sama. Satu aksesoris lagi dan penampilannya akan sempurna. Tangannya meraih jam tangan cokelat itu dan memasangnya dengan cepat. Ia kaget saat bayangan bocah itu muncul di cermin. Wajah cemberutnya malah membuat Taehyung gemas.
"Lia, jangan buat Oppa kaget!"
"Oppa, jangan main terus!" gerutu Lia kesal karena Taehyung tidak membawa Sana pulang juga. "Oppa, jemput Eonnie, please!"
"Iya iya, ini Oppa jemput."
"Oppa bohong!" Lia cemberut. Ia tidak percaya lagi pada kakak favoritnya. Sejak kemarin juga Taehyung iya iya saja tapi kenyataan membuktikan bahwa omongan Taehyung memang tidak bisa dipegang.
"Lia mau ikut Oppa jemput Eonnie!"
Tuan bungsu itu makin kaget dengan ide Lia yang menurutnya sembarangan. Gila saja Taehyung kalau sampai membawa anak-anak ke bar neraka itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedar Hedge
Fanfiction[Completed] Awalnya Sana menjadi bagian dari Cedar Hedge karena terpaksa. Tapi di kesempatan berikutnya ia sadar, bahwa itu adalah hadiah untuknya. "Katakan selamat tinggal pada Pewter Dove, kau milik Cedar Hedge sekarang." kata Taehyung. Cedar Hedg...