Kicau burung mulai terdengar menyambut fajar menyingsing. Senandung lembut itu selalu menjadi nada yang indah mengisi permulaan hari bersamaan embun yang berguguran dari ujung daun.
Langit-langit di depan matanya sukses membuat kelopak itu mengerjap heran. Kesadarannya mulai membawanya pada kesimpulan bahwa malam itu dia tertidur di tempat lain. Oh, sekarang ia juga mulai sadar bahwa kasurnya lebih empuk dari biasanya hingga ia temukan kepala bersurai hitam itu tergeletak di samping pinggangnya dengan tangan kekar yang melingkar erat di atas perutnya.
"Astaga, Kim Taehyung!" pekik Sana kelabakan menyadari di kamar siapa ia tertidur dan lebih tepatnya lagi dengan siapa ia tidur malam tadi. Ternyata jika ia tidak bangunkan Taehyung sekarang, ia tidak akan bisa kemana-mana. Taehyung itu berat sekali.
"Taehyung, bangun kau!" teriak Sana.
"Huh," gumam pelan Taehyung setengah sadar. "Berisik sekali,"
"Kim Fuckin' Taehyung, bangun sekarang!"
Mendengar Sana mengumpat barulah pria itu menarik tangannya dan si gadis melonjak seketika sambil mengecek kelengkapan busananya. "Berani-beraninya kau tidur di sampingku? Tolol benar sih kau itu!"
"Apa aku tidak salah dengar, kau baru saja mengumpat?" gumam Taehyung dengan entengnya mendudukkan diri mengamati Sana dengan mata setengah terbuka. Sekarang ia mengacak pelan surai hitamnya. Memang Taehyung itu butuh waktu untuk sadar penuh supaya tahu apa yang sedang merasuki si wanita berdarah sakura.
"Heh, apa saja yang sudah kau lakukan padaku?"
"Kau kenapa sih?" Cara Taehyung menjawab memang kelewat santai dan itu sungguh memancing rasa jengkel Sana. Seolah tidak peduli, pria itu kini menuang air di gelas yang sengaja ia letakkan di meja nakas lantas meminum beberapa teguk tanpa rasa dosa.
"Huh, masih bisa minum dengan tenang kau? Jawab aku kenapa aku bisa tidur di sini denganmu?"
Dan ya, Taehyung masih sibuk mengumpulkan kesadaran.
"Astaga Taehyung,"
Hampir saja Sana menangis sebab Taehyung menatapnya dengan wajah polos lantas ia menyodorkan gelas air putihnya pada Sana, "Mau minum?"
Sana memekik sambil berlari ke depan cermin, ia mengamati lehernya, bahunya, dan semua anggota tubuh lainnya.
"Aku tidak menyentuhmu, sungguh," tutur Taehyung dengan dengus napas singkat. "Kalau iya tidak mungkin kau bisa lari kesitu,"
Brengsek mulutnya Taehyung itu memang. Untung yang dikatakannya itu benar sebab Sana merasa tubuhnya tidak didera nyeri yang bukan-bukan. Leher dan bahunya masih bersih, tidak ada noda merah yang ia khawatirkan. Sejenak kemudian Sana menghembuskan napas lega.
"Kenapa tidak membawaku ke kamarku sih? Kau pintar ya memanfaatkan kesempatan!"
"Aku sudah tidak kuat, tolol! Aku yang habiskan sisa wine-nya,"
"Argh menyebalkan, aku tidak mau minum denganmu lagi!" ketus Sana lantas berlari secepat kilat meninggalkan kamar Taehyung. Si pemilik kamar hanya geleng kepala kemudian merebahkan diri dengan posisi ternyaman.
**
Fokus Sana benar-benar tidak terpecah pada jalan di depan. Tangan halusnya memainkan setir dengan lihai tapi mimik wajahnya benar-benar mencerminkan badai luar biasa. Harusnya itu cukup mengintimidasi sosok pria di sampingnya kalau saja ia punya otak yang lebih pintar sedikit.
Lihat Taehyung sekarang, ia santai saja menyalakan radio dan mendengar lagu Stand by Me dari Ben E. King yang terputar. Bahkan Taehyung tidak sungkan bergoyang dan ikut bersenandung kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedar Hedge
Fanfiction[Completed] Awalnya Sana menjadi bagian dari Cedar Hedge karena terpaksa. Tapi di kesempatan berikutnya ia sadar, bahwa itu adalah hadiah untuknya. "Katakan selamat tinggal pada Pewter Dove, kau milik Cedar Hedge sekarang." kata Taehyung. Cedar Hedg...