Jika boleh mengungkap satu lagi kebenaran, putra kesayangan keluarga Kim itu bukanlah Kim Seokjin melainkan dia, pria yang selalu Sana sebut bodoh. Tapi jika membicarakan putra kebanggaan, maka jawabannya benar seorang Kim Seokjin. Memang dia sosok yang menjadi wajah keluarga Kim sebab mahkota itu memilih bertengger di atas kepalanya.
Sejak kecil kehidupan Seokjin si putra sulung selalu dijaga dan diawasi, sekolah, bermain, bahkan urusan makan tidak boleh asal. Namjoon yang terpaut dua tahun juga terimbas dampaknya.
Keduanya pun tekun belajar sebab sepulang sekolah, guru les akan datang dan membuat mereka terkurung di rumah seharian. Sedangkan Taehyung? Dia bisa nyaman duduk di rerumputan menikmati cahaya matahari bermain bola favoritnya sampai senja menjemput. Terkadang Taehyung hanya memandangi kedua kakaknya dari luar sesekali merasa sedih ketika Bora membentak Seokjin dan Namjoon sebab nilai ulangan mereka tidak menyentuh angka sempurna.
"Hyung, temani Taehyung main bola yuk!" ajaknya suatu ketika namun yang didapatnya hanya seulas senyum simpul.
"Taehyung-ah maaf ya, Hyung harus memperbaiki nilai dulu. Mainnya ditemani Bibi Choi ya!" jawab Namjoon sedang Seokjin sudah tenggelam mempelajari materi yang sejujurnya ia benci.
Itu hanyalah awal sebab semakin bertambah usia kesalahan-kesalahan kecil yang Seokjin dan Namjoon lakukan selalu menjadi perkara yang besar. Tak jarang Master Kim memukul mereka karena membolos jam tambahan padahal mereka lakukan itu karenaTaehyung opname di rumah sakit tepat di hari ulang tahunnya. Dulu sekali, Taehyung selalu bersembunyi di kamar mandi dan menangis jika mendengar Seokjin dan Namjoon dipukul dan dimarahi.
Lambat laun Taehyung merasa jengah. Terkadang itu yang mendorongnya menjadi anak yang buruk. Biar kesalahan Seokjin dan Namjoon itu bisa dipandang ringan. Pernah dulu Taehyung hampir diusir karena terlibat tawuran remaja atau tertangkap polisi karena menyusup bar sebelum dewasa. Sayangnya hal buruk itu selalu candu semakin dilakukan.
Tapi terbukti, eksperimen Taehyung itu berhasil menyelamatkan keseharian Seokjin dan Namjoon yang kelewat monoton.
"Seperti katamu, hati Taehyung itu lembut, tapi kelakuannya memang nakal," cerita Bibi Choi panjang lebar. "Aku juga tidak tahu mau sampai kapan Taehyung seperti itu, aku takut dia semakin terjerumus... narkoba misalnya atau mafia ah apalah itu,"
Sana cukup tertegun mendengar wanita itu bercerita sampai tidak sadar menitikkan air mata. Hati Sana jelas terguncang mendengar peliknya masa kecil Kim bersaudara, sekarang ia mengeratkan kantong belanja berisi sayur mayur itu di depan dada. Langkahnya pelan menyisir trotoar.
"Dia itu butuh seseorang untuk menolongnya keluar dari kehidupan buruknya. Taehyung tidak bisa sendirian," katanya lagi. "Kadang aku seperti melihat jiwanya itu meminta tolong,"
Perasaan Sana semakin kalut terbayang tutur kata Seokjin yang dalam.
"Bibi... Bibi dulu yang mengasuh Taehyung, bagaimana caranya membuat dia mendengarkan Bibi?"
Wanita itu mengulum bibir sejenak.
"Dia itu baru luluh kalau sudah melihat betapa sayangnya kita padanya,"
Pantas Taehyung tidak patuh pada Seokjin dan Namjoon, pria tidak menunjukkan kasih sayang yang seperti itu. Tanpa sadar mereka sudah sampai di rumah itu lagi. Sana pun membantu menyimpan belanjaan di dapur kemudian pamit. Sana masih punya satu tujuan lagi malam ini.
**
Bunyi denyut terpancar dari monitor Holter. Perawat bermata bulat itu teliti sekali mencatat perkembangan jantung pasien kelas VVIP itu. Usai merekam semuanya, perawat pria itu berjalan ke sisi ranjang mendapati obat pagi tadi masih teronggok utuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedar Hedge
Fanfiction[Completed] Awalnya Sana menjadi bagian dari Cedar Hedge karena terpaksa. Tapi di kesempatan berikutnya ia sadar, bahwa itu adalah hadiah untuknya. "Katakan selamat tinggal pada Pewter Dove, kau milik Cedar Hedge sekarang." kata Taehyung. Cedar Hedg...