(13) Universe Test Him

1.1K 203 48
                                    

Kata orang, sebisa mungkin jangan menyimpan rasa dalam sebuah pertemanan. Kekecewaan hadir tidak pernah setengah-setengah. Memang itu yang Taehyung rasakan sekarang. Ketika ia lihat manik bening perempuan dengan surai sebahunya itu, semua sudah berbeda. Sejak pria bernama Kang Seungyoon itu kembali hadir, pengorbanan Taehyung tidak lagi berarti.

"Kau balikan?" Ekor matanya melirik wanita yang asyik membalas pesan dari seseorang.

"Hmm?"

"Aku melihatmu dengan Seungyoon," ceritanya singkat.

"Taehyung... aku masih sangat mencintainya,"

Ya, Taehyung tahu. Dan ia adalah saksi bagaimana Hayi dicampakan Seungyoon demi perempuan lain. Ia yang menemani Hayi di jurang terdalamnya, membantunya bangkit dan berdiri. Sekarang bagaimana Taehyung tidak kecewa setelah semua yang ia lakukan itu, Seungyoon datang dengan mudahnya meraih tangan Hayi.

"Kau memang bodoh ya jadi perempuan, harusnya kau lepas saja pria seperti itu," sungut Taehyung, netranya kembali ke depan.

"Jangan khawatir, kita akan tetap sama kok!"

Pengemudi audi itu menghela napas. Bukan itu yang Taehyung mau. Setolol-tololnya Taehyung, ia juga tidak mau menjadi friend with benefit seseorang yang terikat sebuah hubungan. Terlalu rumit dan Taehyung membenci hal seperti itu. Satu-satunya opsi tersisa hanyalah mundur karena Hayi sudah memilih.

Hayi mengemasi barangnya serta melerai seatbelt miliknya. Tubuh mungilnya ia condongkan ke samping untuk meraih bibir Taehyung, mengecupnya dengan lembut.

Pria itu terhenyak karena perih yang mendera lubuk hati. Bahkan untuk menyudahinya saja ia tidak bisa.
Sejak awal ia memang sudah salah main. That’s not how people deal with their friend with benefit.

"Sampai ketemu besok," akhirnya hanya itu yang bisa terucap.

Langkah gontai itu yang tersisa ketika ia kembali ke peraduan. Tadinya perih itu tidak terlalu buruk namun sekarang setiap helaan napasnya serasa menyayat. Bahkan untuk menghirup udara saja sudah sesak.

Tubuhnya ambruk di atas lapangan dingin itu, netranya menembus hamparan laut hitam cakrawala berhias debu-debu cahaya.
Kelopak matanya pun terpejam.
Sekon demi sekon ia habiskan hanya untuk mengatur napas. Dadanya naik turun berusaha memasok udara lebih banyak sedang hatinya mempertahankan diri dari kehancuran. Lalu telinganya menangkap suara langkah mendekat.

"Taehyung," suara lembut itu terdengar membuat Taehyung membuka mata menyambut pemiliknya. Wajah cemas Sana terlihat meski gelap. Gadis itu kemudian duduk di samping Taehyung yang masih terbaring.

"Kenapa?" tanya Sana seperti memahami yang Taehyung rasakan dan betapa buruknya suasana hati si pria bungsu. "Pasti soal Nona Lee lagi ‘kan?"

Taehyung tidak menjawab melainkan memandang langit tak terbatas di atas kepala.

"Aku 'kan sudah bilang lupakan dia," Sana bersuara lagi. "Aku akan membantumu. Kau anggap aku bercanda?"

"Kenapa kau pikir aku akan menganggapnya serius? Nanti kau menyesal lho," balas Taehyung akhirnya.

"I’ll help you no matter what, good friend will help each other anyway,"

"Tapi kau akan menyesal."

"Jangan sok tahu!"

Taehyung mengernyit lalu sedetik kemudian ia bangun untuk duduk. Ia menatap iris cokelat yang bersembunyi di balik gelap malam. Jaraknya dengan Sana tidak terlalu lebar bahkan kakinya bersentuhan dengan milik si gadis. Hening membuat hembus napasnya terdengar keras.

Cedar HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang