(10) Stage One

1.2K 218 128
                                    

hi, are you waiting this? :)

Ini pertama kalinya Sana melihat warna lain di ruang makan utama Cedar Hedge. Bangku-bangku terisi penuh dan setiap manusia yang terduduk di sana sangat elegan dan berkelas.

Putri tunggal keluarga Bae juga punya paras yang terlampau ayu sampai-sampai Sana merasa dirinya hanyalah upik abu. Kulitnya putih berseri dan sikapnya anggun seperti Nyonya Kim, benar-benar calon menantu idaman. 

Sana ikut menghidangkan makanan. Ia yang bertugas menuang minuman ke dalam gelas. Gadis itu berjalan ke sisi Brother Kim hingga tiba giliran Taehyung. Putra bungsu itu sudah gusar hanya duduk di sana menikmati hidangan sementara hatinya ingin menjumpai Lia.

Kening Sana mengerut saat ia menyadari Taehyung menarik ujung roknya, sukses membuat gadis itu menatapnya.

"Keluarkan aku dari sini, please!" bibir Taehyung bergerak tanpa suara. Ia memberi kode pada Sana untuk menumpahkan minuman itu padanya agar ia punya alasan keluar.

"Apa sih?" sahut Sana dengan gerakan bibirnya.

"Ck, jangan pura-pura bodoh!" jawab pria itu.

"Ah, kudengar Irene pernah jadi pembicara seminar di kampus Taehyung ya?" suara Nyonya Kim sontak membuat anak bungsunya terkesiap. 

"Iya, tapi sepertinya saya tidak melihat Taehyung waktu itu." Irene menjawab dengan sopan sementara Sana menarik roknya dari tangan Taehyung.

"Oh ya? Taehyung kau tidak hadir waktu Irene ke kampusmu?"

"Eh... seingatku aku sakit perut waktu itu."

Sana hampir saja tertawa mendengar alasan murahan itu. Bahkan kedua kakaknya sekarang menunduk menahan tawa. Jawaban Taehyung sungguh menggelikan. Tapi lebih menggelikan mana dibanding mengatakan dia ke Pewter Dove main perempuan?

Setelahnya Sana meninggalkan ruang makan. Ia kembali ke Byeongari Room dengan kue yang ia buat bersama Taehyung pagi tadi. Sana berjingkat memasukki playroom di mana byeongari berkumpul lalu ia nyanyikan lagu ulang tahun dengan manis.

"Waah, Noonna bawa kue!" pekik Hyunjin senang. 

"Wah, asyik kita makan kue!" timpal Yeji.

"Lia, Lia, lihat Noonna buat kue lho!" kata Beomgyu menarik-narik lengan Lia yang terlihat lesu. 

"Hey, kok sedih?" tanya Sana saat ia hampiri gadis kecil itu. Lia tidak menjawab melainkan bergelayut pada Yeonjun dan menyembunyikan wajahnya.

"Lia, tidak mau kue ya? Nanti Felix Oppa habiskan lho?" goda Felix tapi Lia tidak bereaksi. Yeonjun mengusap rambut Lia lembut.

"Taehyung Oppa lho yang buat kue untuk Lia," bujuk Sana. "Katanya Lia suka kue yang Taehyung Oppa buat?"

Padahal sore tadi Kim Brother sudah ke sana, mengucapkan selamat ulang tahun untuk Lia. Tapi tetap saja ia sedih karena tidak bisa bermanja ria dengan ketiga kakaknya yang sudah dewasa.

Sana menghela napas panjang. 

"Hey, siapa yang tahu Tamamo no Mae?" tanya Sana kemudian.

"Hah, apa itu Noonna?" sahut Beomgyu antusias.

Sana mulai menceritakan legenda rubah berekor sembilan dari Jepang itu dan perlahan ia menarik perhatian Lia.

"Ih seram, sekarang hantunya masih ada, Eonnie?" tanya Yeji.

"Eumm... tidak kok sudah diusir oleh seorang bhiksu." 

"Hufft, untung saja." Timpal Lia membuat yang lain lega.

Cedar HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang