Hujan mereda beberapa saat yang lalu seketika membuat malam tenggelam bersama senyap. Sudah lewat dini hari dan Sana masih terjaga menemani pria yang lelap di ceruk lehernya. Tangan kekarnya melingkar erat menyesap hangat.
Benak Sana melayang pada cerita yang Taehyung tuturkan sebelum berakhir diam. Sukses merasakan pedih ketika ia ketahui sakit yang selama ini Seokjin sembunyikan. Pria itu didiagnosis mengidap lemah jantung kronis dan mungkin Sana tidak menyadarinya tapi Seokjin selalu mengonsumsi obat dosis tinggi. Mungkin itu sebabnya aroma vanilla kamar Seokjin sebegitu kuat demi menyamarkan aroma khas obat-obatan.
Taehyung jelas sangat terpukul oleh kenyataan itu.
Kini Sana mengingat bagaimana Seokjin menjabarkan tiga pilar yang menopang Cedar Hedge. Rupanya satu pilar hilang itu bukanlah tentang Taehyung melainkan dirinya. Perlahan ia mengusap surai lembut Taehyung dan ia benamkan wajahnya, menghirup wangi. Ia juga tidak tahu kenapa sekarang ia terisak hingga sengguk halusnya terdengar.
"Jangan menangis, aku sedang butuh pundakmu,"
Sana terkesiap mendengar Taehyung menyahut pelan. Kepalanya terangkat sedetik kemudian demi bertemu dengan iris cokelat itu.
"Taehyung..." panggil Sana getir. "Ayo tandatangani perjanjian itu!"
Di home office itu akhirnya mereka diam termangu. Dokumen perjanjian itu teronggok begitu saja di atas meja sedang Taehyung masih betah memandang Sana penuh keraguan. Tepat satu sekon berlalu sejak Sana tandaskan persetujuan di atas putih.
"Ayo, Taehyung!"
Sekarang pria itu justru ragu dengan tindakan Sana yang menurutnya terlalu gegabah. Tangannya menarik pelan kertas itu sedikit mendekat.
Dalam perjanjian itu tertulis kewajiban Taehyung menikahi Sana namun gadis itu harus tinggal di luar negeri sedang Taehyung mengurus semua kewajibannya di negeri ginseng. Sana juga harus menerima jika suatu saat Taehyung menikah lagi dengan gadis pilihan keluarga Kim. Sama sekali tidak terdengar bagus bagi Taehyung.
Sayangnya jika ia tidak bersedia tanda tangan, kondisi kedua akan terpenuhi bahwa jika hanya salah satu pihak yang setuju, maka Taehyung harus menikah dengan Irene Bae dan melepas kembali Sana ke tempat ia mendapatkannya, Pewter Dove.
"Kau persis seperti Seokjin. Tidak waras!" pekik Taehyung tak percaya. Pria itu bahkan tidak tahu haruskah ia bersyukur atau berontak sebab tanpa skenario Seokjin, Taehyung dan Sana hanya akan menjadi kisah yang terlupakan. Alih-alih merestui, Master Kim akan membuang Sana seperti yang ia lakukan pada Jisoo.
Lihat 'kan betapa sayangnya Seokjin pada Taehyung dan Sana?
"Taehyung please, demi hyung-mu,"
Helaan demi helaan napas ia tarik gusar, menimang-nimang segala cara yang masih bisa ia siasati. Lalu ia teringat ucapan Seokjin dengan pangsit kuahnya. Sejenak kemudian tangannya bergerak meraih ponsel memanggil nomor seseorang, masa bodoh jika yang dipanggilnya sedang beristirahat atau apa.
"Oh, Taehyung... kenapa menelpon tengah malam?" ujar pria di seberang.
"Paman Cho, aku akan tanda tangani perjanjiannya, tapi di bawah satu kondisi," ia menjeda kalimatnya memastikan bahwa ahli hukum itu menyetujuinya. "Aku yang akan menentukan di mana Sana tinggal,"
**
Pintu bangsal terbuka menyebabkan bunyi monitor Holter itu terngiang ke luar. Pasien di dalamnya menengok pada sosok yang terdiam memegang kenop. Tidak menyangka jika wajah pucat Seokjin menjadi pemandangan menyesakkan hari itu. Dan seperti biasa Seokjin selalu bisa tersenyum, tidak peduli badai apa yang sedang menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedar Hedge
Fanfiction[Completed] Awalnya Sana menjadi bagian dari Cedar Hedge karena terpaksa. Tapi di kesempatan berikutnya ia sadar, bahwa itu adalah hadiah untuknya. "Katakan selamat tinggal pada Pewter Dove, kau milik Cedar Hedge sekarang." kata Taehyung. Cedar Hedg...