(2) Concubine

1.4K 238 109
                                    

Si bungsu Kim itu menghela napas memandang wajah seorang pelayan yang menghadapnya di permulaan hari. Suara cicit burung masih terdengar dan pagi tenangnya itu sedikit terusik oleh seorang pelayan lama di Cedar Hedge. Tiga jari Taehyung bertengger di pelipisnya tidak tahu lagi harus seperti apa memberinya pengertian.

"Bibi Han, kau sudah memakai semua hari cutimu minggu lalu 'kan?" katanya mengingatkan. Wanita bermarga Han itu hanya menunduk. Dia merasa tidak enak hati meminta cuti lagi pada Taehyung.

"Apa putrimu sakit lagi?" tanya pria itu.

"Ah tidak. Putri tertuaku yang kuliah di Jepang akan pulang, saya ingin merawatnya di rumah," jawab pelayan itu. Taehyung nampak menimang-nimang sesuatu.

"Apa sehari cukup untukmu?"

"Ah, saya akan sangat berterima kasih jika Tuan Muda mengizinkan."

"Baiklah, kuizinkan Bibi cuti satu hari, tapi bulan depan Bibi cuma punya 3 hari cuti." putus Taehyung akhirnya. Meski demikian pelayan itu sudah sangat senang karena izin yang Taehyung berikan.

"Wah, kau benar-benar murah hati!" puji pelayan baru itu yang tiba-tiba muncul setelah Bibi Han keluar dari home office milik Taehyung. Sana pun mengambil langkah mendekat lantas meletakkan secangkir kopi di atas meja. Sementara itu Taehyung masih sibuk dengan suatu hal di layar tab-nya.

"Ehm, apa boleh aku mengambil cuti juga?" pertanyaan itu membuat Taehyung meliriknya tajam tapi sedetik kemudian ia kembali fokus dengan tab-nya. "Aku ingin menemui ayahku."

"Kau baru tiga hari bekerja sudah minta cuti, tidak punya malu ya?"

"Apa hubungannya baru bekerja dengan punya rasa malu atau tidak?" tanya Sana sedang netranya mengedar ke seisi home office Taehyung yang terdesain dengan apik. "Kau bukan memelihara budak."

Pria itu tidak peduli Sana mengatainya apa. Percuma saja jika ditanggapi, ujungnya dia akan emosi sendiri. Ia pun meraih cangkir kopinya dan bermaksud menyeruputnya. Lalu tangannya terhenti saat cangkir itu sudah di depan bibir. Dipandanginya rupa cairan gelap itu sesaat. Tentu ia masih ingat kopi asin yang Sana berikan padanya dua hari lalu.

"Apa lagi yang kau masukkan ke sini?" selidik Taehyung.

"Jangan melihatku seperti itu, itu 'kan cuma kopi," sahut Sana dan Taehyung pun meminumnya. Untung saja kopi yang ini Sana buat dengan sungguh-sungguh. "Lagipula kemarin itu aku tidak sengaja."

Putra ketiga Kim itu bangkit menenteng kopi dan tab miliknya.

"Aku tidak mengizinkanmu cuti sehari pun. Kalau mau silakan saja kemasi barangmu dan pamit pada byeongari," Taehyung menyunggingkan senyum masam kemudian mulai mengambil langkah.

"Ya, ke-kenapa begitu?" pekik Sana. Tangannya menarik lengan kemeja Taehyung hingga langkahnya terhenti.

"Karena aku memutuskan kau tidak punya hari cuti," jawabnya. "Huh!"

Taehyung menarik tangannya kemudian melenggang begitu saja.

"Ya, Kim Taehyung brengsek!"

**

"Byeongari, waktunya makan malam! Go go!" seru Sana dan para byeongari itu berlarian menuju ruang makan. Senyumnya tersungging melihat keceriaan byeongari yang tidak habis-habis. Sekarang ia membuka pintu girls room dan menghampiri tubuh gadis kecil yang terkulai lemah.

"Yeji-ya, ayo makan malam!" kata Sana pelan dan lembut. Ia mengusap kening hangat Yeji untuk membangunkan gadis cilik itu. Ya, hari ini sedikit kosong karena tidak ada Yeji yang marah-marah karena diganggu Felix. Pulang sekolah tadi Yeji sudah lemas dan suhu tubuhnya sangat tinggi.

Cedar HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang